Mohon tunggu...
Bonar Hamari
Bonar Hamari Mohon Tunggu... -

Selanjutnya

Tutup

Humaniora Pilihan

Mendorong Petani Melek Bisnis dan Teknologi

11 Juli 2018   10:50 Diperbarui: 11 Juli 2018   10:57 550
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Problem petani di Indonesia adalah karena lahannya yang kecil dan tingkat keekonomisan yang belum maksimal. Dengan skala kecil begitu menyebabkan nilai tawar petani berhadapan dengan pasar juga tidak seberapa. Berbeda jika skala itu diperbesar. Caranya dengan menghimpun petani dalam sebuah wadah bisnis yang dikelola secarfa profesional.

Kita tahu karena terpisah-pisah daya tawar petani berhadapan dengan pasar akhirnya tidak maksimal. Tengkulak mengambil keuntungan dari kondisi ini dengan cara menekan harga beli produksi. Mereka juga mengikat petani dengan memberi pinjaman dengan bunga tinggi. Akibatnya petani hidup dalam lingkaran setan.

Kondisi terpecah dan terpisah inilah yang dilihat Presiden Jokowi.

Untuk itul, Presiden Jokowi menyarankan petani-petani kita dapat bergabung dalam sebuah wadah besar yang bekerja secara profesional. Menyambut usulan itu beberapa kementerian antara lain Kementrian BUMN, Kementerian Desa dan Kementerian Pertanian serta Pemerintah Daerah menginisiasi terbentuknya sebuah wadah yang dinamakan Mitra BUMDes Bersama (MBB). Dalam wadah itu juga petani diharapkan dapat bergabung dan memetik manfaat.

Untuk saat ini, MBB bisa dimanfaatkan petani untuk mengemas berasnya dan menjualnya dalam kemasan plastik. Ini akan memotong rantai pemasaran sehingga petani bisa langsung mengakses pasar dengan bantuan MBB. Dengan demikian harga yang didapat petani lebih maksimal. Dengan kata lain proyek kerjasama komunitas ini akan membuat petani memiliki akses pasar.

Bagaimana cara kerjanya?

PT Telkom yang terlibat dalam proyek ini membuat aplikasi yang akan menjadikan semua data tentang pertanian terkumpul menjadi satu. Terus terang, persoalan data pertanian ini seringkali menjadi masalah. Ketidakjelasan data mengakibatkan banyak petani terkecoh untuk memilih jenis tanaman yang akan diproduksi hingga mengakibatkan harganya jatuh ketika panen raya terjadi.

Kedua, ketiadaan data memadai juga menyebabkan pemerintah salah mengambil keputusan impor pangan. Artinya dengan adanya data pertaian terintegrasi dan update banyak permasalahan akan lebih cepat menyelesaiannya.

Aplikasi yang dibuat PT Telkom ini memang pad akhirnya ditujukan untuk sebuah usaha besar digitalisasi pertanian. Bagi petani sendiri aplikasi ini bisa dipakai untuk mengakses layanan BUMN di empat masa yaitu masa pra tanam, tanam, panen dan pasca panen.

Sedangkan bagi Telkom, melalui dashboard yang terhubung ke aplikasi akan bisa mengakses berbagai data profil petani dan informasi penting lainnya. Hasilnya adalah berupa data besar yang bisa dioleh menjadi data profil serta riwayat lahan pertanian.

Untuk masa pratanam misalnya, petani bisa memanfaat kredit yang disiapkan oleh bank BUMN seperti BRI, BNI, BTN dan Mandiri. Selain itu petani juga bisa menghindari resiko dengan memanfaatkan asuransi gagal panen yang bisa diikuti.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun