Mohon tunggu...
Boyke Abdillah
Boyke Abdillah Mohon Tunggu... Wiraswasta - Hanya manusia biasa

sahabat bisa mengunjungi saya di: http://udaboyke.blogspot.co.id/

Selanjutnya

Tutup

Sosbud

Yang Unik di Rumah Makan Padang

6 November 2013   08:08 Diperbarui: 24 Juni 2015   05:32 12013
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Mau makan di Restoran Padang....bukan berarti harus ke Padang...Masih ingat kan cuplikan lagu anak yang dinyanyikan ole Enno Lerian dulu? Ya, rumah makan/ restoran padang bisa ditemui di mana saja di Indonesia bahkan katanya ada juga di luar negeri. Di daerah Jabodetabek saja, rumah makan padang yang terdata mencapai 20.000 banyaknya.

Yang suka masakan padang, bukan orang Minang saja. Di luar suku Minang, banyak yang suka. Ini dikarenakan menu di rumah makan padang banyak yang bersantan dan berlemak hingga berasa gurih di lidah, ditambah lagi dengan bumbu rempah hingga terasa enak.

Sebagian anda mungkin tahu bahwa salah satu keunikan yang langsung bisa dirasakan tatkala makan di rumah makan padang adalah cara menating/ menyajikan makanan, yakni membawanya dengan cara bertumpuk di satu tangan. Dan satu hal lagi, bila kita datang, tak akan pernah disodorkan daftar menu karena cara memesan hanya dua, yakni prasmanan dan dihidangkan. Prasmanan, pemesan langsung menghampiri penyaji (tukang sanduak) dan memberi tahu mau makan dengan lauk apa. Cara ke dua, semua lauk dihidangkan di meja tempat kita duduk dan kita bisa memilih lauk yang disuka. Nanti setelah selesai, pramusaji tinggal menghitung lauk apa saja yang dimakan. Biasanya cara ini untuk pengunjung yang datang lebih dari dua orang/ berombongan. Saya rasa keunikan ini sudah banyak diketahui orang, apalagi bagi yang suka makan di rumah makan padang

Sebenarnya ada beberapa keunikan lain yang terdapat di rumah makan padang, diantaranya pembagian tugas karyawan yang bekerja. Di rumah makan padang, rata-rata karyawannya adalah laki-laki. Kalau pun ada yang perempuan hanya yang bertugas sebagai kasir. Sebagian besar karyawan tersebut adalah urang awakyang direkrut dari kampung dan bisa jadi masih berkerabat. Ada beberapa pembagian kerja di antara mereka, dan digaji tidak menurut ketentuan yang lazim atau katakanlah sesuai UMP. Besarnya gaji yang mereka terima tergantung posisinya sebagai apa. Hitung-hitungannya pakai sistem yang disebut mato (mata dalam bahasa Indonesia). Mungkin bisa dianalogikan dengan istilah ‘poin’. Poin inilah nanti yang dikonversi ke rupiah. Tapi yang jelas mereka tidak mendapatkan gaji itu setiap bulan, tapi pertiga bulan atau perseratus hari. Aje gile! Lama banget ya? Trus kalau si karyawan butuh uang untuk beli keperluan lain bagaimana? Dan kenapa harus menunggu tiga bulan?

Jawabannya begini: Pembagian gaji itu berdasarkan keuntungan yang diperoleh, dan penghitungannya biasanya pertiga bulan/ perseratus hari. Kalau karyawan butuh uang untuk suatu keperluan ia bisa kasbon dulu, dan nanti dipotong saat gajian. Untukbiaya makan dan tempat tinggal, sudah ditanggung dan disediakan sama pemilik/ pengelola.

Karyawan rumah makan dibagi berdasarkan tugas.

Tukang Masak. Bertugas memasak Untuk menjaga cita rasa, tentu saja yang direkrut adalah orang minang yang pintar memasak. Di tangan merekalah masakan enak atau tidaknya.Karena posisinya sangat penting, maka tukang masak bisa mendapat bagian 3 hingga 4 mato. Jam kerjanya lebih awal daripada karyawan lain. Setelah selesai melaksanakan tugasnya, tukang masak ini bisa istirahat, dan nanti sore, bisa turun ke floor menggantikan temannya yang istirahat.

Tukang Sanduak/ Tukang Saji. Bertugas menyajikan hidangan. Area kerjanya, di bagian depan. Disebut tukang sanduak, karena merekalah yang menyendokkan makanan ke piring dan menghidangkan ke pengunjung. Tukang Sanduak ini mendapat bagian 2-3 mato.

Tukang Aie/ Tukang Air. Mereka bertugas menyediakan air minum, aie kabasuah (kobokan), dan menyediakan minuman seperti es teh, teh manis, es jeruk, atau minuman lain yang dipesan pengunjung. Tukang air mendapat 2 mato.

Kasir. Bertugas menerima pembayaran dari pengunjung. Posisi ini penting karena menyangkut urusan uang. Biasanya diserahkanpada orang yang dipercaya dan bisa jadi sanak pengelola/pemilik. Dalam penggajian mendapat 2-3 mato.

Tukang Cuci Piring. Bertugas mencuci piring-piring kotor. Ini merupakan posisi paling rendah, dan dalam penggajian dapat bagian 1 mato.

Tukang Antar/ Delivery. Sebagian rumah makan melayani delivery order. Tapi bila tak melayani delivery order, posisi ini tidak ada. Dalam penggajian mendapat 1-2 mato.

Tentu timbul pertanyaan, mengapa sih pembagian berdasarkan seperti ini? Jawabannya adalah sesuai dengan falsafah yang dianut berat sama dipikul ringan sama dijinjing hingga tercipta rasa keadilan. Disamping itu menanamkan rasa memiliki (sense of belonging). Semakin banyak keuntungan semakin besar porsi yang mereka dapatkan. Jadi mereka berusaha melayani pembeli lebih baik.

Dari seorang teman yang pernah bekerja di rumah makan, saya pernah menanyakan, berapabesaran 1 mato kalau dikonversi ke rupiah? Jawabannya tergantung keuntungan yang diperoleh tadi. Tapi ada juga rumah makan yang menetapkan secara fixed. Rupiahnya berkisar 750 ribu- 1 juta rupiah. Kalau untuk yang fixed ini, dihitung perbulan tapi pembayaran tetap di lakukan pertiga bulan atau perseratus hari.

Kaderisasi juga dilakukan. Bila seorang karyawan dari level rendah dengan kinerja yang bagus seperti tukang cuci piring, bisa diangkat menjadi asisten tukang masak atau naik menjadi tukang air, atau menjadi tukang sanduak.

Perpindahan karyawan dari satu rumah makan ke rumah makan lain bisa saja terjadi karena besaran mato yang diterima. Bila seorang karyawan A berencana pindah ke rumah makan lain, pasti yang ditanya berapa 1 mato? Kalau 1 mato yang ditawarkan lebih besar, tentu ia menjadi lebih tertarik untuk pindah.

Keunikan yang lain di rumah makan padang, adalah sebagian mendatangkan beras dari Sumatera Barat. Jenis beras yang sesuai dengan lidah orang Minang adalah yang pera. Jenis pulen tak begitu disukai karena berasa ketan. Tapi saya pernah juga mendapati rumah makan padang di Jakarta menggunakan beras pulen. Mungkin disesuaikan dengan lidah orang non Minang.

Biasanya setiap rumah makan mempunyai menu andalan atau menu spesifik yang membuat beda dengan rumah makan lain. Ada yang menjadi andalannya Ayam Pop, Belut Goreng, Dendeng Batokok, Itik lado Hijau,gulai Kepala Ikan, Gulai Ikan Karang, dan lain sebagainya. Namun menu standar yang lazim tersedia di setiap rumah makan padang adalah Rendang, Dendeng Balado, Ayam Goreng Bumbu, Ayam Goreng Balado, Ayam Bakar, Ikan Bakar, Ikan Goreng Balado, Gulai Tunjang, Gajebo, Gulai Tambonsu, Gulai Cincang, Pangek Ikan. Adapun sayuran yang lazim tersedia adalah Gulai Cubadak (gulai nangka), rebusan Pucuak Ubi (daun singkong), rebusan taoge dan kol, Sayur Kapau (gulai sayur campuran nangka, kol, kacang panjang dan rebung).

Sambalado (sambal cabe) pun bervariasi. Ada sambalado merah, sabalado ijau, buruak-buruak ( sambal cabe yang berisi potongan ikan asin, jengkol/ pete, potongan terong).

Adapun istilah tambua ciek, biasanya hanya untuk pesanan prasmanan. Kalau untuk yang dihidangkan, nasi sudah dalam bowl besar, jadi nggak perlu pakai teriak ‘Da, tambua ciek!’

Keunikan lain adalah, sebagian besar yang mengelola/ pemilik rumah makan padang, adalah orang Minang yang berasal dari daerah Pariaman (kampungnya Whulandary Herman, Miss Indonesia 2013 itu). Orang Minang dari daerah lain seperti seperti Agam/ Bukitinggi, lebih banyak yang jualan pakaian, sepatu,atau pernak-pernik lainnya.

Satu lagi keunikannya, rumah makan padang hanya terdapat di luar sumatera barat. Bila anda berkunjung ke ranah Minang, tak kan pernah anda temui rumah makan padang. Jadi betul yang dikatakan Enno Lerian dalam lagunya. Sampai takewer-kewer nyari rumah makan padang di Sumbar tidak bakal ketemu. Yang ada hanyalah rumah makan dan restoran!

Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun