Mohon tunggu...
Ma'ruf M Noor
Ma'ruf M Noor Mohon Tunggu... -

ini dunia kita, tak ada yang berhak menghalangi kita untuk bahagia!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Prahara di Semester X

27 Juli 2011   06:13 Diperbarui: 26 Juni 2015   03:20 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Kampus adalah tempat yang sangat menyenangkan, setidaknya untuk sebagian orang karena ternyata tidak semua orang menikmati dinamika kampus bahkan ada yang sampai menyesal karena memasuki kampus atau tepatnya jurusan tertentu. Sejatinya kampus menjadi sebuah arena peraduan antara visi hidup (baca: cita-cita) dengan realitas hidup yang sebenarnya, karena sudah menjadi fakta bahwa sebagian besar mahasiswa 'tergadai' visi hidupnya ketikan mulai bergelut dengan warna-warni kampus yang kadang kala bias. Sampai pada suatu saat terjadi sift paradigm terhadap visi hidup yang telah dibawah dari kecil. Para mahasiswa mulai bertanya tentang dirinya 'apakah ini adalah jalan yang tepat untuk saya, apakah ini takdir Tuhan untuk hidup saya, inikah yang terbaik?'.

Begitu kompleksnya kehidupan kampus terkadang melupakan sesuatu yang menurut sebagian orang adalah hal ynag mesti didahulukan, hal tersebut tidak lain adalah sesuatu yang klasik untuk sebagaian besar mahasiswa (subjektif saya) apalagi kalau bukan titipan orang yang paling penting di dunia setelah nabi (bagi yang muslim) yaitu amanah orang tua yang senantiasa mengaharapkan anaknya untuk sselesai tepat waktu bahkan kalau boleh lebih cepat dari waktu yang semestinya (4 tahun untuk Strata I). Orang tua teernyata mendapatkan kebahagiaan yang luar biasa ketika mampu melihat anaknya berdiri mengenakan toga dengan tepat pada waktunya (4 tahun).

Berbeda dengan mindstream sebagian orangtua, mahasiswa yang aktif pada berbagai kegiatan baik di organisasi ekstra maupun intra kampus menganggap berkuliah lama-lama adalah sebuah prestasi yang tidak mesti dibanggakan, berkulaih lama-lama setidaknya memberi ruang untuk lebih banyak menikmati pengalaman demi pengalaman yang didapat dari kegiatan yang telah dilakukan. paling tidak kondisi inilah yang sedang dirasakan oleh penulis. Penulis dalam prahara semester X, di semester yang sudah berumur 5 tahun dilematis itu pun datang, orang tua terus bertanya 'kapan selesai skripsimu nak?', sementara dibalik pertanyaan itu pastilah terdapat harapan yang besar untuk melihat anaknya bisa mengenakan toga secepatnya karena mengingat semester yang sudah 'tua'. Di sisi lain keinginan menikmati dinamika menjadi mahasiswa masih sangat tinggi, apalagi penulis masih aktif  pada salah satu organisasi yang tidak pernah mati "i love you www.penalaran-unm.org".

Saat membuat tulisan ini, penulis dalam dilematis tingkat tinggi. Bagaimana tidak? untuk bisa terbebas dari pembayaran SPP penulis harus selesai (Yudisium) sebelum tanggal 5 Agustus, ini betul-betul pilihan 'apakah masih harus menikmati kilau warna kampus denga ditebus pembayaran SPP atau menyelasaikan tahap akhir Skripsi ini?'. namun penulis saat ini hanya menerima takdir Tuhan denga cara 'mengalir' mengikuti keadaan.

aduh tulisan belum selesai, pembimbing skripsi sudah datang

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun