Mohon tunggu...
Bryan Jati Pratama
Bryan Jati Pratama Mohon Tunggu... Penegak Hukum - Author of Rakunulis.com

Qu'on s'apprête et qu'on part, sans savoir où on va

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Prabu Dasamuka

3 Mei 2021   15:22 Diperbarui: 3 Mei 2021   15:32 731
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Lima puluh ribu tahun aku menunggumu. Dalam pertapaanku. Sinta. Sungguh, aku telah mencintaimu sebelum aku mengenalmu. Sejak zaman permulaan sebelum ada wujudmu.

Karena memang bukan cantikmu yang aku cintai. Karena aku, Rahwana, tidak pernah sekalipun mencintai jasad. Cintaku hanya kepada dzat. Esensi Dewi Widowati yang menitis manusia. Kukatakan padamu agar perasaanmu tidak bergantung pada apa yang tampak oleh mata.

Sehingga rasa jijikmu terhadap sepuluh kepalaku membuatmu buta terhadap isinya. Manakah yang lebih kausukai. Kutanya. Satu kepala yang berisi sepuluh. Ataukah sepuluh kepala yang hanya berisi satu wanita. Hanya satu. Kau.

Penjemputan cintaku adalah penculikan. Karena jumlah kepalaku menjadikanku dapat mendambakanmu sepuluh kali lebih banyak dan mencintaimu sepuluh kali lebih besar daripada damba dan cintanya seluruh laki laki di jagat raya.

Sekarang tanyakan. Penculik mana yang menempatkan sanderanya di dalam istana termegah di negeri Alengka. Menghadiahkan taman surga terbaik Argasoka dan tiap hari menyatakan cintanya.

Bayangkan Sinta, raja dari ribuan raksasa, yang amukannya ditakuti para Dewata, bahkan sebelum menguasai Aji Pancasona. Untukmu, hanya kugunakan kata kata. Tanpa sekalipun engkau ku sentuh. Dengan dua puluh tanganku. Dua belas tahun lamanya.

Kuperlakukan dirimu seperti ratu. Puluhan dayang aku sediakan untuk segala keperluanmu. Sedangkan dimana ksatriamu, Rama. Yang kehilangan isterinya. Dan mengutus seekor kera.

Lelaki waras macam apa yang membutuhkan dua belas tahun dan alih alih mengutus kera untuk menjemput isterinya.

Jawablah, Sinta.

Tak ada jawaban.
Dalam hening diamnya Sinta.
Benaknya mulai bertanya tanya.

Jakarta, 3.5.21

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun