Mohon tunggu...
Brando Lubis
Brando Lubis Mohon Tunggu... pelajar/mahasiswa -

A mistake is just a mistake. It's not final. It's not fatal. It's how we learn. Successful people fail FAST then move on.

Selanjutnya

Tutup

Money

Peranan Etnis China dalam Pertumbuhan Bisnis Indonesia

24 September 2010   08:40 Diperbarui: 26 Juni 2015   13:00 3314
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Latar belakang

Indonesia yang merupakan salah satu negara kepulauan terbesar di dunia dimana terletak di garis katulistiwa ujung dari sumatera hingga papua. Salah satu keunikan dari indonesia adalah banyaknya suku dan etnis yang ada di indonesia. Kebanyakan pulau terdiri dari beberapa multi etnis baik yang berjumlah besar maupun yang berjumlah kecil pada setiap geografis lokasi. Sebuah kota besar terdiri dari beberapa multi etnis baik yang dominan maupun imigran yang datang dari negara lain. Sehingga menghadapi keberagaman ini menjadi sebuah aktivitas sehari-hari dalam kalangan masyarakat indonesia.

China indonesia merupakan salah satu etnis yang ada di indonesia sejak mereka masuk ke indonesia dan menjadi masyarakat di indonesia, dan mereka disebut sebagai china indonesia. Pertama kali mereka datang ke indonesia adalah dengan tujuan untuk berdagang dan bertransaksidengan warga indonesia. Bagaimanapun, hubungan antara warga asli indonesia dengan china banyak dipengaruhi oleh belanda (pada abad ke 19) dan kebijakan pemerintah indonesia.

Pada masa kolonialisme belanda, belanda membuat klasifikasi rasial untuk membedakan warga kulit putih (termasuk jepang) dari kelas dua “oriental people” dan kelas tiga yaitu masyarakat pribumi yang mana pengelompokan itu tidak bisa diterima masyarakat pribumi. Hal ini menjadi halangan asimilasi etnis china dan membentuk eklusivitas etnis china. Hal inilah yang membentuk chinatown dan menjadi pemisahan dalam bentuk fisik. Sikap demikian menjadi pandangan tersendiri bagi masyarakat pribumisehingga melarang setiap etnis china memiliki lahan pertanian. Kebijakan ini justru menjadi stimulus bagi kegiatan perdagangan yang dominan bagi etnis china di negara indonesia.

Adanya stereotipe-stereotipe negatif tentang peran ekonomi etnis china dalam masyarakat akan mendominasi perekonomian di indonesia, khususnya stereotipe negatif yang berhubungan dengan peran ekonomi mereka dengan alasan akan berdampak pada penjajahan kembali pada bangsa indonesia.

Sehingga selama orde baru berjaya dalam 3 dekade lebih, selama itu pula etnis china banyak mengalami diskriminasi. Hal itu bisa dibuktikan dengan adanya beberapa peraturan yang mengatur eksistensi etnis china di Indonesia :


  • Pertama, keputusan presiden kabinet no. 127/u/kep/12/1996 tentang masalah ganti nama.
  • Kedua, instruksi presidium kabinet no. 37/u/iv/6/1967 tentang kebijakan pokok penyelesaian masalah china yang wujudnya dibentuk dalam badan koordinasi masalah china, yaitu sebuah unit khusus di lingkungan bakin.
  • Ketiga, surat edaran presidium kabinet ri no. Se-06/preskab/6/1967, tentang kebijakan pokok wni keturunan asing yang mencakup pembinaan wni keturunan asing melalui proses asimilasi terutama untuk mencegah terjadinya kehidupan eksklusif rasial, serta adanya anjuran supaya wni keturunan asing yang masih menggunakan nama china diganti dengan nama indonesia.
  • Keempat, instruksi presidium kabinet no. 37/u/in/6/1967 tentang tempat-tempat yang disediakan utuk anak-anak wna china disekolah-sekolah nasional sebanyak 40 % dan setiap kelas jumlah murid wni harus lebih banyak daripada murid-murid wna china.
  • Kelima, instruksi menteri dalam negara no. 455.2-360/1968 tentang penataan kelenteng-kelenteng di indonesia.
  • Keenam, surat edaran dirjen pembinaan pers dan grafika no. 02/se/ditjen/pp6/k/1988 tentang larangan penerbitan dan pencetakan tulisan/ iklan beraksen dan berbahasa china. (kompas minggu, 6 februari 2000: 9).

Tekanan politik pada masa rezim orde baru yang mana melarang etnis china untuk masuk ke dalam dunia politik, akademik, dan militer. Sebagaiman hasilnya, mereka menjadi kuat dalam ber-entrepeneur dan profesional manager dalam perdagangan, manufacturing dan banking.

Seperti yang dicatat oleh fujitsu research di tokyo (naisbitt, 1997:19-20) yang mengamati daftar perusahaan-perusahaan di 6 (enam) negara kunci di asia, didalamnya di gambarkan betapa perusahaan-perusahaan tersebut secara mayoritas dikuasai oleh etnis china perantauan, misalnya, thailand sebanyak 81%, singapura sebanyak 81% di indonesia sebanyak 73% dan lain-lain.

Sampai sekarang kita bisa melihat bahwa peran china indonesia dalam bidang ekonomi dan bisnis sangatlah tinggi. Mereka adalah orang-orang indonesia yang memiliki jumlah kekayaan terbesar. Pengusaha, konglomerat dan orang-orang terkaya yang sebagian besar adalah etnis china. Oleh karena itu tulisan ini mencoba menjawab bagaimana peranan etnis china dalam pertumbuhan bisnis indonesia melalui titik pandang budaya.

Perspektif teori

Budaya merupakan hasil pembentukan keberhasilan dari kelompok masa lalu yang kini menjadi asumsi kolektif yang tidak diragukan lagi serta diterima sebagai perwakilan realitas yang ada. Suatu kelompok cenderung terus memegang hal-hal yang telah diyakini, terbukti membawa keberhasilan bagi mereka pada masa lampau dan dari waktu ke waktu. Suatu budaya memang sulit diubah, apalagi di dalam kelompok yang telah lama berdiri. Hal ini dikarenakan budaya merupakan sebuah representasi dari akumulasi pembelajaran dari cara berpikir, merasa, serta merasakan bagaimana dunia itu memberikan kontribusi bagi keberlangsungan kelompoknya.

Bagian-bagian penting dalam sebuah warisan budaya yang kita miliki seringkali mendorong perilaku kita, menjadi budaya nasional dan budaya etnis atau organisasi kita. dengan demikian pengaturan bisnis dapat kita lihat sebagai lingkup kehidupan kecil (mikrokosmos) dari sebuah masyarakat luas yang berbudaya.

Oleh karena itu, dengan berjalannya waktu, setiap bisnis mengembangkan budayanya tersendiri dan unik. contohnya, dalam bisnis masyarakat china, dikenal prinsip “guan xi” yang berarti “relationship”. Untuk itu di dalam dunia bisnis, orang china senang berkerja sama dengan pihak yang mereka kenal dan percaya. Hubungan menjadi sebuah hal yang sangat penting dalam bisnis yang mereka jalankan.

Analisa

Sebenarnya ada 4 kelompok china yang telah menetap di indonesia. Ini adalah 4 kelompok berdasarkan bahasa dan asal di china. Migrasi china ke indonesia terjadi antara 16 sampai abad ke-19. Pertama, orang-orang hokkian, itu berasal dari propinsi fukien sebagai daerah yang sangat penting bagi sejarah perdagangan china di selatan. Karakter mereka sangat tekun, sabar, dan lembut. Mereka juga sangat baik dalam perdagangan. Jadi kebanyakan dari mereka sukses secara ekonomi. Mereka bermigrasi ke indonesia dan mencapai wilayah luas di indonesia timur, jawa tengah, jawa timur, dan barat sumatra. Dua kelompok lain teo-chiu dan hakka (khek) orang yang keduanya berasal dari china bagian selatan di daerah pedalaman dari swatow provinsi kwantung timur. The teo-chiu dan hakka orang yang bekerja di pertambangan, seperti timur sumatera, pulau bangka, dan biliton. Kelompok terakhir adalah orang kanton (kwong fu), mereka datang dari bagian selatan provinsi kwantung. Pada awal mereka tertarik pada industri pertambangan indonesia, dan mereka datang dengan keterampilan. Mereka adalah orang-orang yang memiliki toko, dan pandai besi, namun mereka tidak sebanyak hakka dan orang-orang teo-chiu.


Namun, bagi masyarakat Indonesia 4 kelompok itu tidaklahmenjadi hal yang penting, karena mereka jauh lebih dikenal sebagai kelompok china indonesia: indonesia - china atau "peranakan" dan asli china atau "totok". Klasifikasi ini banyak didasarkan pada tingkat asimilasi dan akulturasi dengan masyarakat dan budaya lokal. Sebagian besar hokkian yang pindah pertama ke indonesia telah mengalami asimilasi dan akulturasi yang mendalam, bahkan karakter fisik mereka hampir sama dengan masyarakat setempat karena pertukaran perkawinan. Mereka kebanyakan melupakan bahasa mereka, dan berbicara bahasa lokal dan indonesia. Kelompok migrasi yang tinggal di jawa barat, kalimantan barat sumatea masih totok dengan desa-desa china, berbicara bahasa mereka sendiri dan memelihara budaya mereka di indonesia. Hal tersebut merupakan paradigma tersendiri bahwa totok mempertimbangkan peranakan lebih rendahkarena telah memiliki darah campuran dengan pribumi, sedangkan peranakan malah menganggap totok lebih rendah di golongannya karena mereka semua adalah pendatang yang masuk ke indonesia sebagai tenaga kerja.

Seperti yang sudah disinggung sebelumnya, bisnis indonesia china sangat dipengaruhi oleh kebijakan pemerintah indonesia. Hingga akhirnya, pada masa pemerintahan presiden abdurahman wahid mencabut kepres yang mendeskriminasikan etnis china serta ajakan bagi etnis china untuk menjalankan usahanya kembali ke atau di tanah air. Akan tetapi pada masa pemerintahan beliau kinerja pemerintah belum begitu meyakinkan sehingga fluktuasi rupiah terhadap mata uang asing seirng mengalami turun naik. dan juga walaupun kebijakan lama telah di cabut, perilaku ekonomi china sepanajang periode 1930 sampai 2000 masih mengalami stereotype yang “miring” tentang perannya dalama masyarakat Indonesia. di antara lain :

a)Kebobrokan ekonomi indonesia adalah akibat banyaknya dana yang dibawa pengusaha etnis china ke luar negara;

b)Kolusi dan nepotisme menjadi kebiasaan pengusaha etnis china yang mempengaruhi kepada kinerja para birokrat. Stereotipe-stereotipe miring di atas yang terasa sebagai generalisasi beberapa hal negatif perilaku ekonomi etnis china tampaknya perlu dikaji dengan pikiran yang obyektif dan bijaksana.

Kelebihan

Etnis china di indonesia merupakan salah satu masyarakat keturunan china yang hidup di luar negara asalnya, mereka mendominasi kegiatan ekonomi wilayah di asia termasuk indonesia. Menguatnya jaringan-jaringan kerja lintas negara ini mendominasi pula cara atau perilaku etnis china di indonesia dalam menyikapi galobalisasi. Etnis china di indonesia sebagian besar lebih siap menyongsong globalisasi.

Keistimewaan perilaku ekonom etnis china yang pertama terletak pada jaringan system kerja yang kuat. Walaupun demikian sikap kompetitif antara mereka tetap terpelihara secara sehat. Hal ini semakin memperketat jaringan bisnis diantara mereka. Bahkan saat terjadi krisis ataupun munculnya tantangan besar, mereka saling bekerja sama. Oleh sebab itu bisnis keluarga menjadi salah satu ciri jaringan kerja yang mereka bentuk.

Perilaku hubungan jaringan kerja antara etnis china terbentuk karena pengalaman yang mereka lalui. Sesama migran etnis china dimanapun berada saling menjaga dan membantu pendatang-pendatang baru di bumi nusantara yang mereka tempati sebagai negara harapan. Manfaat dari adanya hubungan jaringan kerja yaitu:


  • Memaksimalkan “contact points” untuk (informasi) pekerjaan
  • Menyebarluaskan berita termasuk tukar menukar berita, dan
  • Memperkuat dukungan psikologis antar anggota.

Karakteristik lain yang dimiliki etnis China di Indonesia adalah kemauan kerja kerasnya dan kebiasaan hidup hemat. Mereka mampu bekerja dalam waktu yang panjang dan jarang beristirahat kecuali untuk hari besar mereka. Senantiasa menghasilkan uang, sudah menjadi kebiasaan sekaligus kesenangan mereka.

Salah satu kesamaan karakteristik antara etnis China di Indonesia dengan masyarakat pribumi berkaitan dengan konflik adalah sama-sama lebih menyukai penyelesaian perbedaan melalui negoisasi, dibandingkan pemecahan konflik secara formal. Hal ini terlihat dari kentalnya jaringan kerja yang telah menjadi kebiasaan etnis China, tentunya kondisi ini menjawab mengapa “guan xi” (kontak personal) menjadi penting dalam perilaku ekonomi mereka.

CAFTA dan peran etnis china

Beberapa waktu yang lalu dalam pidatonya Presiden SBY pada acara Hari besar China, menyebutkan. bahwa menurut beliau, selama ini etnis china di Indonesia memiliki peranan yang besar juga dalam membangun dan mendirikan bangsa Indonesia. mereka turut juga untuk berjuang, berupaya dan bekerja keras untuk turut memakmurkan negeri ini. beliau mengatakan, sebagai Negara demokarsi sangat penting untuk tidak mendeskriminasikan terhadap perbedaan suku, agama, golongan dan etnis karena identitas bangsa ini sebagai bhineka tunggal ika.

Tentu saja walaupun demikian etnis china di tanah air tidak boleh berpuas diri dengan peran yang sudah dilakukan selama ini. Karena kita tahu, tantangan yang harus dihadapi bangsa ini pada saat ini atau ke depannya jelas kian berat dan kompleks. Salah satu tantangan terbesar sekaligus terberat kita adalah implementasi china-asean free trade agreement (CAFTA) yang sudah mulai berlaku sejak awal tahun 2010. Memang sudah banyak pembahasan tentang CAFTA. Bahkan, di kantor sinar harapan belum lama ini digelar seminar “peluang dan tantangan CAFTA” yang di-hadiri oleh mantan duta besar republik indonesia untuk republik rakyat china sudrajat, ketua umum lic sukamdani s gitosardjono, ketua apindo sofyan wanandi, pengusaha the ning king, direktur utama PT Sinar Harapan Persada Susanto Sjahir, dan moderator eka budianta. (sinar harapan, 10 maret 2010).

Anehnya, berbagai pembahasan CAFTA jarang yang menyinggung peran etnis China dalam CAFTA. Karena itu seiring harapan presiden SBY di atas, ada baiknya etnis China berperan lebih seiring dengan diimplementasikannya CAFTA.

Kecemasan dan Harapan

Ada yang berpendapat, pasar bebas di mana pun hanya akan memberi tempat pada yang kuat, baik dari sisi modal, kapital maupun kuat dari sisi sumber daya manusia (sdm). Seperti diketahui, china adalah negeri dengan pdb terbesar di antara sebelas negara penandatangan CAFTA, yakni us$ 4.327,4 miliar dan jumlah penduduknya 1,3 miliar jiwa. Serbuan produk china dita¬kutkan bisa mematikan ekonomi kita, khususnya di level kecil dan menengah.

Tidak heran jika kemudian berkembang wacana agar penerapan CAFTA ditunda dulu, karena kita belum siap bersaing. Namun juga berkembang wacana, CAFTA adalah keniscayaan. Indonesia tidak mungkin menunda, karena CAFTA sudah dirintis sejak 1992 di KTT AFTA di bogor. CAFTA juga tetap memberi peluang baik, asal kita cerdas. Sementara itu, di sisi lain juga menyeruak rasa optimisme. Karena berdasarkan bukti-bukti sejarah kontak antara china dengan negeri ini ketika masih disebut nusantara, china tidak pernah menerapkan pendekatan represif, apalagi menjajah. Justru dari beragam bukti sejarah, kontak dengan china ikut mengembangkan peradaban kita.

Kita berharap saja, CAFTA tidak membuat pemerintah china saat ini melupakan bukti-bukti sejarah masa lalu tersebut. Tetapi jujur, kita memang digelayuti perasaan cemas, khususnya ketika melihat serbuan produk china sejak CAFTA diterapkan 1 januari 2010. hal yang kita lihat demikian merupakan ancaman bagi asia tenggara dan khususnya Indonesia karena ketidaksiapan dalam berkompetisi.

Nah, dalam konteks ini, 15 juta warga negara indonesia yang beretnis China bisa tampil sebagai tameng dan penyelamat. Karena macan asia atau bahkan macan dunia seperti tiongkok memang sulit untuk disaingi. Amerika serikat saja saja kelabakan dan mencari berbagai alasan tiap kali hendak bersaing secara frontal dengan china. Demikian pula banyak negara lain, seperti uni eropa atau australia.

Untuk itu, etnis China di tanah air bisa berperan dan berkontribusi lebih besar dalam menyikapi CAFTA. Sudah terbukti dalam perjalanan sejarah, ketika semua etnis di tanah air dilibatkan, termasuk etnis China, masalah-masalah besar yang dihadapi negeri ini bisa terpecahkan. Dalam krisis keuangan global pada 2009 lalu, misalnya, jelas ada peran yang tidak kecil dari etnis ini. Berbeda dengan tahun 1998, ketika ada pelarian modal yang dilakukan etnis China, sehingga banyak dana diparkir di luar negeri seperti singapura, krisis moneter 1998 amat telak memukul bangsa ini.

Tentu melibatkan etnis China untuk berperan lebih besar dalam menyikapi CAFTA yang membutuhkan kepercayaan. Semisal, jangan ada keragu-raguan terkait komitmen nasionalisme atau patriotisme dari etnis ini.

Saling percaya antara sesama warga bangsa harus ditumbuhkan. Kecurigaan bahwa etnis ini pasti akan lebih berpihak pada tiongkok dan mengabaikan kepentingan nasional, harus diakhiri. Peran atau kontribusi itu konkretnya bisa dicari atau digali dari etnis China.

Berbagai hal yang strategis untuk melindungi kepentingan nasional kita seiring implementasi CAFTA, harus dirumuskan. Misalnya, tentang kiat berdagang dengan china, jelas yang ahli adalah para eksportir atau importir, serta pelaku dalam jaringan perdagangan antara tiongkok dan indonesia.

Lalu para pakar soal china seperti I Wibowo dari universitas indonesia, juga para pelaku bisnis beretnis China seperti ciputra, mochtar riyadi atau ali markus dan sebagainya, bisa dimintai pandangannya tentang caranya memformulasikan strategi paling efektif dalam berhadapan dengan china.

Kalau tiap masalah diserahkan pada ahlinya, jelas akan lebih mudah dipecahkan. Dengan memiliki strategi yang jitu dan dirumuskan secara sistematis, jelas kita akan tampil lebih siap dalam menghadapi pasar bebas, khususnya dalam menghadapi tiongkok.

Yang penting lagi, para pengusaha China di indonesia juga jangan gampang mem-phk dalam menyikapi CAFTA. Masalahnya, ada ketakutan besar di berbagai organisasi pekerja bahwa akan ada jutaan pekerja di-phk seiring penerapan CAFTA. Tingkat pemutusan hubungan kerja akibat implementasi perjanjian perdagangan bebas asean dan china berpotensi meningkat.

Menurut sekjen asosiasi pengusaha indonesia (apindo) djimanto, sekitar 7,5 juta buruh kemungkinan bisa di-phk. Yang ditakutkan lagi, banyak buruh justru berpikir jangan-jangan CAFTA hanya akan dijadikan alasan untuk mem-phk buruh. Ketakutan akan phk ini bukan hanya terjadi di negeri kita, tetapi juga di negara-negara peserta CAFTA, termasuk china.

Memang, china telah menjadi macan ekonomi dunia yang luar biasa dan sulit ditandingi. Nyaris tidak ada negara di dunia saat ini yang tidak dibanjiri produk china. Namun dari berbagai studi di masa lalu, china terbukti tidak pernah menjadi kolonialis seperti barat. Ketika negeri ini masih disebut nusantara, interaksi dengan kekaisaran tiongkok sudah lama terjalin. Dalam praktik dagangnya sekarang, china juga tidak pernah terbukti melakukan praktik dumping.

Kunci utama berbisnis dengan china adalah adanya keuntungan bersama (win-win solution). Akan teapi, di atas semuanya, yang paling tahu tentang china jelas hanya yang punya kedekatan secara etnis atau budaya dengan china, dalam hal ini adalah etnis China.

Di atas semuanya pula, yang terpenting segenap komponen anak bangsa perlu merapatkan barisan menjalin sinergi dan memenuhi jiwa dengan semangat pantang menyerah dalam mengejar tujuan. Tujuan bersama kita tentu saja adalah kejayaan indonesia dan kesejahteraan rakyatnya.

Kesimpulan

·China Indonesia merupakan salah satu etnis minoritas yang ada di Indonesia, akan tetapi memiliki peranan yang penting dalam perdagangan dan bisnis yang ada di indonesia

·Karakteristik Etnis China yang kuat pada budayanya serta menerapkan prinsip prinsip tersebut yang membuat sebagian besar dari mereka sukses dalam bisnis.

·Untuk mampu bersaing dalam CAFTA perlu adanya campur tangan Etnis China Indonesia dalam memformulasikan strategi efektif untuk menghadapi China.

Referensi :

Harding, B. (2008). The Role of the Chinese Diaspora in Sino-Indonesian Relations. Vol.8 (Issue.16).

L.Radernmakers, M. F. (1998). Market Organization in Indonesia: Javanese and Chinese Family Business in the Jamu Industry. Organization Studies , 1005-10027.

Saptaatmaja, Tom (2010). CAFTA dan peran etnis China. http://www.sinarharapan.co.id.di akses : selasa, 20 juni 2010 13:15.

Wulandari,F, R (2010); Perilaku ekonomi etnis china di Indonesia sejak tahun 1930-an. http://iccsg.wordpress.com . di akses : selasa, 20 Juni 2010.

Chinese Business Culture: Guanxi, an Important Chinese Business Element. (n.d.). selasa, 20 Juni 2010. from Los Angeles Chinese Learning Center: http://chinese-school.netfirms.com/guanxi.html

Ooi, C.-S. (2007). Production and Consumption of Chinese-ness in International Business Studies. The China World International COnference on Made in China vs Made by Chinese: Global Identities of Chinese Business. United Kingdom.

The Chinese People. (n.d.); http://www.balitouring.com/culture/chinese.htm. di akses : selasa, 30 maret 2010 13:15

Wong, S.-L. (1995). Business Network, Cultural Values and the State in Hongkong and Singapore. London.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun