Mohon tunggu...
Bryan Pasek Mahararta
Bryan Pasek Mahararta Mohon Tunggu... Freelancer - Youth Society

Youth Empowerment | Broadcasting Enthusiast

Selanjutnya

Tutup

Politik

Kejernihan Bernegara Melalui Kontemplasi SBY

10 September 2019   12:59 Diperbarui: 10 September 2019   17:31 326
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar: Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) | sumber : Demokrat_TV (twitter)

Ada yang menarik dari perayaan hari ulang tahun Presiden RI ke-6, Susilo Bambang Yudhoyono atau akrab dipanggil Pak SBY yang genap berusia 70 tahun. SBY kembali tampil ke hadapan publik memberikan pandangan politiknya untuk berbagi pengalaman sekaligus mengingatkan lintas generasi dalam menjaga Indonesia bermartabat dan demokratis di masa mendatang melalui pidatonya yang disebut Kontemplasi.

Kontemplasi SBY

Jika ditinjau dari penamaan judul pidatonya, Kontemplasi menurut kamus besar bahasa Indonesia (KBBI) merupakan sebuah renungan dan sebagainya dengan kebulatan pikiran atau perhatian penuh. Dengan kata lain, SBY bermaksud menyampaikan curahan, pandangan, dan perenungan sebagai bentuk perhatiannya mengenai kondisi kebangsaan saat ini dan upaya yang perlu diperhatikan oleh generasi mendatang.

Dalam hal ini, SBY mengajak masyarakat untuk berhati-hati dalam berucap dan berbuat agar terhindar dari perpecahan antar bangsa. Untuk itu, ia mengingatkan agar perenungan yang dilakukan memerlukan kejernihan masyarakat dalam berpikir dan bertindak. Kurang lebih, perhatian SBY terhadap situasi dan kondisi bangsa terkini perlu menjadi landasan seluruh pemangku kebijakan untuk mengedepankan kemajuan Indonesia tentunya dengan semangat, tekad bulat dan jiwa persatuan.

Pidato Kontemplasi SBY, masih seperti biasanya, dengan pembawaan yang tenang SBY juga menyelipkan kondisi bangsa terkini dengan keadaan keluarga termasuk rasa dukanya yang tak terhingga atas kepergian dua sosok wanita yang berharga dalam hidupnya selama ini, Ibu dan Istrinya.

Namun, terlepas dari sisi "Familyman" nya itu, SBY seolah ingin menunjukkan bahwa keluarga adalah pondasi yang harus tetap terjaga harmonis. Masalah keluarga berarti juga masalah bangsa Indonesia. Harmonisnya keluarga juga berarti harmonisnya bangsa, begitu pula dengan sebaliknya. Citra seorang SBY yang sangat mempedulikan keluarganya dituangkannya dalam bentuk kepeduliannya terhadap bangsa dan negara.

Dalam kesempatan itu, SBY menyampaikan pengalaman-pengalamannya sebagai abdi negara agar apa yang sudah pernah dilakukan bisa menjadi pembelajaran bagi pemerintahan selanjutnya dan tentu generasi berikut yang mulai mengalami trend baru di era yang sudah bergeser akibat dampak dari globalisasi. Sehingga, besar harapan apa yang dia sampaikan dalam Kontemplasi itu bisa menjadi amunisi tambahan pemerintah mendatang.

Selanjutnya, SBY juga menyampaikan apa saja yang menjadi pokok pikirannya bagi bangsa saat ini. Mengingat kemajemukan bangsa harus tetap diperkuat sebagai modal besar untuk menjadi bangsa yang besar, bersatu dan bukan terpecah atau menimbulkan konflik. Adapun yang perlu dijadikan perenungan sebagai dasar tujuan berbangsa dan bernegara yang lebih baik itu, antara lain: Kasih Sayang (love), bukan kebencian (hatred), rasa persaudaraan (brotherhood), bukan membangun permusuhan (hostility).

Terbesit mengenai pandangan politiknya, SBY menunjukkan prinsip kenegaraannya sebagai seorang patriotik, dan bernegara secara demokratis. Kemajukan menjadi titik perhatian seorang SBY dalam mengelola bangsa. Sehingga, perlunya sebuah perlakuan yang harus terus menerus ditularkan oleh masyarakat kita dengan menyebar kasih sayang daripada kebencian. Kasih sayang akan menyatukan setiap anak bangsa untuk saling menguatkan rasa persaudaraan. Berbhinneka tunggal ika, berbeda-beda tetapi tetap satu tujuan, masyarakat yang merdeka, bersatu, adil dan makmur.

Bukan menebar kebencian yang hanya menghasilkan permusuhan dan konflik antar saudara sebangsa dan setanah air. Konflik yang tak terhindarkan itulah yang justru membuat kegaduhan negara kita, namun menguntungkan negara lain dalam segala kompetisi apapun. Sehingga, rentan negara Indonesia terancam permasalahan perpecahan bangsa yang tentu akan merugikan masa depan generasi bangsa. Untuk itu, ia mengajak agar rasa persaudaraan lebih diutamakan dalam membangun komitmen berbangsa dan bernegara.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun