Mohon tunggu...
Bram
Bram Mohon Tunggu... Penulis - Seorang Penikmat Ilmu Pengetahuan

Merdeka sejak dalam pikiran

Selanjutnya

Tutup

Kebijakan

SBY Panik, Tuding Aparat Keamanan Tidak Netral di Jatim?

21 Juni 2018   14:57 Diperbarui: 21 Juni 2018   15:10 616
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pemerintahan. Sumber ilustrasi: FREEPIK/Freepik

Keluhan mantan presiden Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) terkait netralitas aparat negara dalam Pilkada Jatim menuai banyak cibiran dari berbagai pihak. Banyak pihak yang menilai pernyataan SBY itu berlebihan dan perlunya mawas diri.

Seperti diberitakan sebelumnya, usai memimpin apel Demokrat Jatim di Madiun, Senin (18/6), SBY mengaku khawatir aparat negara seperti Badan Intelijen Negara (BIN), Kepolisian, maupun TNI memihak parpol tertentu dalam Pilkada 27 Juni mendatang.

Melihat pernyataan SBY itu, kita bisa menilai adanya kepanikan yang luar biasa di tubuh Partai Demokrat terkait calonnya di Jatim. Hal itu sebagaimana pokok pikiran pengamat politik Universitas Brawijaya, Fajar Ramadlan.

Pernyataan SBY itu menjadi indikasi ada kepanikan bahwa calon yang diusung Demokrat dalam posisi tertinggal. Hal ini sejalan dengan narasi yang dibangun sebelumnya oleh Sekretaris Demokrat Jatim Renville Antonio bahwa kecurangan bisa menggagalkan pemenangan Khofifah Indar Parawansa dan Emil Elestianto, calon yang diusung Demokrat di Pemilihan Gubernur (Pilgub) Jatim.

Indikasinya mudah saja, jika tidak panik, tidak mungkin menyasar dan memberi tudingan ke mana-mana.

Padahal kalau mau jujur sebenarnya potensi penggunaan alat negara itu justru ada di sekitar kelompoknya. Misalnya, Khofifah merupakan mantan menteri sosial, tentunya dia memiliki infrastruktur jaringan Program Keluarga Harapan (PKH) yang cukup besar cakupannya di Jatim.

Itu adalah potensi kekuasaan yang bisa dimanfaatkan untuk pemenangan pasangan Khofifah-Emil. Lantas, mengapa SBY tidak mengkritisi itu?

Belum lagi, Soekarwo sebagai Ketua DPW Partai Demokrat sedang menjabat sebagai Gubernur Jatim. Soekarwo juga sekaligus menjadi motor pemenangan pasangan Khofifah-Emil. Dengan fakta seperti itu, justru pihak SBY yang bisa mengerahkan polisi, TNI dan BIN di Jatim.

Di sisi lain, sebagai presiden selama 10 tahun, SBY seharusnya juga sudah paham bahwa tidak mudah untuk membawa BIN, Polri, dan TNI terlibat dalam politik praktis. Karena semua sudah tersistem dan pengawasan dijalankan oleh banyak pihak.

Di samping itu, Presiden Jokowi pun sudah menegaskan bahwa aparat negara sepenuhnya netral dalam Pilkada. Dan, sejauh ini belum ada bukti satu pun tentang keterlibatan aparat keamanan dalam politik praktis di Pilkada.

Oleh karena itu, bisa jadi pernyataan SBY itu bentuk kepanikan atau delusi akut. Hal itu yang membuatnya takut pada bayangan dirinya sendiri.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Kebijakan Selengkapnya
Lihat Kebijakan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun