Mohon tunggu...
Bramantya Krisna
Bramantya Krisna Mohon Tunggu... Penulis - KKN Tim 1 Universitas Diponegoro Tahun 2021 Jakarta Utara

KKN Tim 1 Universitas Diponegoro Tahun 2021 Jakarta Utara

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan Pilihan

Introspeksi May Day di Negeri Sendiri

18 Mei 2019   14:00 Diperbarui: 18 Mei 2019   14:29 49
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

          

Hari buruh menjadi momen tersendiri bagi para karyawan, atau dalam bahasa kasarnya sebagai pekerja, untuk menyuarakan aspirasi mereka dengan melakukan berbagai hal demi terwujudnya keadilan sosial. Hari buruh sendiri pun tidak datang tanpa alasan yang remeh. Pada abad ke-19, ketika masa revolusi industri di kawasan Eropa dan Amerika Serikat, terjadi perubahan ekonomi dan politik yang signifikan manakala kaum kapitalis benar-benar merajalela.

Mereka mewajibkan para pekerja untuk bekerja belasan jam yang sudah pasti diberi upah yang tidak sepadan. Dengan membentuk serikat pekerja dan melakukan aksi seperti mogok kerja, mereka mampu melobi para stakeholder di era itu untuk mengurangi jam kerja sebagai penghormatan kepada mereka yang telah berkomitmen untuk menjalankan kegiatan perusahaan serta memajukan perekonomian nasional.

Setelah masa revolusi industri terlewati hingga saat ini, tuntutan dari para karyawan pun semakin kompleks karena bukan hanya sekadar jam kerja saja yang menjadi agenda tahunan ini. Mulai dari penghapusan PHK sepihak, penghapusan kerja outsourcing, pemberian upah lembur, hingga pemberian cuti bagi karyawati yang tengah mengandung atau menyusui.

Di Indonesia sendiri bisa jadi hari buruh dapat disamakan kondisinya dengan negara-negara lain. Akan tetapi, permasalahan utamanya bukan berada pada tuntutan para karyawan yang semakain banyak. Keadaan yang dapat kita pantau lewat kanal berita online, betapa antusiasnya mereka yang mengikuti May Day ini. Mulai dari para karyawan, mahasiswa, aktivis, maupun anak-anak terlibat dalam acara ini. Entah karena lengahnya pengawasan dari kepolisian atau karena orangtua yang kurang aware terhadap anaknya membuat esensi dari May Day menjadi keruh. Mereka yang datang bukan berasal dari kalangan karyawan. Sebagian dari mereka yang berstatus pelajar datang secara bergerombol untuk sekadar ikut-ikutan, padahal mereka bukan karyawan. Bahkan dari mereka ada yang dibayar oleh oknum tertentu demi kepentingan politik semata. Jadi bisa kita tebak tujuannya menuju ke mana keberadaan mereka ini.

Kerusuhan antara demonstran dengan pihak yang berwenang dapat menjadi semacam "bumbu" untuk melengkapi kompleksitas permasalahan di hari buruh. Ada berita tentang jurnalis yang kameranya disita karena merekam aksi penyiksaan demonstran oleh polisi. Ada juga sekelompok orang yang berbaju hitam-hitam yang melakukan aksi vandalisme. Tidak sedikit kerugian yang timbul akibat kerusuhan ini. Mereka yang sebenarnya masa bodoh dengan hari penting ini turut kena imbasnya. Bagaimana tidak sampai hati mendengar berita tentang ojek online yang harus menerima nasib tatkala motor yang digunakannya untuk mencari nafkah dirusak oleh tangan-tangan yang tidak bertanggung jawab ini, padahal di rumahnya ada empat orang anak yang harus ia hidupi.

Pemerintah pun rasanya perlu belajar lebih banyak lagi dari pengalaman May Day di tahun-tahun sebelumnya. Bukankah permasalahan yang disebutkan di atas sudah pernah terjadi sebelumnya? Seharusnya mereka paham dengan kondisi tersebut dan mencari jalan keluar terbaik tanpa mengurangi esensi dari hari buruh itu sendiri. Aparat yang dilibatkan sebaiknya dapat mengawasi jalannya penyampaian pendapat tanpa menggunakan tindakan represif yang menimbulkan kerusuhan dan korban jiwa. 

Hari buruh pada dasarnya bukan sekadar menuntut hak-hak para karyawan tanpa mengindahkan kondisi perusahaan. Seharusnya hari buruh dapat menjadi wadah terbaik untuk menemukan win-win solution bagi segenap karyawan, perusahaan, dan pihak yang berwenang agar semua aspek dapat berjalan dengan baik, tentunya dengan sikap berbesar hati. Para karyawan dapat menghidupi keluarganya, perusahaan dapat melakukan kegiatan produksi dengan baik, serta perekonomian negara ikut maju seiring dengan meningkatnya kesejahteraan masyarakat.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun