Mohon tunggu...
BANG IBOYY
BANG IBOYY Mohon Tunggu... Freelancer - Like What You Do and Do What You Like

Saya merupakan mahasiswa Ilmu Komunikasi yang bergerak di bidang Broadcast, dan gemar sekali bercengkrama dengan media (media sosial dan konvensional). Terutama berdiskusi dan sharing tentang media. Saya mengajar Radio dan public speaking :) keep contact: IG: @bangyobiii IG: @info_dkijkt HP: 0812-9393-0735 email: boysandysuryaw@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Film

"Alangkah Lucunya Negeri Ini" (2010)

31 Januari 2020   17:05 Diperbarui: 31 Januari 2020   17:06 1066
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Film. Sumber ilustrasi: PEXELS/Martin Lopez

Film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" merupakan salah satu Film Komedi Indonesia Tahun 2010 yang dirilis oleh Deddy Mizwar. Cerita dari film ini ditulis oleh Musfar Yasin, dan diperankan oleh Reza Rahadian, Deddy Mizwar, Slamet Rahardjo, Jaja Mihardja, Tio Pakusadewo, Asrul Dahlan, Ratu Tika Bravani, Rina Hasyim, Sakurta Ginting, Sonia, dan Teuku Edwin. Film ini bertemakan pendidikan, dalam alur ceritanya pemeran berniat untuk merubah anak-anak yang berprofesi mencopet.

Dalam film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" menceritakan seorang anak muda lulusan S1 Managemen yang bernama Muluk sebagai seorang yang baru saja lulus kuliah, tentu saja berupaya untuk mencari kerja. Dengan berbekal ijazah yang dimiliki serta surat kabar yang memuat berbagai lowongan kerja, namun semua lamaran tersebut tidak membuahkan hasil.

Semangat Muluk dalam mencari kerja tidak pernah berhenti dan akhirnya melihat sekelompok anak yang melakukan aksi copet di sebuah pasar. Dengan geram Muluk meringkus anak tersebut dan mengancam melaporkannya kepada polisi. Beberapa waktu kemudian, di sebuah warung Muluk bertemu dengan Komet. Komet akhirnya membawa Muluk ke markasnya dan memperkenalkan dengan Jarot yang menjadi pemimpin para pencopet. Di sisi lain, ayah Muluk yang bernama Pak Makbul berdebat serius dengan Haji Sarbini yang merupakan calon besannya. Muluk akan dijodohkan dengan Rahma. Keduanya terus saja berdebat walaupun berusaha dilerai oleh Haji Rahmat, seorang tetua dalam bidang agama Islam di daerah tersebut.

Perkenalan Muluk dan Jarot menghasilkan kesepakatan bahwa Muluk akan bekerja bersama dengan para pencopet tersebut untuk mempraktekkan ilmu manajemen yang dimiliki dengan mengelola keuangan mereka. Ini ditawarkan oleh Muluk dengan imbalan 10% dari hasil copet mereka. Tujuan Muluk adalah agar hasil copet mereka dapat dikelola secara profesional dan akhirnya dapat dijadikan sebagai modal usaha agar tidak perlu menjadi pencopet lagi. Secara umum, kelompok pencopet ini dibagi menjadi 3, yaitu kelompok mall yang terdiri atas pencopet yang berpakaian paling bagus dan "gaul", kelompok pasar yang berpakaian paling kumal, dan kelompok angkot yang berpakaian sekolah. Setiap kelompok memiliki pemimpin dan metode kerja sendiri-sendiri. Muluk pun menyadari bahwa anak-anak ini juga butuh pendidikan, dan untuk mengajar mereka, Muluk meminta bantuan Samsul, seorang Sarjana Pendidikan pengangguran yang sehari-hari hanya bermain kartu saja agar mempraktikan apa yang telah diperoleh dari kuliahnya dulu.

Sebuah permasalahan kecil terjadi saat ayah Muluk bertanya mengenai pekerjaannya. Dengan terpaksa Muluk menjawab bahwa pekerjaannya adalah di bagian Pengembangan Sumber Daya Manusia. Beberapa waktu kemudian, Haji Rahmat meminta Muluk agar dapat mempekerjakan anaknya, Pipit, karena sehari-hari Pipit hanya mengurusi kuis-kuis di televisi dan mengirim undian berhadiah kemana-mana. Muluk-pun menyanggupi hal tersebut dan mengajak Pipit untuk mengajar agama bagi anak-anak pencopet.

Rasa penasaran pun muncul dari Pak Makbul ayah Muluk, Haji Rahmat ayah Pipit, dan Haji Sarbini calon mertua Muluk. Mereka pun bersikeras hendak melihat tempat kerja Pipit, Muluk dan Samsul. Mereka amat terkejut sewaktu mengetahui bahwa anak-anak mereka rupanya bekerja untuk para pencopet .

Pertentangan batin yang hebat segera terjadi di hati mereka yang juga mempengaruhi Muluk, Pipit, dan Samsul. Mereka akhirnya berhenti mengajari anak-anak itu. Setalah itu, Jarot memberikan pengarahan kepada anak-anak itu tentang bagaimana mereka seharusnya mencari uang dengan uang halal. Golongan copet pasar akhirnya sadar dan mereka berubah profesi menjadi pedagang asongan, golongan mall dan angkot tetap pada profesi mereka yaitu pencopet. Namun, saat golongan copet pasar sedang berdagang di jalan raya tiba-tiba ada satpot pp yang menertibkan jalanan tersebut. Anak-anak banyak yang tertangkap tetapi pada saat itu. Muluk melihat kejadian itu dan mengaku kepada satpol pp bahwa dia adalah orang yang menyuruh anak-anak itu mengasong (bos mereka). Sehingga, Muluk pun dibawa pergi oleh satpol pp tersebut.

Analisis Resensi Film

Di dalam film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" sangat menonjolkan betapa pentingnya pendidikan dalam merubah kehidupan agar menjadi lebih baik.Kehidupan masyarakat Indonesia secara garis besar memang telah mengalami perubahan yang signifikan. Seperti perubahan pada sistem ekonomi, politik maupun sistem sosial. Tetapi, pada satu sisi memang kita dapat melihat salah satu pasal UUD 1945 yang menyatakan "bahwa fakir miskin dan anak-anak terlantar dipelihara oleh negara" sementara kenyataan yang terjadi pada negara ini sebenarnya menunjukkan kebalikan dari realita yang ada.

Menyambung dari permasalahan utama di dalam film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" yang menyinggung masalah pentingnya pendidikan yang harus diperoleh bagi setiap warga masyarakat Indonesia yang sudah "merdeka". Seperti yang kita ketahui bahwa pendidikan adalah modal dasar sebuah bangsa untuk mencapai kemajuan dari berbagai bidang apapun. Dengan pendidikan, penguasaan terhadap teknologi akan dicapai jauh lebih mudah. Suatu negara yang sudah menguasai teknologi akan lebih mudah menguasai dunia. Hal ini sudah dibuktikan oleh negara-negara "barat" yang mampu menguasai teknologi. Sekarang, seharusnya kita sadar bahwa mereka yang berilmu tentu akan lebih banyak berbicara strategi pengendalian secara global.

Setelah melihat dari film "Alangkah Lucunya Negeri Ini" ternyata masih banyak warga Indonesia yang tidak memperoleh pendidikan. Bahkan, mereka tidak tahu apa itu pendidikan, apa itu fungsi pendidikan bahkan baca dan tulis saja mereka masih kebingungan. Padahal, sudah sejak lama negeri ini selalu menggalakkan program wajib belajar minimal 9 tahun. Maksud pemberian wajib belajar adalah dengan tujuan memajukan tingkat pendidikan anak bangsa. Wajib belajar ini merupakan pemberian pelayanan kepada anak bangsa untuk memasuki sekolah dengan biaya murah dan terjangkau oleh kemampuan masyarakat, seperti dana bantuan BOS (Biaya Operasional Sekolah).

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
  7. 7
  8. 8
  9. 9
Mohon tunggu...

Lihat Konten Film Selengkapnya
Lihat Film Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun