Mohon tunggu...
Alexander Timbul Sibarani
Alexander Timbul Sibarani Mohon Tunggu... Guru - Guru Pengabdi

Ilmu pengetahuan berkembang sedemikian berkembangnya teknologi.

Selanjutnya

Tutup

Fiksiana Pilihan

Sebersit Rindu Kampung Halaman

14 Mei 2019   22:03 Diperbarui: 14 Mei 2019   22:37 34
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Bulan-bulan mudik sudah dimulai. Tahun ini libur cuti bersama bisa di katakan panjang sekitar 11 hari lamanya. Libur menjelang Idul Fitri. Sebagian orang mungkin sudah mulai mempersiapkan mau ke mana dengan kegiatan mudiknya. Terlebih orang-orang yang tinggal diperantauan dan jauh dari kampung halaman. Tanggal cuti bersama selalu masuk dalam agenda untuk memperhitungkan jadwal perjalanan mudik.

Kegiatan rutin bagi banyak orang tidak bisa terjadi setiap tahun bagi kami-kami yang jauh diperantauan. Karena tahun ini harga tiket pesawat melambung sangat tinggi. Jadi keinginan mudik itu masih jauh diawang-awang.

Dikegiatan mudik selalu dapat kita bayangkan bagaimana rindu dengan kampung halaman. Tempat kita dilahirkan dan dibesarkan oleh kedua orang tua. Dan bahkan wafatnya orang tua berada di kampung halaman kita.

Terlahir sebagai anak bungsu dari 9 bersaudara dan memiliki saudara 8 orang perempuan bukan berarti orang tua langsung memanjakan anaknya. Semua di didik dengan kedisiplinan dan mandiri. Walaupun anak laki-laki tidak dibedakan ada giliran setiap hari untuk mencuci piring, membersihkan rumah dan menyiram bunga kesayangan orang tua. 

Tanjung Balai adalah kota kelahiranku. Kotamadya yang terletak di Provinsi Sumatera Utara. Di kota ini orang tuaku ditempatkan kerja di tahun 1975. Masa kecilku berada di kota ini sampai tahun 1994. 

Bersekolah di SD  tahun 1985 sampai tahun 1991 di kota Tanjung Balai. Membuat kerinduan kembali ke kampung halaman. Bagai mana tidak? Di SD ini banyak kenangan yang tidak bisa di lupakan. Nama SD nya saya sampai masih ingat. Nama sekolahnya SD Negeri 132413 Tanjung Balai Kecamatan Tanjung Balai Kelurahan Tanjung Balai Selatan. Ketika berkunjung ke sekolah ini yang merupakab almamater saya. Tidak bisa saya temikan lagi guru-guru yang mengajar dan mendidik ketika itu. 100 persen sudah guru baru. Gurunya sudah pensiun dan ada juga yang sudah meninggal.

Di tahun 1991 saya kemudian bersekolah di SMP Negeri 1 Tanjung Balai setelah lulus SD. Di SMP ini juga banyak kenangan yang tidak terlupakan oleh saya. Terutama kenangan akibat kenakalan di masa sekolah dan itupun terjadi akibat ulah teman. Dimana ketika kelas I SMP akibat kenakalan teman dapat sanksi tamparan dari guru Biologi. Ini terjadi akibat ledekan terman dari bangku yang paling belakang yang mengakibatkan sang guru Biologi tersinggung. Karena saya duduk di baris ke paling belakang akhirnya 4 orang disuruh kedepan dan langsung kena tampar.

Belum lagi dapat pengejaran dari guru olahraga karena dianggap bolos. Padahal kejadiannya ketika bel pelajaran olahraga selesai kami tidak langsung masuk lelas dan ganti baju. Karena hari itu kami olah raga kelapangan yang kira-kira 1 Km jaraknya dari sekolah. Jadi kami berjalam santai ke sekolah dan singgah ke kantin sekolah. Oleh sang guru olah raga kami divonis bolos jam pelajaran lain dan kami dikejar dari kantin supaya tidak lari dan masuk kelas. Tapi itu hanya seklumit kenangan pahitnya. Tapi kenangan pahit itu tidak menjadikan dendam terhadap guru. Dan itu menjadi rahasia supaya orang tua tidak boleh tau. Kalau sampai orang tua tau justru ada lagi hukuman yang harus kami dapatkan dirumah. Dari kenakalan, kami belajar arti sebuah kesalahan yang tidak boleh diulang. Hingga akhirnya saya lulus dari SMP ini di tahun 1994. Ketika berkunjung ke sekolah ini tak banyak guru yang saya temukan ketika mengajar. Sebagian juga pensiun dan ada juga yang sudah meninggal. 

Di tahun yang sama 1994 orang tua menyekolahkan saya ke Medan. Saya sekolah di SMA Negeri 5 Medan. Kalau dulu orang mengistilahkan SMA limper. Kenapa? Karena di tahun 70 an di Indonesia pernah beredar uang Rp. 5 atau limper alias lima rupiah. Istilah ini tidak memyurutkan saya belajar. SMA Negeri 5 juga dikenal dengan sekolah atlit. Karena atlit-atlit pelatda di sekolah kan di sekolah kami di tahun 80 an.

Di SMA Negeri 5 Medan ini juga banyak peristiwa yang menjadi kenangan. Bisa berpartisipasi sebagai Paskibra tingkat sekolah, anggota paduan suara sekolah dan juga sebagai pengurus OSIS dan pengurus Keagamaan. Kenangan yang tak terlupakan di masa ini adalah ketika dianggap bolos oleh guru ketika lewat dari warung samping sekolah. Padahal bel istirahat baru aja bunyi. Dan kebetualn juga di warung tersebut ada juga teman duduk sambil merokok. Guru memvonis bolos dan merokok. Akhirnya diberikan sanksi lari keliling lapangan sekolah 3 kali. Belum lagi kejadian-kejadian lain yang tidak terduga. Ikut nebeng makan dengan teman supaya dibayarin teman karena kiriman dari orang tua yang bisa dikarenakan pas-pas an saja. Ketika berkunjung ke sekolah ini juga sudah banyak perubahan yang terjadi, sebagian  gedung sudah direnovasi dan ada juga yang beralih fungsi. 

Semuanya membuat kerinduan kembali pulang ke kampung halaman yang tak terlupakan. Bisa berkumpul dengan saudara-saudara walaupun sudah di tinggal orang tua hampir 10 tahun. Bukan berarti mengurangi rasa persaudaraan diantara kami. Justru kumpul mudik bisa mempererat persaudaraan. Walaupun mudiknya tidak selalu dilibur idul fitri kami juga bisa mudik di hari natal. Dan biasanya tidak lupa kami selalu nyekar atau ziarah di pusara bapak dan ibu.  Tapi karena di Idul Fitri libut cuti bersama lebih banyak jadi kami selalu merencanakan mudiknya di Idul Fitri.

Itulah seklumit kerinduan akan kampung halaman.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Fiksiana Selengkapnya
Lihat Fiksiana Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun