Mohon tunggu...
Ma'ruf M Noor
Ma'ruf M Noor Mohon Tunggu... -

ini dunia kita, tak ada yang berhak menghalangi kita untuk bahagia!!!

Selanjutnya

Tutup

Catatan

Hari Ini Pemuda Tertidur

28 Oktober 2011   08:21 Diperbarui: 26 Juni 2015   00:23 62
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

Menjelang senja, hujan turun membasuh wilayah selatan Kota Makassar, entah wilayah lain apakah air juga menetes dari langit sebagai berkah yang Allah siratkan kepada umat manusia. Pagi sampai siang hari, mentari begitu hangat menyapa kulit, mungkinkah sebagai suatu tanda hormat buat para pemuda ketika 83 tahun yang lalu menyerukan suatu semangat pemuda untuk bersatu dalam sebuah kolektifitas bernusa, berbangsa, dan berbahasa yang kemudian diperingati sebagai hari sumpah pemuda Indonesia.

Namun sepertinya simbol-simbol dari langit yang diperlihatkan oleh Sang Penguasa Jagad Raya, direspon dengan apatis oleh pemuda yang semestinya sejenak berfikir tentang nusa dan bangsa. Mungkinkah semangat itu telah menjelma menjadi sebuah mindset pemuda pelupa?, terutama untuk para mahasiswa yang sejatinya memikul semangat pemuda itu. Tak dapat dipungkiri bahwa mahasiswa adalah human elemen paling potensial dalam upaya memajukan bangsa, karena dalam diam seorang mahasiswa tersimpan sejuta harapan bangsa Indonesia untuk menjadi bangsa maju.

Kenyataan yang paling ironi menurutku adalah ketika pergerakan mahasiswa saat ini yang esensinya untuk memperlihatkan kebenaran (bukan kepentingan) justru mendapat antipati, bukan simpati dari masyarakat yang seharusnya berada dibelakang gerakan itu. Karena yang menjadi objek dari pergerakan itu adalah masyarakat yang diperjuangkan hak dan kepentingannya.

Momentum sumpah pemuda adalah timing yang sangat tepat untuk memuhasabah pergerakan mahasiswa dalam upaya memperjuangkan kebenaran tanpa kehilangan spirit kepemudaan.Tidakkah juga terfikir bahwa untuk melakukan gerakan massive tetap membutuhkan simpati dari masyarakat?. Jangan sampai perjuangan yang mengatasnamakan rakyat itu ternoda oleh pola gerakan yang tidak kondisional. Sejenak aku berfikir, pola itu tidaklah “salah”, tapi mungkin kurang bijak melihat kondisi dan mengambil “hati” rakyat (meskipun aku juga dulu beberapa kali ikut gerakan massive atas nama rakyat). Formula gerakan yang bijak dan tetap memilki spirit perubahan adalah PR bersama para mahasiswa. Salah satu pola gerakan yang saat ini aku lihat dapat “berbuah” adalah gerakan literasi yakni gerakan baca tulis. Salah satu metode yang tidak hanya ada pada jaman sekarang, karena metode ini juga kuanggap “ampuh” memperlihatkan bahwa kondisi yang dialami adalah sebuah masalah yang harus diatasi (mungkin oleh pemerintah). Apalagi saat ini, dijaman yang serba digital dan internet ini, semua menjadi mudah dan cepat untuk tersebar luas.

Bangun pemuda!!!

dan janganlah tidur melihat kondisi!!!

Kondisi membutuhkan perubahan!!

semoga lahir pemuda…amin…

Mohon tunggu...

Lihat Catatan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun