Mohon tunggu...
Brian Rivan Assa
Brian Rivan Assa Mohon Tunggu... Guru - Elementary School Teacher | Job 42:2

Menulis sebagai Katarsis

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Terobsesi pada Kendali

27 Oktober 2020   19:32 Diperbarui: 27 Oktober 2020   19:37 64
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
ilustrasi/sumber:dreamstime.com

Resiko pekerjaan saya sebagai seorang guru adalah pekerjaan itu memunculkan rasa terobsesi pada kendali dalam diri saya.

Sayangnya, menjadi orang yang terobsesi pada kendali bukanlah hal yang baik di luar pekerjaan, karena saya sendiri merasakan kesulitan ketika hal-hal itu berada di luar kendali saya (demikian biasanya kasusnya bila menyangkut hal-hal dalam hidup).

Kehilangan kendali adalah hal yang sulit. Hal itu membuat saya merasa lemah dan tidak berdaya. 

Namun, ketika Allah meminta saya untuk mengakui kelemahan saya dan bersandar sepenuhnya pada janji-Nya yang tidak mungkin dilanggar, saya bodoh bila menolak tawaran-Nya karena tidak ada sesuatu yang lain yang dapat memberi saya kebebasan yang disebabkan karena bersandar kepada Dia. 

Disaat saya tidak mencari Allah sampai saya telah kelelahan dengan setiap kesempatan dan sumber-sumber lain yang muncul, lagu pujian terkenal menegur saya dengan "pas". 

Lagu tersebut berjudul “I Surrender”, yang di populerkan oleh NDC Worship.

Lord I call your name I hear your voice
Searching for me

Lord I humble myself I'm on my knees
Here in your presence

I give my life to you
All my burdens and my fears
I lay it down I let it go

I surrender all… I surrender all
All to you my blessed savior
I surrender all

Draw me to your place
Guide my heart with grace
In your hands, I surrender all

Pagi tadi, saat akan memulai pembelajaran, saya mengajak anak-anak didik saya melalui salah satu aplikasi online meeting untuk menyanyikan lagu ini, sambil diiringi gitar yang saya mainkan.

Saat teduh saya sore ini, lagu inilah yang mengalun dengan lembut di telinga saya. 

Sambil bersujud, dengan hati yang hancur, berurai air mata saya mengangkat tangan tanda saya berserah kepadaNya.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun