Mohon tunggu...
Bonefasius Sambo
Bonefasius Sambo Mohon Tunggu... Guru - Seorang guru yang gemar menulis

Penulis Jalanan ~Wartakan Kebaikan~

Selanjutnya

Tutup

Politik

Belajarlah dari "Guru Politik" Kita Setya Novanto!

19 November 2017   17:08 Diperbarui: 19 November 2017   17:50 1609
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Setya Novanto (Sumber: siagaindonesia.com)

Anak muda kalau mau terjun ke dunia politik belajarlah dari Pak Setya Novanto  (Setnov). Politik itu tak butuh integritas apa lagi hati nurani. Integritas itu cukup jadi miliknya kaum cendekiawan yang kelak akan menjadi bapak bangsa. Hati nurani itu cukup untuk kaum perasa dan mellow yang suka dengan roman picisan. Politisi sesungguhnya adalah mereka yang "tega" berani buta dan tuli. Mereka yang rada-rada bebal, mereka yang lihai melakonkan sandiwara. Kalau mau kasar ini khusus bagi kaum yang tak sudi menyanjung moralitas.

Apa sih kejujuran,  hati nurani, integritas dan moralitas itu? Zaman now itu semua hanya bohong besar.

Di sekitar tahun 2007, seorang budayawan Jakob Sumardjo pernah menulis sebuah esai di harian Kompas dengan judul Kepala Negara. Jakob Sumardjo mengutip hasil wawancara Oriana Fallaci tahun 1972 dengan Henry Kissinger.

Henry Kissinger mengatakan bahwa untuk menjadi kepala negara tidak perlu keintelektualan, tetapi kekuatan, keberanian, dan kecerdikan. Karena keintelektualan itu dekat dengan rasionalitas. Mana mungkin mereka mengingkari rasionalitas itu?

Kekuatan, keberanian, dan kecerdikan semuanya ada pada diri Pak Setnov.  Apa yang kurang? Ia memiliki jabatan, kuasa, uang, jaringan bisnis dan pertemanan.  Siapa yang berani menantang Setnov? Karena keberanian itu miliknya, ada dalam genggamannya.

Jalan panjang menuju kursi nomor satu DPR (Ketua DPR RI) menunjukkan Pak Setnov bukan orang sembarangan.  

Lihat jejaknya. Menjadi anggota DPR RI tiga periode dari Dapil II Nusa Tenggara Timur itu bukan perkara mudah. Ia bersaing  ditengah masyarakat NTT yang masih kental dengan soal primordialitas. Artinya apa selama melalang buana ke NTT atau saat masih menjadi manajer distributor pupuk, Pak Setnov telah melakukan investasi sosial yang cukup besar. Jadi jangan heran laju Pak Setnov tak terhenti menuju senayan.

Apa ada orang NTT keberatan?

Jadi politisi itu harus melampaui gaya para artis, Bung.  Artis itu menangnya cuma di make up, menang dilenggak - lenggoknya doang, tapi hati manusia biasa. Mereka bisa menangis sesenggukkan kala dirundung masalah.  Politisi mana ada yang menangis? Malah tampilan makin religius. Itu katanya insaf.

Kalau mau jadi politisi bermainlah di wilayah abu-abu hai kaum muda. Kalau mau jadi kucing hitam atau kucing putih, boleh saja, asalkan kucing itu bisa menangkap tikus. Mau pakai cara malaikat atau setan tak soal yang penting tetap eksis dan narsis.

Jadi politisi itu jangan yang normatif saja kamu harus bersikap rada-rada "gila". Karena gila sebagian dari keberuntungan.  Karena nasib baik milik orang yang beruntung.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Politik Selengkapnya
Lihat Politik Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun