Mohon tunggu...
Anthony Bryan Vernico Sany
Anthony Bryan Vernico Sany Mohon Tunggu... Lainnya - Mahasiswa Fakultas Ilmu Sosial dan Politik

Ad Maiorem Dei Gloriam

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Manfaat Sebesar "Gunungan"

18 Desember 2020   16:50 Diperbarui: 18 Desember 2020   16:52 382
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
(Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/666955026036747976/ )

Gunungan? Apasih gunungan itu? Anak zaman sekarang mungkin asing dengan kata Gunungan. Di era globalisasi ini memang bahwasannya banyak budaya-budaya baru yang berkembang yang berakibat pada keragaman budaya, namun dengan adanya hal seperti itu, diharapkan jangan sampai menghilangkan nilai-nilai tradisional dan identitas suatu budaya. Gunungan selama ini sangat identik dengan upacara Grebegan.

Samovar (2017, h. 260) mengatakan bahwa identitas budaya juga bisa ditunjukkan melalui acara tertentu ataupun melalui upacara peringatan. Gunungan merupakan bagian yang ditunggu-tunggu masyarakat ketika mengikuti upacara Grebegan.Gunungan  biasanya berisikan  makanan hasil bumi yang disusun menyerupai sebuah gunung. Ketika ada Gunungan pastinya lautan manusia memadati tempat berslenggaranya upaca Grebegan tersebut.

Gunungan memiliki arti atau hal yang di simbolkan sebagai kemakmuran sebuah Keraton yang nantinya akan dibagikan  kepada masyarakat yang mengikuti upacara Grebegan. Gunungan merupakan bagian yang paling di nanti-nati oleh masyarakat yang mengikuti upaca Grebegan dan Gunungan sendiri merupakan bagian penutupan dari acara upacara Grebegan.

Ketika Gunungan di keluarkan dan siap untuk di perebutkan oleh masyarakat, hal ini merupakan ciri khas dari Gunungan itu sendiri dan menjadi momen yang seru. Banyak masyarakat luar pun datang guna melihat perebutan Gunungan. Hal ini membuat Gunungan menjadi salah satu objek wisata. Keraton Yogyakarta merupakan salah satu Keraton yang rajin dan masih aktif melakukan upacara Grebekan. Dalam satu tahun biasanya Keraton Yogyakara menyelanggarakan 3 kali upacara Grebegan. Grebekannyapun berbeda namanya, Grebeg Maulud, Grebeg Syawal, dan Grebek Besar yang dilakukan khusus momen Idul Adha. Upacara tradisi Grebegan ini sudah terjadi dari bertahun-tahun lalu lamanya.

Banyak masyarakat yang mempercayai, bahwasannya bilamana mereka mendapatkan hasil makanan yang tersedia di dalam Gunungan tersebut, maka mereka bisa mendapat keberkahan yang melimpah. Maka tak heran bilamana masyarakat banyak yang merebutkan hasil makanan di dalam Gunungan tersebut. Hal yang menarik terjadi saat perebutan hasil Gunungan tersebut ialah ketika melihat para masyarakat hingga terjatuh-jatuh guna mendapatkan hasil makanan yang berada di dalam Gunungan tersebut.

Dikutip dari wawancara Kumparan.com (Tugu Jogja, 2019) "Masyarakat masih memercayai kalau dapat Gunungan akan memperoleh berkah, sejahtera hidupnya. Kalau yang petani ya sawah nya akan subur, kalau peternak ya ternaknya sehat, kalau pedagang ya jualannya lancar," tutur Murdijati Gardjito, salah satu peneliti pangan senior di perguruan tinggi negeri di Yogyakarta, Senin (12/8/2019). 

Perlu di ingat menurut Imahori dan Cupach (Samovar, Porter, & MCDaniel, 2014, h. 191) mereka mengatakan bahwa identitas budaya merupakan elemen yang sangat penting dalam komunikasi antar budaya. Menurut Fong (dalam Samovar, dkk., 2017, h. 244) identitas budaya merupakan identifikasi komunikasi sebagai sistem simbolis, baik secara verbal maupun nonverbal. Identitas budaya tersebut memiliki rasa saling memiliki, saling berbagi tradisi, warisan serta norma yang sama. Sama halnya dengan Gunungan itu sendiri, Gunungan dalam upacara Grebegan memiliki makna sebagai identitas budaya Masyarakat Jawa, khususnya Daerah Istimewa Yogyakarta yang masih aktif dan masih eksis disorot media saat melakukan upacara Grebegan.

Sebagai masyarakat Jawa, khususnya masyarakat yang masih lekat dengan upacara tradisi Grebegan, kita harus rasa saling memiliki dan terus menjaga warisan 'simbah' terdahulu kita. Sehingga identitas budaya tersebut selalu melekat dalam diri masyarakat Jawa. Adanya keterlibatan individu dalam sebuah peringatan atau acara tertentu dapat mengidentifikasi identitas budaya orang tersebut (Samovar,dkk., 2017, h. 260).

Jelas dalam budaya upacara tradisi Grebegan yang menghadiri Gunungan terdapat keterlibatan individu di dalamnya, sehingga hal ini dapat di identifikasi budaya masyarakat Jawa khususnya Yogyakarta. Identitas budaya adalah konstruksi sosial (Samovar, Porter, McDaniel, & Roy, 2017, p. 244). Gunungan dalam upacara Grebegan merupakan sebuah konstruksi sosial atas realitas karena hal tersebut merupakan proses sosial melalui tindakan dan interaksi dalam individu atau pun kelompok yang menciptakan suatu realitas yang dilakukan secara terus-menerus dan dialami secara bersama.  Samovar (2017, h. 260) mengatakan bahwa identitas budaya juga bisa ditunjukkan melalui acara tertentu atau pun melalui upacara peringatan.  

(Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/435090013978685223/)
(Sumber gambar: https://id.pinterest.com/pin/435090013978685223/)

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun