Mohon tunggu...
Bravo Pendidik
Bravo Pendidik Mohon Tunggu... Guru - Guru

Seorang guru yang mencintai alam Indonesia dari gunung sampai laut

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Kubaca, Kudengar, Kutulis

6 Desember 2022   11:00 Diperbarui: 6 Desember 2022   11:11 102
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Kubaca, Kudengar, Kutulis


A. Masalah

Kami adalah sekolah swasta yang berdiri pada tahun 2016 dengan jumlah siswa awal sebanyak 13 orang. Kami butuh perjuangan yang kuat untuk mengawali sesuatu yang baru, karena sekolah baru perlu cara untuk meyakinkan masyarakat untuk menyekolahkan anak-anaknya di tempat kami.

Puji Tuhan pada tahun ini siswa kami secara keseluruhan berjumlah 82 siswa dari kelas X sampai kelas XII. Selain itu, dari lulusan SMA kami sudah tersebar dibeberapa universitas negeri maupun swasta.

Hasil wawancara kami dengan guru disekolah tentang prestasi akademik siswa, ditemukan permasalahan yang menarik untuk ditindaklanjuti. Guru bertanya kenapa nilai anak-anak cenderung rendah ketika diberi tugas tertulis. Sedangkan jika diberi tes wawancara, siswa sebagian besar dapat menjawab dengan baik. Artinya, siswa bisa memahami materi secara langsung jika dibandingkan dengan pemberian materi secara penugasan tertulis (teks tulis). Hal ini sejalan dengan yang kami baca pada berita yang dimuat di Antaranews.com https://www.antaranews.com/berita/600165/peringkat-pisa-indonesia-alami-peningkatan pada survei 2012.  Nilai literasi dan numerik siswa Indonesia rendah dalam tes PISA. Indonesia menempati peringkat 71 dari 72 negara anggota Organization of Economic and Development. Selain data diatas, kami juga menjumpai data sebagai berikut: 1) Tingkat membaca siswa, Indonesia urutan ke 57 dari 65 negara (PISA, 2010), 2) Data UNESCO yang pernah dilansir pada 2012 menyebutkan indeks minat baca di Indonesia baru mencapai 0,001 atau satu orang yang memiliki minat baca dari setiap seribu penduduk. Baca selengkapnya di artikel "Literasi Rendah Sebabkan Masyarakat Mudah Percaya Hoax ", https://tirto.id/cnQa, 3) Tingkat melek huruf orang dewasa: 65,5 persen (UNESCO, 2012) Rata-rata penduduka ndonesia hanya membaca 27 halaman pertahun. Jika dibandingkan dengan data dari Country Business Head Twitter Indonesia Roy Simangunsong mengatakan, jumlah cuitan orang Indonesia selama Januari hingga Desember 2016 mencapai 4,1 miliar tweet.

Fenomena diatas memberikan gambaran bangsa kita memiliki minat baca yang rendah tetapi memiliki keinginan berbicara yang tinggi. Hal tersebut merupakan keniscayaan jika seseorang berbicara tanpa memiliki pengetahuan yang cukup dari apa yang dibicarakan.

Pengetahuan menjadi tolak ukur rendahnya literasi dengan tingginya tingkat kepercayaan terhadap Hoax. Kepala Editor Trans Media Titin Rosmasari mengungkapkan dalam tulisannya “Literasi Rendah Sebabkan Masyarakat Mudah Percaya Hoax “ di https://tirto.id/cnQa menjelaskan rendahnya budaya literasi Indonesia menjadi salah satu faktor masyarakat mempercayai Hoax atau berita palsu.

Menyikapi permasalahan yang didasarkan pada fenomena kekinian. Kami ingin menanamkan kebiasaan membaca dan menulis di SMA kami dan apa yang dilakukan SMA kami menjadi insprasi untuk sekolah-sekolah yang lain. Sehingga kebiasaan membaca dan menulis dapat menjadi budaya bangsa Indonesia.

Kenapa harus menulis? Ada banyak alasan mengapa kita harus menulis.  Menulis pada hakikatnya adalah alat yang mewakili pikiran penulis. Maka, dapat dikatakan bahwa menulis adalah proses mengungkapkan pikiran. Berikut alasan-alasan menulis: 1) Persuasive purpose, dengan menulis kita dapat meyakinkan para pembaca akan kebenaran gagasan yang diutarakan. Kepercayaan/ pengetahuan seseorang tentang sesuatu yang dipercaya dapat memengaruhi sikap mereka dan pada akhirnya memengaruhi perilaku dan tindakan mereka terhadap sesuatu. 2) Informational purpose, menulis sebagai media memberikan informasi atau keterangan kepada  pembaca. Pada era sosial media saat ini, kebebasan informasi sangat terbuka lebar, setiap informasi dapat dinikmati semua kalangan tanpa terkecuali. Bahkan pada era kebebasan informasi saat ini, setiap individu tidak lagi menjadi konsumen informasi, tetapi juga bisa menjadi produsen informasi. Kebebasan informasi akan menjadi baik manakala setiap individu paham menggunakan sosial media yang baik dan benar. Namun akan berakibat buruk bila kebebasan informasi digunakan untuk menyebarkan informasi bohong atau Hoax, demi kepentingan pribadi atau kelompok tertentu. 3) Self-expressive purpose, menulis sebagai upaya untuk memperkenalkan atau menyatakan diri penulis kepada pembaca. Berbagai citra dapat dibuat dari setiap karakter tulisannya. 3) Problem-solving purpose yakni  tujuan untuk menyampaikan amanat dan pesan dari setiap tulisan berdasarkan fakta dan sumber yang valid sebagai pemecahan dari berbagai masalah yang dihadapi para pembaca. 4) Altruistik purpose, penulis bertujuan untuk memudahkan para pembaca memahami, menghargai perasaan dan penalarannya, sehingga hidup para pembaca lebih mudah dan menyenangkan dengan setiap karya yang dibuat penulis. Selain itu, Imam Ghozali mengatakan “Kalau kamu bukan anak raja dan bukan anak ulama besar, maka menulislah.” https://republika.co.id/berita/pq1wot349/lima-alasan-mengapa-kita-harus-menulis

Berangkat dari permasalahan diatas, SMA kami membuat sebuah program dimana kedepannya siswa-siswa lulusan SMA kami memiliki rasa cinta dalam budaya membaca dan menulis. Program ini kami namakan “Kubaca, Kudengar, Kutulis”. Sebuah program untuk membiasakan siswa-siswi membaca dan menulis. Program ini kami susun berjenjang/bertahap sehingga siswa yang belum terbiasa membaca menjadi terbiasa membaca. Setelah terbiasa membaca, siswa mulai berlatih untuk menulis. Mengapa demikian, bagaimana mungkin bisa menulis jika tidak pernah membaca.

Kenapa Harus Menulis 

  • Meninggalkan Karya Nyata yang Bermanfaat untuk Banyak Orang
  • Sarana Aktualisasi Diri yang Efektif
  • Menambah Arus Kas Pendapatan
  • Menambah Relasi dan Networking
  • Sebagai Terapi dan Mengasah Kreativitas

B. Strategi dan Langkah Mengatasi Masalah

Berikut strategi  “Kubaca, Kudengar, Kutulis”.

  • Koordinasi semua pihak:
  • Melakukan koordinasi dengan Yayasan dan Komite sekolah.
  • Melakukan koordinasi dengan semua guru. Hal ini menjadi penting karena butuh pemahaman dan kesepakatan bersama bahwa program ini penting dan butuh dukungan dari semua guru.
  • Membentuk gugus tugas Literasi sekolah

Pelaksanaan

  • Setiap hari jumat diadakan jumat membaca selama 30menit didampingi oleh wali kelas
  • Siswa wajib membaca 1 buku setiap bulan. Ini bertujuan untuk siswa terbiasa membaca buku. Kami berharap dengan penyesuaian autoplastis dan alloplastis dilakukan secara konsisten dalam jangka waktu yang lama akan membentuk kebiasaan baru. Yaitu kebiasaan membaca.
  • Siswa wajib menulis resensi dari buku yang dibaca setiap bulannya. Sebagai control bahwa siswa telah membaca dan membahami apa yang sudah dibaca. Menjadi penting untuk siswa juga mulai belajar untuk menulis dari apa yang sudah mereka baca.
  • Siswa kelas XI dan kelas XII yang sudah terbiasa membaca dan menulis resensi buku, kami sudah mulai memberikan tugas tugas menulis yang sedikit lebih berat tingkatannya. Misalnya, karya tulis ilmiah, cerpen, makalah, esai dan sebagainya.
  • Semua guru wajib untuk memberikan tugas-tugas yang berkaitan dengan membaca dan menulis.
  • Dalam kriteria kelulusan siswa kelas XII, kami menambahkan 1 kriteria. Siswa wajib mendokumentasikan karya tulis selama sekolah dalam bentuk buku.

Diawal program memang ada kendala yang harus kami hadapi. Misalnya siswa kesulitan dalam mencari buku bacaan. Ini dapat kami atasi dengan persediaan buku di perpustakaan yang terus kami lengkapi dan perbaharui. Selain itu, bantuan buku dari beberapa pihak yang memperkaya buku bacaan siswa. Siswa yang belum terbiasa membaca juga jadi persoalan. Tapi dengan bergulirnya waktu dan sedikit belajar dan penyesuaian. Alhasil sekarang siswa sudah terbiasa kami jumpai mereka disela sela waktu istirahat, siswa membaca sambil makan dan minum.

C. Hasil

Puji syukur kepada Tuhan Yang Maha Esa dan juga terima kasih untuk dukungan semua pihak progam ini boleh dikatakan berhasil dengan baik. Angkatan pertama dapat menghasilkan 3 judul buku. Sedangkan angkatan kedua menghasilkan 12 buku, angkatan ketiga 34 buku, dan angkatan keempat 36 buku.  

Beberapa tulisan siswa juga dibuat di dalam qureta.com 

https://www.qureta.com/post/rusakkah-bangsa-karena-bahasa

https://www.qureta.com/post/menuju-indonesia-emas-di-masa-depan

Seperti yang saya uraikan diatas, sekarang kami banyak menjumpai siswa istirahat pembelajaran sambil membawa buku ke kantin sekolah. Setelah memesan makanan dan minuman, siwa duduk menunggu pesanan sambil membaca buku yang mereka bawa.

Respon orang tua juga baik. Mereka mengatakan bahwa jam bermain gaget mereka sekarang jauh lebih berkurang. Siswa dirumah lebih banyak menghabiskan waktu membaca buku. Orang tua juga berharap program ini bisa diterapkan dijenjang yang lain (sekolah kami terdiri dari KBTK, SD,SMP, dan SMA).

D. Faktor pendukung

  • Keberhasilan kami tidak akan terjadi tampa dukungan semua pihak. Semua pihak pada dasarnya sepakat dengan kami, yaitu rendahnya literasi masyarakat Indonesia. Semua pihak memiliki kepedulian yang sama besar untuk mewujudkan budaya membaca dan menulis di SMA
  • Guru sebagai garda depan sangat mendukung dengan tugas-tugas yang mengarahkan kebiasaan untuk membaca dan menulis. Tugas atau latihan yang diberikan oleh guru sudah tidak lagi didominasi dengan tugas pilihan ganda atau isian. Tetapi sudah mengarah pada karya tulis yang menuntut siswa untuk berfikir tingkat tinggi.
  • Kami juga provokasi orang tua untuk lebih sering memberikan hadiah dalam bentuk buku. Siswa berprestasi hadiannya buku. Siswa ulang tahun hadiannya buku. Jadi tidak hanya siswa yang berubah, tetapi pola asuh orang tua juga kami harap berubah. Puji Tuhan orang tua mendukung pola ini. Beberapa kesaksian orang tua bahwa putra putrinya mulai berkurang waktu untuk bermain gaget, lebih banyak waktu untuk membaca.
  • Orang tua melalui Komite Sekolah juga mendukung dalam bentuk bantuan buku, baik buku layak baca maupun buku baru. Jujur kami pihak sekolah lebih suka jika buku yang diberikan merupakan buku yang sudah dibaca. Mengapa? Karena untuk meminimalisir jenis bacaan yang pantas untuk siswa.

F. Faktor Penghambat

  • Pada dasarnya hambatan relativ tidak ada, karena diawal kami sudah menyamakan persepsi akan program ini. Kami diskusikan dan kami petakan segala macam hambatan yang mungkin ada dan bagaimana solusinya.
  • Mungkin hambatan yang ada pada pembiasaan murid untuk membaca dan menulis resensi disetiap bulannya. Siswa diawal sering terlambat dengan berbagai alasan. Missal belum selesai membaca, belum mengerti bagaimana cara menuli dan sebagainya. Tetapi dapat diatasi dengan kerja keras team literasi untuk membimbing dan mengingatkan terus menerus serta tak henti-hentinya mengingatkan betapa pentingnya membaca dan menulis untuk kehidupan masa depan.
  • Kendala yang cukup berarti yang kami temuai adalah siswa copy paste dari internet. Kami bersyukur kami mengetahui siswa copy paste diawal. Sehingga kami punya kesempatan untuk membina mereka menjadi paham bahwa copy paste karya orang lain adalah bentuk lain dari tindakan mencuri. Mencuri karya orang lain tidak dapat dibenarkan. Kami bina sedemikian rupa bawah itu adalah bentuk dari kejahatan dan berdosa.

E. Kesimpulan 

Program “Kubaca, Kudengar, Kutulis” adalah program kerinduan kita semua. Sebuah program yang rindu bahwa bangsa ini bangsa Indonesia memiliki budaya membaca dan menulis. Semua lini masyarakat dari anak-anak sampai orang dewasa memiliki kesukaan yang tinggi terhadap membaca dan menulis.

Kiranya program ini tidak hanya program semata. Tetapi sebuah program yang mampu dipahami dan dijalani oleh siswa tidak hanya ketika mereka menjadi siswa tetapi sampai mereka dewasa dan memiliki kelurga dan menularkan kebiasaan membaca dan menulis untuk generasi sesudahnya.

Daftar Pustaka

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun