Mohon tunggu...
Briliant A. Prabowo
Briliant A. Prabowo Mohon Tunggu... Ilmuwan - Postdoctoral fellow - INL - International Iberian Nanotechnology Laboratory, Portugal

Ph.D.., Department of Electronics Engineering, Chang Gung University, Taiwan. Master of Engineering, Semiconductor Technology Program, Asia University, Taiwan. Bachelor of Engineering, Soegijapranata Catholic University, Semarang, Indonesia. Working Experiences: 2019 – Present, Nanodevices group, Department of Nanoelectronics Engineering, INL – International Iberian Nanotechnology Laboratory. 2018, Post-Doctoral Fellow, Chang Gung University, Taiwan. 2017 – 2019, Research Center for Electronics and Telecommunications, Indonesian Institute of Sciences. 2008-2017, Research Center for Informatics, Indonesian Institute of Sciences. 2006-2008, Trans TV, Transmission Department.

Selanjutnya

Tutup

Nature

LED Biru dan Nobel Fisika 2014

9 Oktober 2014   03:59 Diperbarui: 17 Juni 2015   21:48 155
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Memang benar LED bukanlah hal yang baru dalam dunia elektronika, bahkan sejak tahun 60-an LED generasi pertama telah diperkenalkan dan digunakan secara luas seperti untuk indikator power, seven segmen display, dsb. Lalu mengapa penemu LED biru yang telah mempublikasikan risetnya tersebut sejak tahun 99 (Jpn. J. Appl. Phys.38 3976 ), tiba-tiba setelah lebih dari satu dekade berlalu mendapat nobel fisika 2014? apa breaktrough dari teknologi tersebut? LED generasi awal memang cukup "mudah" diproduksi untuk menghasilkan warna merah, orange, kuning bahkan hijau dengan teknologi GaAs (Gallium Arsenide) dan bertahan sampai puluhan tahun. Namun secara teknis tidaklah mungkin pada waktu itu dengan material yang sama untuk menghasilkan warna biru, karena memang energi Band Gap dari material GaAs secara alami tidak mencukupi untuk menghasilkan warna biru. Nakamura et. al., dengan jeli mengambangkan material GaN yang memiliki energi Band Gap sekitar 3.4 eV, dimana cukup untuk menghasilkan recombinasi elektron-hole menjadi photon dengan warna biru bahkan ultra violet. Energi band gap tersebut dapat di-"fine-tune" menjadi nilai tertentu (kurang lebih) dengan meng-compound GaN dengan material lainnya seperti InN dan AlN. Mengapa penemu LED biru berbasis teknologi GaN layak mendapat nobel fisika 2014? karena dari penemuan ini berbagai aplikasi turunan dan ada kelanjutan teknologi yang terus berkembang. Yang paling nampak adalah peran LED biru yang dapat dimodifikasi dengan material lain seperti Phosphor atau ZnSe sehingga sebagian cahaya yang dihasilkan biru akan tersebar ke spektral yang lebarc lebar dengan panjang gelombang lebih tinggi, sehingga menghasilkan cahaya tampak (putih). Terobosan tersebut memungkinkan pengembangan cahaya penerangan ruang digantikan oleh teknologi berbasis LED. Aplikasi turunan lainnya adalah teknologi LED untuk display monitor seperti TV maupun display layar lebar. Pada dasarnya, TV atau display menghasilkan image dan warna karena tiap pixel menghasilkan warna yang dikombinasikan dari warna merah, hijau, dan biru (RGB), dengan ditemukannya LED biru, maka lengkap sudah "B" yang diharapkan untuk menyusun warna pada pixel monitor menggunakan LED. Sehingga teknologi CRT maupun LCD bisa ditinggalkan dimana dengan LED, power yang diperlukan akan lebih irit. Perkembangan solid state lighting memang cukup menjanjikan, untuk menggantikan teknologi pencahayaan sebelumnya dengan lifetime yang lebih panjang, hemat power, dan disebut ramah lingkungan karena dapat menghindari merkuri seperti pada lampu fluorescent. Secara alami, cahaya biru memang memiliki energi yang lebih tinggi daripada cahaya lain seperti merah atau hijau, apalagi dikhawatirkan apabila terdapat ekses spektrum ultra violet, tentu cukup mengkhawatirkan bagi kalangan pemerhati kesehatan mata. [caption id="attachment_327952" align="alignnone" width="507" caption="Perbandingan spektrum berbagai lampu"]

141275642349475744
141275642349475744
[/caption] Cahaya biru diduga dapat menghambat hormon Melatonin yang dapat mengganggu kenyenyakan tidur (J. Clin. Endocrinol. Metab.90 (5): 2755–61). Sehingga untuk lighting terapis LED lighting masih menjadi isu yang dihindari. Sesungguhnya, teknologi LED biru/putih ini tergolong "uzur", dan sudah mengalami saturasi dalam perkembangannya. Beberapa penelitian terbaru berhasil menekan spektrum biru dan mengoptimalkan scatering photon di spektral putih dengan menambahkan partikel nano ZrO (Nanoscale 6 (10) p. 5378-83). Dan sudah banyak diketahui, teknologi organic light-emitting diode (OLED) juga sudah sangat matang diterapkan dalam telepon pintar generasi terbaru. Selain memungkinkan membuat display dalam temperatur ruang, OLED juga dapat difabrikasi dalam substrate plastik yang fleksible, seperti pada produk terbaru dari Samsung Galaxy Note 4 dan juga TV layar lebar OLED dengan bentuk yang melengkung sehingga menimbulkan kesan lebih nyata bagi pemirsanya.
Teknologi GaN untuk transistor juga berkembang cukup pesat baik untuk aplikasi frekuensi tinggi, temperatur tinggi, power device dimana karakteristik material berbasis GaN secara unik mampu menjawab kebutuhan teknologi yang terbatas pada material berbasis silikon.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Nature Selengkapnya
Lihat Nature Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun