Mohon tunggu...
Boyke Abdillah
Boyke Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya manusia biasa

sahabat bisa mengunjungi saya di: http://udaboyke.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Tuhan dan Doa HambaNya

16 Agustus 2015   13:25 Diperbarui: 16 Agustus 2015   13:25 151
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Humaniora. Sumber ilustrasi: PEXELS/San Fermin Pamplona

Sebagai pembuka artikel, mari kita simak dua ilustrasi berikut ini:

Ilustrasi pertama:

Pada suatu pagi di hari Minggu. Cuaca mendung. Awan hitam menggantung di angkasa, tanda-tanda akan hujan. Di suatu tempat ada sebuah pesta pernikahan. Yang punya hajat sebut saja keluarga Pak John. Ia akan menggelar pesta pernikahan anak kesayangannya pukul sepuluh. Semua persiapan untuk menyambut tamu sudah dilakukan. Kursi dan meja sudah tersusun rapi di bawah tenda. Makanan sudah terhidang di meja panjang. Seluruh anggota keluarga sudah berpakaian rapi dan berdandan cantik. Mempelai pun lagi didandani untuk duduk di pelaminan. Ada perasaan ketar-ketir dalam diri pak John dan keluarganya melihat cuaca yang tak bersahabat. Kalau sekiranya nanti hujan, tentu akan sangat mengganggu kelancaran acara pesta. Bisa jadi tamu banyak yang berhalangan hadir. Pak John pun berdoa kepada Tuhan semoga hujan tidak turun dan pestanya berlangsung dengan baik.

Di tempat lain, di waktu yang sama ada seorang bocah tanggung. Ketika bangun hari Minggu itu, ia melongok keluar jendela. Tampak awan hitam di angkasa. Seketika ia melihat ada peluang untuk bisa mendapatkan uang. Ibunya yang berprofesi  buruh cuci lagi sakit dan tidak masuk kerja sudah beberapa hari. Ia ingin membantu ibunya untuk tambahan beli obat dan beli beras.  Di pikiran bocah laki-laki itu, bila hari hujan ia akan bisa mengojek payung. Apalagi di hari Minggu, pasti banyak pengunjung pusat perbelanjaan yang butuh payung. Ia pun berdoa pada Tuhan semoga hujan turun agar ia bisa mengais rejeki.

Ternyata yang terjadi, hujan tidak jadi turun. Matahari muncul di balik awan dan mulai bersinar cerah. Tak lama awan hitam yang menggantung di angkasa pun menghilang perlahan-lahan. 

Apa yang terjadi pada kedua tokoh di atas? Pak John tentu saja gembira dan bahagia. Ia merasa doanya dikabulkan Tuhan. Tak lelah bibirnya mengucapkan rasa syukur. Di lain pihak bocah laki-laki pengojek payung, tentu sedih. Hilang harapannya untuk mendapatkan uang demi membantu ibunya. Ia merasa Tuhan tidak mengabulkan doanya. Sedih menyelimuti hatinya.

Ilustrasi kedua:

Di sebuah perekrutan lamaran kerja di suatu perusahaan. Ada banyak pelamar yang mendaftar. Posisi yang diterima hanya 1. Di antara pelamar tersebut, ada 2 pelamar lain sebut saja A dan B. A orangnya pintar. Ia berasal dari kalangan berada. Pelamar B kebalikan dari pelamar A. Ia tidak pintar dan berasal dari kalangan biasa saja. Namun ia sangat berharap lulus karena membutuhkan pekerjaan tersebut agar bisa menghidupi diri dan membantu keluarganya yang hidup pas-pasan. B ini berdoa dengan sungguh-sungguh pada Tuhan. Karena A pintar ia bisa menyelesaikan ujian psikotes dengan baik. Tapi B sesuai dengan kemampuannya, mendapatkan hasil di bawah A. Tentu saja perusahan memilih yang terbaik, dan akhirnya A diterima bekerja.

Apa yang terjadi dengan A dan B?. A tentu saja gembira karena ia diterima. Ia pun mengucapkan syukur pada Tuhan yang selalu memudahkan jalannya. Ia merasa Tuhan sangat menyayangi dirinya. Sekarang apa yang terjadi pada si B? tentu saja ia sedih karena tidak diterima. Ia merasa sudah melakukan yang terbaik, mencoba menjawab pertanyaan sesuai kemampuan. Tapi Tuhan tidak mengabulkan doanya. 

Kedua cerita di atas hanyalah ilustrasi, bukan kejadian nyata. Tapi tidak bisa dipungkiri bisa jadi ada kejadiaan di alam nyata yang mirip-mirip dengan peristiwa tersebut. Dalam suatu kejadian  bisa saja ada doa yang berlawanan dipanjatkan kepada Tuhan. Seperti kasus Pak John dan pengojek payung. Mereka tidak saling mengenal tapi ada benang merah yang menghubungkan ke duanya. Jika seandainya mereka saling mengenal dan tahu bahwa mereka memanjatkan doa yang berbeda, pastilah orang yang doanya tak dijabah Tuhan semakin nelangsa bahkan berprasangka buruk pada Tuhan. Begitu juga pada kasus kedua. Jika mereka saling tahu pastilah si B juga merasakan apa yang dirasakan oleh bocah pengojek payung. Kok Tuhan begitu sih? 

Sekarang kita sebagai pengamat dari dua kejadian tersebut. Bagaimana kita menilai keputusan Tuhan? Sisi kemanusiaan yang ada dalam diri kita tentulah lebih cenderung pada si pengojek payung dan si B. Kita menilai mereka lebih pantas untuk ditolong. Si Pengojek payung punya niat mulia untuk membeli obat ibunya. Dan ia punya kesempatan untuk melakukan perbuatan baik. Sedangkan hajatan Pak John adalah kegiatan senang-senang. Bila hujan turun pun tak akan membuat acaranya batal karena bisa jadi masih ada tamu yang bermobil datang ke pestanya. Pestanya tetap berlangsung namun tak sesuai harapan.

Begitu juga untuk kasus kedua. menurut penilaian kita si B jauh lebih membutuhkan pekerjaan daripada si A. Seandainya si A tidak diterima, ia masih bisa hidup senang dan nyaman karena keluarganya tak kurang satu apapun. tapi si B karena tidak diterima tetap berkutat dalam kesusahan hidup, atau bisa jadi beban hidupnya makin berat.

Adilkah Tuhan? Tentu itu pertanyaan yang akhirnya menyelinap dari pikiran kita. Sebagai orang yang beriman tentu kita meyakini bahwa Tuhan Maha adil. Tapi dari kedua contoh di atas rasa-rasaya keputusan Tuhan Tidak adil.

Satu hal yang jarang kita sadari bahwa itu bukan perkara adil atau tidak. Hidup manusia tidak terlepas dari hukum alam yang selalu menentukan setiap peristiwa yang terjadi dan berpengaruh secara langsung pada doa-doa yang kita panjatkan. Kenapa hari tidak jadi hujan di hari Minggu? Karena memang hari itu bukan saatnya hujan. Ada faktor angin yang mengusir awan sehingga hujan tidak turun. Bukan semata-mata faktor doa dari Pak John. Hujan pasti akan turun bila syarat-syarat pendukung sudah dipenuhi. Begitu juga pada kasus si A dan B. Si A diterima karena ia bersungguh-sungguh dalam belajar menghadapi tes, sedangkan si B hanya bersungguh-sungguh dalam berdoa. Hukum alam selalu berpihak pada orang yang sungguh sungguh dalam berikhtiar. Bekerja sebelum mendapatkan. Memberi sebelum menerima. Baru orang akan menerima hasilnya. Jadi hasil tergantung proses dalam berikhtiar. Hukum alam ini diciptakan Tuhan untuk semua manusia tak peduli ras dan agamanya apa, bahkan berlaku untuk yang tak percaya agama dan Tuhan sekalipun. Bila ia bersungguh-sungguh maka ia akan berhasil.

Ini yang seringkali tak disadari oleh para pendoa. Merayu-rayu tuhan  untuk dikabulkan doanya, tanpa memikirkan usaha dan faktor pendukung lain. Kalau ia tidak sungguh-sungguh berikhtiar, ya, tak akan dikabulkan. Itu pasti.

Artikel ini tidak bermaksud mengecilkan peranan doa dalam kehidupan. Doa adalah hal sekunder. Ikhtiar atau usaha yang menjadi primer. Doa diperlukan sebagai ungkapan kita telah berikhtiar pada Tuhan. Bukan untuk mengharapkan apa yang kita inginkan tetapi untuk siap menerima semua keputusan Tuhan.

Tuhan bukanlah jin lampu aladin yang perlu dielus-elus agar memenuhi semua permintaan hambanya.  

 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun