Mohon tunggu...
BREYDO ZALKY DHANANJAYA
BREYDO ZALKY DHANANJAYA Mohon Tunggu... Foto/Videografer - MAHASISWA S1 PERENCANAAN WILAYAH DAN KOTA - UNIVERSITAS JEMEBR

Saya adalah orang yang bersifat tenang, mudah berteman dengan orang baru dan ramah. Hobi saya adalah dibidang fotografi dan videografi dan hal hal lain yang berbau seni

Selanjutnya

Tutup

Ilmu Sosbud

Ojol dan Pandemi di Jember

14 September 2022   19:25 Diperbarui: 14 September 2022   21:39 552
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilmu Sosbud dan Agama. Sumber ilustrasi: PEXELS

Ojek atau bisa juga disebut sebagai ojeg merupakan sebuah transportasi umum yang tidak resmi di Indonesia dengan berupa kendaraan bermotor seperti sepeda motor atau dengan istilah lain yaitu sepeda yang disewakan dengan cara menarik pelanggan untuk melakukan kegiatan transportasi ke destinasi tujuan yang penumpang inginkan tetapi pelanggan tidak mengendarai sepeda motor itu sendiri melainkan dengan cara dibonceng oleh penyedia jasa ojek. Penumpang yang dibonceng biasanya hanya satu orang namun dibeberapa kondisi dapat memungkinkan untuk membonceng lebih dari satu penumpang. Harga yang diberikan oleh penyedia jasa kepada penumpang merupakan hasil tawar menawar hingga mendapatkan harga yang cocok lalu setelah itu penyedia jasa ojek akan mengantarkan penumpang menuju tujuan yang diinginkan.

Ojek banyak terdapat di kota yang memiliki jumlah penduduk yang padat yaitu kota kota besar seperti kota Jakarta, Surabaya serta Yogyakarta. Kelebihan dari jasa ojek ini dibandingkan dengan angkutan umum lainnya yaitu lebih cepat dikarenakan sepeda motor dapat melewati sela sela kemacetan di kota. Selain kemacetan di kota, ojek juga dapat menjangkau daerah daerah dengan gang yang sempit dan sulit dilalui oleh kendaraan bermotor lainnya seperti mobil,bus dan angkot. Pada umumnya ojek mangkal di daerah persimpangan jalan yang padat aktivitas masyarakat kota atau di jalan masuk menuju suatu kawasan permukiman.

Sejarah singkat asal usul kata Ojek atau Odjeg berasal dari bahasa Sunda yaitu Oto Jegang yang berarti Oto bermakna motor sedangkan Jegang bermakna mengangkang. Pada tahun 1969 di suatu pedesaan di Jawa Tengah, ojek sepeda lazim digunakan karena kondisi jalanan desa yang kurang baik atau bisa dibilang rusak tidak dapat dilalui oleh kendaraan lainnya seperti mobil.

Lalu dengan seiring berjalannya waktu, jasa ojek semakin berkembang pesat disetiap daerah di Indonesia tentunya diimbangi dengan adanya peningkatan yang diakibatkan oleh modernisasi tiap kota. Pada tanggal 5 Oktober 2009, seseorang warga Indonesia dengan lulusan Master of Bussiness Administration dari Harvard Business School bernama Nadiem Makarim memiliki ide untuk mendirikan sebuah perusahaan ojek dengan sentuhan modern atau sekarang bisa disebut sebagai ojek online. Ide tersebut muncul ketika Nadiem Makarim menggunakan transportasi umum ojek hampir setiap hari ketika ia menuju ke tempat dimana ia bekerja dengan tujuan dapat menembus kemacetan di kota Jakarta. Disitulah ia menyadari bahwa sebagian besar waktu yang dihabiskan oleh penyedia jasa ojek dihabiskan hanya sekedar menunggu datangnya penumpang di tempat ia biasa mangkal dengan ojek lainnya. Padahal banyak atau tidaknya penghasilan ojek ditentukan oleh seberapa banyak ia mendapatkan penumpang di hari itu. Semakin banyak penumpang yang ojek dapatkan, maka penghasilan yang dia dapatkan juga semakin besar.

Singkat cerita, Nadiem Makarim pun berhasil mendirikan perusahaan ojek online dengan nama GO-JEK dengan hanya 20 pengemudi. Disaat awal berdiri, Gojek masih mengandalkan call center untuk menghubungkan penumpang dengan pengemudi Ojek Online. Pada akhirnya dipertengahan 2014 berkat layanan mirip ojek online yang sangat naik daun bernama Uber kala itu, Nadiem Makarim mendapatkan tawaran investasi yang lalu digunakan untuk meluncurkan aplikasi berbasis Android dan iOS untuk mempermudah layanan ojek online dan menggantikan sistem pemesanan call center.

Transportasi online berupa ojek yang pertama kali masuk di Kabupaten Jember adalah Go-Jek, dikarenakan banyaknya fasilitas dan pelayanan yang Go-Jek berikan Ojek Online mulai menjamur pada tahun 2017 yang dimana saat itu layanan ojek online yang terkenal masih hanya Go-Jek. Pengguna layanan aplikasi Go-Jek sangatlah merata dari usia anak anak hingga dewasa maupun lansia. Masyarakat di Jember mulai memiliki rasa bergantung pada layanan ojek online pada tahun tahun berikutnya ketika kebanyakan masyarakat sudah tidak lagi begitu asing dengan adanya ojek online seperti Gojek. Banyak aktivitas transportasi masyarakat Jember yang sudah mengandalkan layanan ojek online baik itu untuk mengantarkan ke lokasi tujuan maupun hanya mengantarkan barang, yang dimana menjadikan pengemudi ojek online sebagai kurir pengiriman barang.

Tidak lama dari itu, muncullah jasa transportasi saingan Go-Jek yang bernama Grab dengan memberikan fasilitas dan pelayanan yang tidak kalah bagus sehingga kedua penyedia layanan ojek online ini mulai banyak tersedia di Kota Jember. Grab merupakan perusahaan asal Singapura yang di ekspansi atau diluaskan wilayah layanannya ke Indonesia. Selaku penyedia layanan transportasi online, Grab juga memberikan pelayanan serta fasilitas yang tentunya menjamin kepuasaan para pengguna layanannya.

Sebagai penyedia layanan transportasi online terbesar di Indonesia, Go-Jek dan Grab berinovasi dengan mengembangkan layanannya dengan tidak hanya sebagai ojek online namun mulai merambah untuk berusaha memenuhi kebutuhan gaya hidup dan logistik masyarakat di Indonesia termasuk Jember. Beberapa contoh hasil inovasi fitur yang diberikan Go-Jek ialah layanan Go-Car, Go-Food, Go-Send serta masih banyak lagi layanan yang diberikan.

Saya sendiri sebagai masyarakat Jember sangatlah terbantu dengan adanya kedua penyedia layanan transportasi online tersebut. Dengan harga yang diberikan, ojek online merupakan solusi bagi masyarakat yang tidak memiliki kendaraan untuk menunjang aktivitas sehari harinya. Di Tahun 2019 pengendara ojek online dari Go-Jek maupun Grab menjamur disetiap sudut kota Jember karena saat itu masyarakat Jember sudah terbiasa melakukan kegiatan sehari hari menggunakan layanan ojek online. Tidak hanya ramai akan penumpang, pihak penyedia layanan ojek online tersebut juga menuangkan banyak sekali inovasi demi memenuhi kepuasaan konsumen pengguna layanan.

Ditengah ketenangan aktivitas para masyarakat serta pengemudi ojek online di Jember, datanglah kabar tidak mengenakkan bagi seluruh warga Indonesia yaitu berupa kedatangan Virus Covid-19 di Indonesia. Pemerintah pun merencanakan untuk mengadakan Lock Down ataupun disebut dengan Pemberlakuan Pembatasan Kegiatan Masyarakat disingkat menjadi PPKM demi mencegah cepatnya persebaran Virus Covid-19 di Indonesia. Di Jember sendiri belum begitu merasakan dampaknya di awal awal persebaran virus sehingga kegiatan masyarakat tetap berjalan pada umumnya. Lama kelamaan, dampak dari pandemi mulai menyentuh kepermukaan setiap kegiatan masyarakat di Jember. Hingga pada akhirnya pemerintah Jember pun menerapkan PPKM demi mencegah persebaran Covid-19.

Dengan adanya penerapan PPKM di Jember, pastinya para ojek online di Jember merasakan akibatnya karena kegiatan para masyarakat di Jember berkurang sangat drastis. Tidak hanya itu, banyak tempat umum yang juga ditutup sehingga masyarakat tidak lagi sering menggunakan layanan ojek online. Di titik inilah para ojek online harus bertahan hidup karena penghasilan yang mereka dapatkan sangatlah turun dari biasanya akibat adanya PPKM di Jember.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Ilmu Sosbud Selengkapnya
Lihat Ilmu Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun