Mohon tunggu...
Bryan P. Hutagalung
Bryan P. Hutagalung Mohon Tunggu... Programmer - Bryan P. Hutagalung - 09 - XI MIPA 1

28'22

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud Pilihan

Keadilan yang Diimpikan

25 November 2020   21:45 Diperbarui: 25 November 2020   22:15 364
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

"Kenapa, Nek?" Nenek menghela napas, "Gapapa, katanya ada rencana proyek mau ambil tanah sawit Nenek. Nenek menolak kok." Nenek menjawab singkat lalu duduk dan mulai menyendok nasi.

Ratna tidak tenang, karena ia tau orang-orang itu bukanlah orang biasa. Kekhawatiran Ratna pun terjawab.

Di pagi hari itu tiba-tiba rumahnya digedor hebat. Ratna segera menghampiri Nenek yang juga sudah terbangun. 

"Buka! Kalau tidak dibuka pintu ini akan saya terobos!" Terdengar suara teriakan dari luar, suara lelaki yang tempo hari ke rumah mereka itu. Nenek dan Ratna segera membukakan pintu dan mendapati dua lelaki bersama belasan laki-laki muda yang terlihat seperti bawahan mereka tengah mengerubungi rumah Nenek.

"Rumah Ibu saya sita dan mulai siang ini Ibu dan cucu Ibu sudah harus pindah dari rumah ini." Perintah salah satu lelaki itu. 

Ratna cepat memotong, "Loh anda ada hak apa? Ini rumah Nenek saya." Ratna menjawab marah. 

"Diam kamu anak kecil!" Lelaki yang agak gempal menghardik Ratna balik, suasana berubah menjadi tidak kondusif. Ketika keadaan sudah agak mengarah menuju kekerasan fisik yang bisa mengakibatkan hal-hal yang tidak diinginkan Nenek segera angkat bicara. 

"Saya mengalah. Saya dan cucu saya akan pindah segera." Ratna ingin protes namun ditahan Neneknya. Mereka berdua pun segera mengemasi barang-barang penting mereka dan pindah.

Keadaan berubah 180 derajat pada hari itu, bahkan Ratna sendiri tidak sempat berpikir.

Malam itu mereka tidur di desa terdekat, ternyata ada beberapa keluarga lain yang bernasib sama dengan mereka. Masalah terbesarnya adalah Nenek menolak menjual tanah sawit itu walau sudah ditawari harga tinggi sehingga memancing mereka untuk menggusur Nenek dari rumahnya. Mereka berdua hanyalah warga kecil melawan proyek yang disuntik dana miliaran rupiah.

Untungnya, karena kemurahan hati Nenek banyak warga yang dengan senang hati menolong mereka. Walau Nenek sudah menolak melewati jalur hokum karena tahu akan kalah tapi setelah didorong oleh Ratna dan warga lainnya akhirnya Nenek setuju untuk maju ke pengadilan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun