Awalnya saya anggap sepele dengan beberapa akun yang memuat orang dengan kaos #2019gantipresiden. Bagi saya itu ekspresi biasa dalam berdemokrasi. Tapi, ketika saya menonton video yang dibagikan dari acara Car Free Day di Jakarta, itu rasanya amat sedih dan sebagai laki-laki saya merasa terhina.
Bagaimana bisa segerombolan laki-laki tega melakukan persekusi kepada seorang ibu muda dan anaknya? Dan sempat menyempal pisang ke ibu itu.
Jika otak saya ini dungu, wajarlah jika nilai akademik saya jeblok tapi apakah wajar dengan kedunguan itu membuat hati nurani hilang sehingga semua kebencian itu ditumpahkan kepada seorang ibu dan anaknya?
Saya yang tinggal di kampung masih punya mimpi kelak bisa berada kembali di Jakarta untuk tujuan studi. Pikiran saya, Jakarta itu sumber peradaban dan wajah Indonesia. Di Jakarta  berkumpul orang-orang hebat, pintar, religius dan ramah. Tak disangka lakumu Jakarta hari ini sangat terhina. Jangan kau sombong lagi Jakarta.
Ini baru 2018. Entah apalagi drama menjelang 2019? Jangan sampai mayat dan agama jadi alat untuk tujuan politik lagi kah?
Jakarta bukan lagi barometer Indonesia. Jakarta hanya arena para gladiator politik. Pertarungan manusia bermental binatang. Bukan kelompok makhluk yang menyembah Tuhan.
Setan sekarang bukan lagi bersemayam di rumah bordir tapi dia mulai menyebrang ke tempat ibadah. Syair-syair doa dan lantunan pujian tak mempan lagi untuk membentengi manusia dari sergapan setan. Setan kian merajalela.
Tapi untungnya ibu itu kuat dan berani. Ibu itu yang dipersekusi katanya bernama Susi Ferawati. Kepada anaknya ia bilang, "Kita nggak takut. Kita benar. Kita tidak akan pernah takut."
Salam DamaiÂ