Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Money Pilihan

Indonesia Bisa: Bersiap Diri Jelang AFTA 2015

3 April 2014   15:05 Diperbarui: 24 Juni 2015   00:08 403
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bisnis. Sumber ilustrasi: PEXELS/Nappy

Di era Presiden Soekarno bangsa Indonesia cukup disegani kiprahnya di kancah internasional. Indonesia menjadi inspirasi beragam negara di Afrika untuk merdeka dari belenggu kolonialisme. Konferensi Asia Afrika 1955 di Bandung menjadi tonggak kiprah Indonesia di mata dunia. Peran Indonesia mulai diperhitungkan sebagai salah satu negara yang terpandang di dunia, karena sebagai inisiator GNB (Gerakan Non Blok). Kala itu dunia sedang terpecah akibat perseteruan blok barat yang diwakili Amerika Serikat dan blok timur yang diwakili oleh Uni Soviet.

Letak geografis Indonesia yang strategis menjadi rebutan dua blok yang bertikai. Bung Karno mengambil langkah untuk tidak berpihak kepada salah satu blok, baik barat ataupun timur. GNB menjadi gerakan yang diakui di dunia dan mencatat peranan Indonesia sebagai negara yang menganut politik luar negeri bebas aktif.

Bonus Demografi

Pasar dalam negeri menjadi incaran beragam negara yang mengetahui potensi jumlah penduduk Indonesia. Jumlah penduduk 250 juta merupakan pangsa pasar yang menggiurkan bagi para pemasar produk atau jasa. jumlah penduduk yang besar ini merupakan daya saing Indonesia untuk menarik minat penanam modal luar negeri. Jumlah penduduk tersebut dapat dijadikan posisi tawar dalam rangka pembahasan kontrak kerja atau penanaman modal.

Beberapa merek ternama pun sudah membuat produk-produknya di Indonesia. Pangsa pasar yang besar sudah jaminan bahwa tiap produk yang dihasilkan akan diserap oleh pasar. Merek-merek yang sudah melihat keberhasilan merek yang sudah lebih dulu menanamkan modal di Indonesia segera mengambil langkah berani untuk menandatangani proyek kerjasama dengan pemerintah RI. Google yang sudah membuka kantor perwakilan di Jakarta menyebabkan Facebook pun tak ingin menyia-yiakan kesempatan untuk segera membuka juga kantor perwakilan.

Bos Air Asia, Tony Fernandes dalam suatu wawancara dengan MetroTv mengatakan bahwa ia lebih sering tinggal di Jakarta dalam menjalankan dan memonitor perkembangan perusahaannya. Dalam wawancara tersebut, ia mengakui bahwa jumlah penduduk Indonesia yang besar dan negara kepulauan masih terbuka untuk pengembangan Air Asia. Salah satu alasanpembukaan kantor perwakilan Air Asia di Jakarta, karena Tony ingin lebih mengetahui potensi-potensi yang belum dapat tergarap maksimal oleh beberapa perusahaan maskapai sebelumnya. Di wawancara tersebut, ia mengungkapkan bahwa keinginannya untuk lebih banyak membuka jalur penerbangan baru di beberapa kota Indonesia yang belum disinggahi oleh perusahaan maskapai manapun, namun jalur tersebut justru tersedia jumlah penumpang yang besar.

Kesebelasan Liverpool terkenal memiliki penggemar setia. Loyalitas mereka sudah teruji, meskipun sudah 24 tahun klub tersebut tidak menjuarai liga Inggris. Sebagai klub besar, Liverpool memiliki fans base di tiap negara. Indonesia dengan keunggulan jumlah penduduk menempatkan di urutan pertama sebagai penggemar Liverpool (Liverpuldian) di dunia. Dalam lawatan Liverpool ke Indonesia tahun lalu, manajer Brendan Rogers mengungkapkan bahwa Liverpuldian Indonesia mampu menghadirkan aura stadion Anfield di Gelora Bung Karno.

Bonus demografi yang besar sudah sewajarnya dimaksimalkan oleh pemerintah RI. Jika negara lain saja, tidak ingin melewatkan kesempatan terhadap jumlah penduduk Indonesia yang besar dalam rangka memasarkan produk atau jasa, agak membingungkan kalau pemerintah RI justru menyia-yiakan bonus demografi tersebut. Jumlah penduduk 250 juta merupakan salah satu daya saing untuk menarik investor dalam dan luar negeri. Jika bonus demografi ini tidak dimaksimalkan untuk peningkatan perekonomian RI, tidak salah jika bonus demografi yang awalnya dapat disebut anugerah justru menjadi musibah.

Jelang AFTA 2015

Kawasan perdagangan bebas ASEAN merupakan cita-cita besar yang bermula dari kesepakatan 6 negara (Indonesia, Malaysia, Singapura, Thailand, Filipina dan Brunei Darussalam) anggota ASEAN. 6 negara tersebut sepakat untuk membebaskan biaya tarif masuk perdagangan barang. Kesepakatan pembebasan biaya tarif masuk perdagangan di kawasan Asia Tenggara yang menguntungkan mampu menarik minat 4 negara tambahan ( Laos, Myanmar, Kamboja dan Vietnam) untuk bergabung di ASEAN Free Trade Area (AFTA) 2015.

Sekitar 8 bulan lagi arus masuk dan keluar semua produk di Asia Tenggara tidak akan lagi dikenakan bea masuk. 10 negara sudah mempersiapkan diri untuk menyongsong era perdagangan bebas ini. Hambatan-hambatan yang sebelumnya ditemui dalam memasarkan suatu produk akan hilang dengan sendirinya. AFTA 2015 akan menjadi incaran tiap negara peserta untuk memasarkan produk-produk unggulan negaranya. Bagaimana dengan Indonesia?

Indonesia dengan jumlah 250 juta merupakan pasar yang menjadi target peserta AFTA. Jika tidak mempersiapkan diri, kemungkinan besar Indonesia akan dibanjiri produk-produk negara tetangga. Ada satu kesempatan yang patut direnungkan bagi Indonesia untuk bersaing di AFTA. Industri kreatif Indonesia mulai menampakkan geliat luar biasa, bahkan di dunia hanya ada 2 negara yang mempunyai kementerian khusus untuk mengurusi industri kreatif, yakni Inggris dan Indonesia.

Industri Kreatif dan Perancang Busana Indonesia

Geliat industri kreatif di Indonesia kini membuat pemerintah cepat tanggap. Pemerintah Republik Indonesia membentuk kemenparekraf (Kementerian Pariwisata dan Ekonomi Kreatif). Di bawah koordinasi kemenparekraf dipetakan kekuatan dan peluang industri kreatif di Indonesia. Industri kreatifIndonesia punya kekuatan dan potensi dalam untuk bersaing di AFTA 2015. Didiet Maulana dengan tenun ikatnya mampu bersaing di kancah global, bahkan melalui lini produknya IKAT dikenakan sebagai pakaian resmi di peserta APEC 2013. Masih ingat dengan mendiang Nelson Mandela? Ia salah satu tokoh dunia yang cinta dengan batik dan selalu mengenakan batik di acara-acara resmi. Mandela mulai mengenal batik saat ia hadir di pertemuan APEC di Bogor, sejak itu batik justru identik dengan Mandela.

Film Catching Fire yang diangkat dari novel trilogi (Hunger Games, Catching Fire dan Mockingjay) Suzanne Collins merekam kisah sukses perancang muda Indonesia. Ia adalah Tex Saverio. Pemeran utama film tersebut, Katniss mengenakan gaun-gaun yang dirancang oleh Tex Saverio. Sebelumnya, Tex Saverio sudah mencetak prestasi internasional saat gaunnya dikenakan oleh Lady Gaga untuk pemotretan majalah Harpers Bazaar. Melihat contoh dari sedikit perancang busana tersebut tidak berlebihan rasanya, jika industri kreatif Indonesia dalam bidang busana dapat bersaing di AFTA 2015.

Keunikan dan ciri khas para perancang busana dalam menggali nilai-nilai lokal dapat memberikan positioning dan differentiation dibandingkan negara-negara peserta AFTA. Untuk mendukung industri kreatif di bidang busana pemerintah RI perlu membangun sinergi dengan para perancang yang menggunakan keunikan lokal dalam menghasilkan karya. Tenun ikat, batik, serat alami, sarung, kain songket beberapa contoh kekhasan Indonesia yang dapat dijadikan pembeda dengan produk-produk para negara pesaing.

Industri Kreatif Kaos Oblong

Kekhasan dari industri kreatif produk kaos oblong berawal darikelahiran clothing label dalam sebuah skatepark kecil di salah satu sudut Taman Lalu Lintas Bandung (Taman Ade Irma Suyani), di awal tahun 1990-an oleh Didit atau dikenal dengan nama Dxxxt, Helvi dan Richard Mutter (mantan drummer Pas Band), kemudian bersepakat mengelola sebuah ruang bersama di Jalan Sukasenang Bandung. Ruang ini kemudian dikenal sebagai cikal bakal yang munculnya bisnis clothing lokal (Reverse) untuk anak muda di Bandung (Majalah Flashover, 2 Juli 2010). Produk kaus berlabel independen tersebut dipasarkan secara khusus di komunitas kaum muda bersosialisasi. Tempat yang memajang dan menjual produk kaus kreatiftersebut dinamakan distro ( distribution outlet). Produk kaus tidak dijual masal di mal, namun hanya dapat dibeli di distro.

Salah satu contoh label yang sudah mendunia adalah Peter Says Denim (PSD). Label PSD yang mensponsori festival dan tur musik di mancanegera seperti Koi Fest 2010 di Kanada, serta festival dan tur di Amerika Serikat seperti Shit Happen Tour 2010, Fearless Friends Tour 2010, Silverstein’s ‘Winterizer’ Tour 2011 dan Between the Buried and Me Spring Tour 2011 (Marhen, 2011,167). Cara yang ditempuh PSD untuk mempromosikan produk agak diluar kelaziman, karena pemilik PSD Peter Firmansyah mengungkapkan bahwa dengan PSD terkenal di luar negeri, otomatis akan terkenal juga di dalam negeri.

Produk industri kreatif kaos oblong di Indonesia dapat bersaing, karena keunikan tema yang diusung. Joger sudah menjadi oleh-oleh khas Bali. Belum ke Bali, jika belum berkunjung dan berbelanja produk Joger. Selain itu, kekhasan lokal dapat pula diolah menjadi pembeda produk kaos oblong dibandingkan dengan negara-negara lain. Produk kaus distro tetap dinanti konsumen, karena produsen giat melakukan penggalian budaya lokal yang dikemas ulang supaya berterima di kalangan konsumen muda, contoh: Ojie Oblong yangprodukkaus distro yang mengusung ikon, simbol dan kode tanda kebudayaan Betawi, Disun (Distro Sunda) yang mengusung kearifan lokal kebudayaan sunda, Mahanagari merupakan cerminan apa yang ada di Kota Bandung: distro ini berusaha untuk mendidik masyarakat Bandung sendiri tentang kotanya (Ema Nur Arifah, DetikBandung).

Selain itu, produk kaus distro dapat mengusung tema keagamaan. Melihat mayoritas penduduk Indonesia beragama muslim, Ada brand bernama Ralij yang berkarakter muslim. Relight The Spirit of Our Religion, demikian kepanjangan dari Ralij. Brand yang menurut pemiliknya Tubagus Fiki Chikara Satari baru diluncurkan bertepatan dengan Ramadhan tahun 2009 (Ema Nur Arifah, DetikBandung). Produk Ralij sudah menembus pasar Malaysia, Brunei Darussalam dan beberapa Negara di semenanjung Arab yang terdapat pemeluk agama Islamnya. Tiap daerah dapat membentuk karakter kaos oblong yang menjadi ciri khas agar menjadi identitas pembeda dalam memasarkan produknya di AFTA.

Kekayaan budaya Indonesia yang kaya dapat terus didorong agar lebih berani ditampilkan dalam produk-produk industri kreatif busana, garmen dan label kaos oblong. Jika mendiang Nelson Mandela saja bangga dan percaya diri mengenakan batik. Itu dapat disimpulkan, jika produk budaya Indonesia sudah diakui di pentas dunia. Jadi, mari menatap AFTA 2015 dengan percaya diri bahwa produk-produk industri kreatif Indonesia mampu bersaing.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Money Selengkapnya
Lihat Money Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun