Pembelajaran yang bermaknaÂ
adalah yang menyatu denganÂ
pengalaman hidup siswa
(John Dewey)
      Pembelajaran bermakna dapat dimulai dengan hal-hal sederhana. Guru dapat mencuri waktu berbincang-bincang dengan siswa di saat jam istirahat atau waktu luang usai jam sekolah untuk lebih menyelami kehendak mereka tentang pembelajaran.
      Untuk melengkapi sesi berbicara dengan siswa tersebut, guru dapat meminta siswa mengisi kuesioner tentang suasana pembelajaran yang dikehendaki. Mencari lebih dalam kehendak siswa dapat membantu guru menyiapkan dan menciptakan kelak pembelajaran bermakna.
      Berdasarkan pengumpulan informasi melalui sesi berbincang dan kuesioner tersebut penulis menyiapkan pembelajaran teks tanggapan buku fiksi dan nonfiksi dengan pendekatan kreatif dan bermakna. Penulis memvisualisasikan dengan kostum dan properti tokoh/ karakter dari sebuah buku untuk mengawali pembelajaran.
      Dari pengamatan penulis siswa lebih cepat terlibat dalam pembelajaran kala melihat penulis di depan kelas dengan visualisasi unik dan berbeda. Konsentrasi mereka terus terjaga dan aktif berinteraksi dalam pembelajaran.
Kelas yang Hidup
Di dalam ruang kelas yang hidup buku bukan sekadar tumpukan huruf, tetapi jendela yang terbuka lebar membuka wawasan siswa memperluas dunia imajinasi dan pengetahuan. Kala siswa membaca buku fiksi dan nonfiksi, sesungguhnya mereka sedang berlayar dengan perahu kata melintasi samudera makna.