Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Gaya Hidup Pilihan

Harta, Tahta, dan Wanita

1 Juli 2016   06:16 Diperbarui: 1 Juli 2016   07:25 573
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Ilustrasi Harta, Tahta, dan Wanita Sumber Gambar : ketikketik.com

Salah satu pemikiran revisionis Deng Xiaoping dikenal dengan ungkapan, “menjadi kaya adalah mulia.” Pemikiran ini lalu berkembang di kalangan rakyat China. Ihwal berkembangnya pemikiran ini semenjak diperkenalkan gagasan Reform dan Politik Pintu Terbuka oleh Deng Xiaoping sendiri.  Walaupun pada saat itu gagasan ini mendapat komentar sinis dan kritik dari kaum konservatif hasilnya China kini menjadi negara dengan pertumbuhan ekonomi tertinggi kedua setelah Amerika Serikat.

Mengapa Deng Xiaoping menggunakan diksi kaya lalu mensejajarkan dengan kata mulia? Padahal dengan modal harta (kekayaan) itu seseorang berpotensi menjadi penguasa atau raja yang memiliki kewenangan mutlak. Benarkah?

Bermula dari Harta

Hidup dalam gelimangan harta seperti merasakan hidup dalam bayangan surga. Dengan harta yang berlimpah ruah seseorang bisa memegahkan dirinya atas orang lain. Harta bisa membawa manusia untuk mewujudkan ambisi pribadi dan mimpi-mimpi “liar” lainnya. Dengan uang pula orang bisa menjadi penguasa. Karena kekuasaan itu bisa saja dibeli dengan uang melalui cara-cara ilegal (money politic).  Praktik politik yang normalpun tetap saja membutuhkan dana yang super besar. Jangan heran politikus yang duduk ditampuk kekuasaan saat ini yakni mereka yang berduit. Kalau bukan mereka yang berduit, pasti mereka keturunan dari dinasti politik, anak pejabat, anak jenderal atau petinggi partai politik.  

Sampai pada kesimpulannya bahwa berharta (berduit) memiliki peran vital untuk suatu lompatan hidup.  Memang, orang bilang uang bukan segala-galanya tapi di era moderen saat ini segala-galanya butuh uang, yang gratis cuman kentut (maaf).

Setelah mempunyai kuasa tak mungkin penguasa itu bebas dari kepentingan politik atau gangguan dari pihak lain. Doktrin politik jelas ingin mendapatkan dan mempertahankan kekuasaan.  Sehingga banyak cara perlu dilakukan dalam membentengi diri dari lawan-lawan politik atau sebaliknya melakukan serangan bertubi-tubi kepada lawan.  Salah satu cara menurut teori Sun Tsu, “jebakan indah.” Dimana wanita dijadikan modus operandi untuk menaklukan lawan. 

Dalam istilah moderen saat ini menggunakan wanita untuk memuluskan kepentingan tertentu dikenal dengan nama gratifikasi sex. Para makelar bermain dibelakang wanita-wanita cantik itu. Wanita-wanita ini dijadikan penakluk para “pemain” hidung belang.  Dengan tujuan melumpuhkan karir politik lawan.

Menempatkan pada Posisi Benar

Mengapa harta, tahta, dan wanita seperti “bencana” yang rentan terjadi pada orang-orang yang memiliki jabatan dan kuasa?

Gaya hidup manusia (politisi, pejabat, dan masyarakat umumnya) saat ini telah bergeser seiring dengan perkembangan zaman. Manusia telah terbius oleh pesona pseudo moderen. Hidup manusia cenderung dalam budaya hedonistik, hippie, trendy, dan hegemonik melalui jabatan atau strata sosial yang dimilikinya. Padahal hidup itu adalah anugerah. Sedangkan jabatan dan kekuasaan itu amanah. Namun tetap saja, desakan atau tuntutan hidup saat ini sangat mempengaruhi cara pikir manusia.

Bagaimana jadinya, jika kesadaran dan rasa takut pada sang pencipta hilang, atau seseorang itu dengan sengaja lupa akan tanggungjawabnya?  Bisa dipastikan seseorang itu akan bertindak diluar kesadaran dan keadaban yang berlaku secara sosial. Sehingga hari ini kita jumpai banyak politisi, pejabat, cukong, dan pegawai rendahan terseret oleh kasus-kasus korupsi, kasus penyalahgunaan jabatan, dan berbagai kasus perselingkuhan.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Gaya Hidup Selengkapnya
Lihat Gaya Hidup Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun