Dalam suatu siaran televisi seorang pengamat politik Yudi Latief berkomentar bahwa Joko Widodo adalah lambang rakyat jelata yang naik kelas. Ia mengomentari saat melihat tumpah ruah warga DKI sepanjang jalan-jalan saat setelah pelantikan Joko Widodo sebagai presiden bulan Oktober 2014 silam.
Memang, saat Joko Widodo menjadi Wali Kota Solo tak banyak orang mengenali beliau. Itu termasuk saya. Namun sejak beliau maju sebagai calon gubernur DKI Jakarta tahun 2012 seiring masifnya pemberitaan media massa nama beliau menjadi populer seantero negeri. Gaya blusukannya seakan menjadi trend baru dalam gaya kepemimpinan masa kini. Memang pemimpin sebelumnya sudah melakukan gaya semirip itu (blusukan) ala Jokowi. Namun entah mengapa blusukan begitu identik dengan Pak Joko Widodo.
Saya memang orang yang begitu mengidolakan beliau. Beliau adalah inspirasi bagi hidup saya. Beliau adalah idola bagi anak bangsa yang mau bermimpi besar bagi dirinya dan sesama. Siapa sangka dengan "tampang  ndeso" hari ini ia adalah Presiden Republik Indonesia. Dan saat ini beliau kembali mencalonkan diri sebagai calon presiden untuk kedua kalinya.
Joko Widodo bukanlah anak orang kaya, anak jenderal, anak seorang ketua partai atau ketua partai. Joko Widodo juga bukan berasal dari keluarga keraton  (bangsawan besar). Beliau pernah hidup susah dan pernah tinggal di bantaran sungai. Apa yang dirasakan oleh rakyat kebanyakan ia sudah merasakan itu.
Kesederhanaan hidup ia praktikan selama ia menjadi wali kota, gubernur dan presiden. Ia tak pernah berjarak dengan rakyatnya sendiri. Ia merasakan bau keringat rakyatnya. Jokowi memang bukan seorang Sinterklas yang datang bagi-bagi uang. Tapi ia memberi harapan. Seorang pemimpin yang memberi harapan dengan keteladanan yang nyata kepada rakyatnya. Kita pun bisa seperti dirinya. Asal mau berjuang dan bekerja keras serta berdoa.
Sosok Joko Widodo adalah wajah kita. Wajah anak bangsa kebanyakan. Beliau seorang yang agamamis, nasionalis,  pekerja keras, sederhana tapi tampil sebagai warga negara biasa dalam wajah inklusif  (bisa diterima oleh kalangan mana saja).
Melihat tampilan keseharian beliau saya memiliki keyakinan banyak anak-anak yang sebelumnya merasa tak mampu, tidak percaya diri, putus asa akhirnya kembali bangkit untuk mengejar cita-cita dan mau mewujudkan mimpi mereka. Semua karena terinspirasi dari jalan perjuangan Jokowi.
Salam Damai