Mohon tunggu...
Angga Bratadharma
Angga Bratadharma Mohon Tunggu... lainnya -

Pembaca dan Penulis More Info visit my blog : Bratadharma.blogspot.com

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Paradigma Sihir dan Kesadaran Akan Tuhan Oleh Masyarakat Kita

18 Agustus 2012   05:50 Diperbarui: 25 Juni 2015   01:35 245
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Sosbud. Sumber ilustrasi: KOMPAS.com/Pesona Indonesia

Jakarta, AnggaBratadharma (18/8/2012) - Dewasa ini dunia telah berada pada posisi yang signifikan dalam berbagai macam hal, baik bidang teknologi, sosial, pemikiran, politik maupun ekonomi. Namun, masih banyak masyarakat kita yang tetap percaya akan nilai-nilai yang tidak rasional bila dihadapkan suatu permasalahan.

Sihir merupakan kosa kata dan pemaknaan yang mungkin sering kita dengar didalam masyarakat kita. Bahkan, tidak jarang dari masyrakat kita menggunakan untuk hal-hal yang tidak sesuai dengan koridor yang telah ditentukan.

Dalam agama apapun juga sepertinya tidak diperkenankan bahwa sihir ada dan dipergunakan oleh para penganut agama itu. Alasanya, agama yang telah diturunkan Tuhan telah ditetapkan ketentuan dan peraturan untuk kebaikan alam semesta, termasuk manusia.

Kendati demikian, pemikiran masyarakat, terutama di Indonesia, yang sebagian besar masih dalam paradigma tradisional, masih terbilang rawan dalam penggunaan sihir, atau datang kepada para penyihir untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang dihadapi oleh masyarakat itu sendiri.

Seorang Ulama Islam Besar, Quraish Shihab, dalam suatu kesempatan, mengatakan, sihir itu dilarang dalam suatu agama, karena pecaya ada kekuatan lain selain kekuatan Tuhan. Padahal, kekuatan sihir itu tidak akan bekerja manakala tidak mendapat ijin dari Tuhan

"Sihir dilarang, karena percaya ada kekuatan selain kekuatan Tuhan. Percaya tidak akan terjadi, termasuk sihir kecuali ijin Tuhan. Sihir kalau sekedar belajar boleh, tapi digunakan untuk mengelabui, atau tidak baik, itu tidak boleh. kalau digunakan tidak baik maka tidak boleh", tutur Ulama besar itu

Pada dasarnya hal ini lumrah manakala kita lihat latar belakang masyarakat Indonesia yang masih tradisional dalam pola dan konsep hidupnnya Bahkan, masih banyak masyarakat kita yang menganut sistem sangat tradisional. Ini menjadi ironi manakala disandingkan dengan kenyataan bahwa Indonesia sekarang telah maju diberbagai bidang sejak dasawarsa lamanya dari kemerdekaan.

Dari kenyataan itu, maka pola-pola kekuataan yang diluar dari Tuhan masih dipergunakan oleh masyarakat kita. Masyarakat kita, terutama yang dipinggir-pinggir atau daerah tertinggal masih sering menganut sistem sihir, atau datang ke dukun-dukun untuk bisa menyelesaikan permasalahan yang tengah dihadapinya. Ketidakrasionalan terjadi ketika pelaku sihir itu meminta pemohon untuk membawa beberapa persyaratan atau melakukan sesuatu yang tidak sesuai dengan batas wajar.

Namun, permasalahan masih adanya masyarakat kita yang datang dan menggunakan jasa sihir bukan terjadi begitu saja, dan berlanjut secara berkesinambungan hingga sekarang ini. Tentu ada permasalahan lain yang menyebabkan masyarakat kita berada pada paradigma itu. Ini bisa dibandingkan dengan ajaran-ajaran Tuhan yang telah menyebar diseluruh dunia ini.

Misalkan saja, setiap agama yang diturunkan Tuhan telah diutus seseorang untuk memberi pencerahan dan masuk ke dalam agama itu, yang dalam rangka meluruskan manusia dari kesesatan yang ada. Ini menjadi nilai bahwa kekuatan Tuhan lebih dominan di alam semesta bila dibandingkan dengan kekuatan lain.

Secara logika, Indonesia yang tengah berada pada puncak peradaban sekarang ini dituntut untuk bisa menyelesaikan masalah yang semakin kompleks. Bukan hanya permasalah secara kuantitatif saja, tapi juga penyelesaian secara kualitatif serta kualitas. Dengan itu, permasalahan seperti sihir bisa diselesaikan secara tuntas.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun