Mohon tunggu...
Lyfe Pilihan

Sangihe Somahe Kai Kehage

10 Februari 2016   00:03 Diperbarui: 10 Februari 2016   00:27 143
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Keinginan untuk merasakan daerah di perbatasan terus menggebu di dalam diri ini. Harapan memenuhi keinginan itu pun datang ketika ada kesempatan KKN (Kuliah Kerja Nyata) dari Universitas Gadjah Mada. Sekelumit cerita akhirnya mengantarkanku untuk sampai ke tempat pengabdian masyarakat di kabupaten yang berbatasan dengan kabupaten paling utara Indonesia, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Berawal dari pembentukan tim KKN , saya akhirnya dapat menginjakkan kaki di salah satu beranda negeri ini. Tim berjumlah 28 orang, terdiri dari berbagai jurusan dan fakultas di Universitas Gadjah Mada, Yogyakarta.

Perjalanan cukup panjang harus ditempuh. Saat itu perjalanan dimulai dari Yogyakarta pada tanggal 5 Juli 2015 menggunakan bus menuju Bandara Juanda, Surabaya memerlukan waktu sekitar 6 jam perjalanan. Sesampainya di Surabaya sekitar pukul 05.00WIB, harus menunggu jadwal penerbangan sekitar 3 jam. Penerbangan memerlukan waktu sekitar 3 jam untuk sampai di Bandara Sam Ratulangi, Manado.

Sampai di Manado sekitar pukul 11.00 WITA, kami harus transit sebentar di Kota Manado untuk menunggu jadwal penyeberangan kapal ke Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe. Sekitar pukul 19.00 WITA, kapal berangkat dari Pelabuhan Manado, perjalanan terlama yang pernah saya alami menggunakan kapal pun dimulai.

Kami menyempatkan berkumpul di dek kapal untuk menikmati derunya gelombang dan angin yang bertiup di malam hari sembari menyanyikan lagu yang diiringi alat musik kencrung. Terombang ambing di tengah lautan, akhirnya kami sampai di Pelabuhan Tahuna, Kabupaten Kepulauan Sangihe, sekitar pukul 05.00 WITA. Kesan pertama menginjakkan kaki di Kepulauan Sangihe adalah luar biasa sekali keindahannya, karena sambutan sinar matahari yang memberikan indahnya langit di pagi hari.  Hiruk pikuk tercipta di Pelabuhan Tahuna ketika kapal datang. Aktivitas masyarakat yang notabene bergantung pada laut pun dimulai. Kami para pendatang merasakan sambutan yang hangat dari masyarakat, dan saya akhirnya merasakan bahwa Indonesia memang benar-benar negara maritim. 

Pelabuhan Manado

 Suasana dalam Kapal menuju Pelabuhan Tahuna

 

Perjalanan menuju Desa Bebalang menggunakan Perahu

Sambutan Terbenamnya Matahari saat Pertama Kali sampai di Desa Bebalang

Sesampainya di Desa Bebalang, kami disambut oleh tenggelamnya matahari yang begitu cantik. Keindahan langit pun menandakan sambutan selamat datang dari semesta pada kami, pengabdi beranda negeri. Tidak hanya itu, masyarakat pun menyambut kami dengan hangat. Dari anak kecilnya, pemudanya, sampai orangtuanya. Merasakan kehidupan jauh dari keluarga ditempat yang harus ditempuh kurang lebih 2 hari perjalanan bersama sahabat-sahabat yang selalu mendukung satu sama lain serta masyarakat yang dengan tulus mengajari dan membantu kami adalah sebuah pengalaman yang tiada gantinya. 

Dalam hati saya berkata, selamat meengabdi teman-temanku, sahabat-sahabatku. Jangan pernah patah arang karena jauh dari keluarga, karena jauh dari tempat biasa. Terkadang kita harus merasakan jarak yang begitu jauh untuk mendapatkan makna sebuah kedekatan. Jauh tidak berarti hilang. Jauh tidak berarti kosong. Jauh dapat bermakna semangat menggebu untuk memantaskan diri memberikan kebahagiaan kepada orang yang kita sayang dengan cara memberikan kebahagiaan pula kepada orang lain di tempat pengabdian. Somahe Kai Kehage.

 

 

Mohon tunggu...

Lihat Lyfe Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun