Mohon tunggu...
Boyke Pribadi
Boyke Pribadi Mohon Tunggu... Dosen Universitas Sultan Ageng Tirtayasa Banten -

menulis berbagai hal dalam kehidupan

Selanjutnya

Tutup

Filsafat Pilihan

Kemenangan Itu Sederhana

4 Agustus 2014   18:37 Diperbarui: 18 Juni 2015   04:27 84
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Filsafat. Sumber ilustrasi: PEXELS/Wirestock

Setelah satu bulan lamanya semua ummat muslim melaksanakan ibadah puasa di bulan Ramadhan, kini tiba saatnya merayakan kemenangan dalam menahan berbagai hawa nafsu tersebut di bulan syawal. Itulah sebabnya ramai manusia menyebut bulan syawal sebagai bulan kemenangan.

Kemenangan, dalam bahasa lain bisa disebut dengan istilah sukses, yang pada era masa kini sebagian besar masyarakat mencirikan sukses hanya dari sudut pandang materi. Seolah seseorang dikatakan sukses bila ia dapat meraih impiannya dalam hal materi berupa harta dan kekayaan, pemahaman inilah yang disebut materialisme.

Mungkin tidak salah pandangan tersebut, karena kita sebagai orang tua terkadang mengajarkan kepada anak anak kita tentang perlunya menempuh pendidikan lebih tinggi agar suatu saat mudah mendapat pekerjaan yang ber-ujung kepada pencapaian materi berupa perolehan gaji atau honor. Sangat jarang saat ini seseorang mengajarkan bahwa perlunya menempuh pendidikan yang lebih tinggi agar kelak kita bisa memiliki banyak pengetahuan dan keahlian yang dapat dimanfaatkan atau berguna untuk sesama. Karena sesuai tuntunan Islam bahwa seseorang yang terbaik adalah yang paling banyak manfaat atau gunanya bagi orang lain.

Cara pandang materialisme lah yang banyak mewarnai corak kehidupan di lingkungan sekitar kita pada hari ini. Bagaimana seseorang yang telah hidup berkecukupan namun masih membanting tulang – memeras keringat guna menambah pundi pundi kekayaan yang ditakutkan habis karena dikonsumsinya melebihi standar kecukupan hidup. Seolah meniru tayangan sinetron yang memberi contoh kemewahan dan kehidupan yang bergelimang harta kekayaan, dan ditambah tayangan iklan yang dirancang memang memprovokasi konsumen untuk membeli barang barang yang ditampilkan, baik sebagai barang promosi maupun property yang digunakan dalam sinetron tersebut.

Kesemua masyarakat konsumen  disekitar kita seolah meng-amini teori ‘demonstrations effect’  tentang efek meniru gaya hidup dari negara – negara maju oleh negara sedang berkembang sesuai pendapat Prof. Ragnar Nurkse. Sehingga terbiasa kita melihat teman, tetangga, sahabat, dan kerabat disekeliling kita yang tampil dalam gaya dan budaya Negara Luar yang dianggap lebih maju, yang sesungguhnya tampak asing dimata kita, namun karena hal itu telah berlangsung lama maka akan menjadi sebuah kebiasaan yang tidak dianggap mengganggu layar pandang kita.

Cara pandang tersebut, pada akhirnya merubah juga sikap kita untuk mensyukuri apa yang dinamakan dengan kemenangan atau kesuksesan hidup. Seseorang baru akan merasa bersyukur manakala mendapatkan rezeki atau anugerah yang dirasakan besar, seperti naik pangkat dan jabatan, mendapat keuntungan atau proyek besar, sembuh dari penyakit berat, ataupun hal lain yang bersifat ekstreem perubahannya. Sehingga tidak jarang kita menerima undangan syukuran manakala sang pengundang mendapat anugerah besar tersebut, seraya kadang terselip niat/keinginan sang pengundang agar public mengetahui anugerah besar yang telah diterimanya.

Hampir sedikit seseorang merasa bersyukur manakala bisa mendapatkan parkir ditengah padatnya kendaraan, tiba dengan selamat di kantor atau di rumah, bisa makan siang dengan nikmat, sembuh dari penyakit ringan seperti flu atau masuk angin, dan berhasil melaksanakan atau menjalankan berbagai peristiwa rutin yang dialami sehari hari.

Padahal sesungguhnya bagi seorang muslim harus meyakini dan meng-imani bahwa tidak ada satupun peristiwa yang kita alami baik besar maupun kecil yang tidak direstui atau dikehendaki oleh Allah SWT selaku Sang Maha Pencipta dan Maha Pengatur kehidupan ini. Sehingga sudah selayaknya kita melakukan ‘selebrasi kemenangan’ pada setiap peristiwa sukses yang kita lalui dalam kehidupan sehari hari.

Sebut saja, Kesuksesan ketika kita bisa bangun tidur sebelum ayam berkokok diwaktu pagi hari, karena tidak sedikit orang yang memiliki kesulitan untuk bangun tidur pagi hari, sehingga dia kehilangan kesempatan menghirup Udara pagi yang masih segar dan kaya akan ozone dan zat yang sangat bermanfaat bagi kesehatan jasmani. Lalu kesuksesan bisa melaksanakan shalat subuh berjamaan di masjid dengan sebelumnya diawali shalat sunah sebelum subuh yang oleh Rasulullah SAW dinyatakan bahwa melaksanakan shalat sunah tersebut lebih baik daripada dunia dan se-isinya. Atau keberhasilan bisa melakukan sarapan di rumah, manakala banyak orang yang meng-abaikan sarapan walaupun banyak hasil penelitian yang menyatakan bahwa sarapan itu penting dan bagi yang tidak rutin melakukannya maka di kemudian hari akan mudah mengindap penyakit tertentu.

Tentunya pembaca memiliki anggapan yang remeh terhadap contoh yang penulis sampaikan, tapi percayalah bahwa tidak ada satu haripun yang tidak mengandung kesuksesan bagi kita sebagai manusia, namun hal itu tergantung cara pandang kita sebagai manusia. Terlebih jika kita berkaca dari cara pandang kaum sufi yang merasa begitu bersyukur manakala air minum yang diteguknya berhasil melewati tenggorokan untuk masuk ke dalam tubuhnya, padahal sebagaimana kita ketahui bahwa urusan makan dan minum merupakan urusan rutin yang selalu kita lakukan sehingga menjadi kebiasaan yang seolah hanya menjadi urusan kita pribadi.

Ternyata sikap bersyukur dapat member manfaat sebagaimana yang ditemukan melalui ilmu pengetahuan modern yaitu hasil penelitian Profesor Psikologi asal University of California, Davis, AS, Robert Emmons, bahwa bila setiap hari mencatat rasa syukur atas kebaikan yang diterima, orang menjadi lebih teratur berolah raga, lebih sedikit mengeluhkan gejala penyakit, dan merasa secara keseluruhan hidupnya lebih baik. Demikian juga dengan perasaan senang atau bahagia yang dihasilkan ketika kita memiliki rasa kemenangan dalam beberapa kegiatan rutinitas. Sebagaimana yang penulis kutip dari www.boldsky.com bahwa rasa bahagia dapan menurunkan hormone stress, menyembuhkan sakit kepala, menghindarkan dari kram-sakit punggung-dll, punya jantung sehat, mengurangi rasa lelah, dan memiliki kesempatan untuk hidup lebih lama.

Kesimpulan dari tulisan singkat ini adalah bahwa sesungguhnya kemenangan atau kesuksesan tidak harus selalu dalam bentuk materi ataupun berlaku pada hal hal yang monumental belaka. Ternyata kemenangan dapat kita nikmati dalam banyak hal, termasuk dalam kegiatan rutin sehari hari. Jadi…nikmatilah setiap moment kemenangan yang kita alami, maka hidup akan terasa lebih indah dan lebih bertambah rasa syukur kita.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Filsafat Selengkapnya
Lihat Filsafat Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun