Mohon tunggu...
Boneka Aksi
Boneka Aksi Mohon Tunggu... Freelancer - Here I Am

Ruang lainnya untuk anak-anak kata yang terlantar

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Puisi | Kau, Dasar Laut dan Langit Runtuh

25 Juli 2019   10:47 Diperbarui: 25 Juli 2019   11:05 45
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Puisi. Sumber ilustrasi: PEXELS/icon0.com

Kuterima surat kabar pagi ini
Tukang pos keterlaluan, ini terlalu pagi
Langit masih akan menangis sampai bulan januari

Aku sudah delapan belas tahun dan hanya memiliki kenangan masa kecil yang tidak layak disebutkan untuk kemasan dongeng pengantar tidur anak-anakmu di masa depan

Dulu, aku suka menghias mataku dengan warna-warna cerah; biru, hijau, kuning, jingga juga merah jambu nila dan ungu
Ketika kau melewati malam yang susut. Ketahuilah di sana ada banyak berpasang-pasang bola mata yang punya segudang pertanyaan ketika kau mulai dewasa dan menjadi tua, pelupa dan keras kepala

Di tv-tv kau lihat orang-orang tersandung kasus narkoba, persis seperti dulu kau tersandung, jatuh lalu tersungkur saat kau melarikan dirimu sendiri ke dalam hutan ingatan
Atau menggulung diri ke dalam roll film?

Kau tentu akan menyukai klise yang sudah dicuci, mereka menyimpan keinginan dan angan-anganmu yang layu di salah satu saluran tv, di halaman rumah, kau lihat anak kecil dalam dirimu berlarian menghindari diri dari kedewasaan pukul tujuh pagi, kau jumpai mainan kayu yang dilanda kebosanan sedangkan dirimu hanya bisa bermain dengan dirimu yang lain; tidak mudah diduga, dan tidak memiliki prasangka

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun