O Batavia, sayangku. Kenapa tak kau tampakkan manis senyummu. Seperti dulu. Pada orang belanda yang datang. Menguras tanah mereka berdagang.
Menapaki serambi serambi pribumi. Merayu gadis desa seusiamu kini.
O Batavia, sayangku. Ingatkah kau padaku. Aku adalah peluh yang membangun tembokmu. Dan air mata yang mengairi kotamu. Lihat. Aku masih seperti dulu.
Aku masih aku yang menangis dan berkeluh kesah. Sedikitpun tiada berubah.
O Batavia, sayangku. Aku adalah buruh dalam dirimu. Yang dicambuki. Masih ada bekasnya kini. Jika kau tak percaya. Dalam bajuku ada luka.
Kau mengenal goresnya. Aku mengenal perihnya.
Kau adalah Bataviaku. Kuhabiskan seluruh hidupku untukmu. Kau masih tak mengenalku. Karena hanya dalam lamunku kita bertemu.
syradh ch.
19.6.2021