Judul di atas sering diucapkan Sopo kepada bosnya Jarwo ketika mengalami kesialan. Kalimat seperti itu kadang juga kita gunakan untuk menghibur teman kita yang sedang kesusahan, atau bisa sebaliknya. Dengan maksud kalau dilanda kesusahan lebih baik kita menerimanya meskipun dengan hati nggerundel dan berkeluh kesah. Tetapi, apakah laku sabar memang sesederhana itu?
Ternyata melatih diri untuk sabar butuh pula kesabaran, yaitu sabar untuk jangka waktu yang cukup panjang. Tidak cukup hanya dengan satu atau dua kali ujian.
Sebagai seorang pendidik, terkadang saya dihadapkan dengan berbagai tingkah laku anak didik yang kadang membikin hati saya menjadi jengkel dan rasanya ingin ngomel. Apalagi kalau ada siswa yang terkesan seperti ingin menjatuhkan wibawa kita sebagai seorang guru. Wahhh... yang ini sih kalau gak ada kontrol emosi yang baik bisa ambyarrrr, karena sangat berpengaruh terhadap mental kita saat proses belajar mengajar berlangsung. Pada bagian ini kita harus cermat supaya bisa menjaga kestabilan emosi. Tidak ada cara lain untuk mengatasi situasi ini selain dengan bersabar.
Pada awalnya memang tidak mudah, karena akan mengeluarkan banyak sekali energi. Karena kita ingin ngomel atau teriak, namun kebiasaan semacam ini tidak boleh dibiasakan kepada anak-anak supaya mereka tidak berpandangan bahwa cara menenangkan hati orang adalah dengan berteriak atau ngomel.
Sebelum berbicara, tariklah nafas dalam-dalam. Pastikan hati sudah tenang, lalu berbicaralah dengan suara yang tegas (keras namun tidak berteriak).
Dari sini kita jadi tahu, bahwa untuk bisa bersabar dalam pengertian yang sesungguhnya bukanlah perkara mudah. Meskipun bukan berarti kita yang tergolong awam ini mustahil untuk menjalaninya. Dalam hal ini saya memberikan tips yang praktis, yaitu perbanyaklah mengunjungi orang sakit. Kenapa? Karena bagi orang yang sakit, tidak ada lagi yang bisa mereka lakukan selain bersabar, terutama seseorang yang sakitnya tak kunjung sembuh. Dari situ kita bisa melihat seseorang yang tidak berdaya dan hanya bergantung kepada Sang Pencipta. Betul-betul tidak ada yang bisa diperbuatnya kecuali bersabar atas kondisinya. Menerima dan berserah atas apa pun yang akan menjadi kehendak-Nya sembari berdoa setiap waktu.
Kondisi seperti ini tentu saja tidak bisa dirasakan oleh orang yang dalam keadaan sehat. Akan tetapi jika orang yang sehat bisa mengambil pelajaran dari kondisi orang yang sakit tersebut dan merefleksikan ke dalam kehidupannya secara berulang-ulang, maka diharapkan suatu saat dia bisa memahami inti dari sabar yang sesungguhnya dan menginternalisasikan ke dalam dirinya.
Iya, ternyata belajar sabar juga butuh kesabaran.Â
Yang sabar ya Boss!