Lalu diikuti oleh Tempointeraktif.com yang beralih ke media online setelah adanya pembredelan yang dilakukan oleh Orde Baru pada salah satu majalahnya. Disusul pula oleh Kompas pada tahun 1997.
Awalnya, hadirnya jurnalisme online di Indonesia dinilai tidak membawa sebuah pembaharuan yang berarti. Pasalnya, media seakan hanya memindahkan artikel atau tulisan yang dalam versi cetakan untuk dimuat secara online. Sehingga, tidak ada perbedaan yang berarti. Ini dilakukan oleh Republika dan Kompas.
Tetapi, Detik.com hadir berbeda. Detik.com tidak menyamakan artikel versi cetakan dengan online. Hal ini dikarenakan, Detik.com memiliki versi cetak namun tidak berumur panjang sehingga memilih fokus pada media online.
Beragam media dan personal berbondong untuk meraup keuntungan melalui media online hingga mencapi 500-an media online.  Namun tidak berjalan mulus. Pasalnya hingga tahun 2003 satu per satu telah tutup.
Beberapa media yang telah hilang dari peredaran antara lain Satunet.com, Astaga.com, Berpolitik.com, Kafegaul.com, Satuwanita.com, dan lain lain.
Selain itu, ketatnya pengawasan terhadap media khususnya cetak oleh pemerintahan Orde Baru 1998 menjadi pemicu lahir dan berkembang jurnalisme online di Indonesia. Saat itu, semua berita mengenai jatuhnya Orde Baru disebarkan melalui media online oleh aktivis pro demokrasi seperti kdpnet.activist.com atau kdp.usa.net
Pengguna Media Online Terkini
Berikut data yang dipaparkan oleh Asosiasi Penyelenggara Jasa Internet Indonesia terkait jumlah pengguna media online termasuk jurnalisme online di Indonesia