Mohon tunggu...
Bona Ventura Ventura
Bona Ventura Ventura Mohon Tunggu... Guru - Kontributor buku antologi: Presiden Jokowi: Harapan Baru Indonesia, Elex Media, 2014 - 3 Tahun Pencapaian Jokowi, Bening Pustaka, 2017 | Mengampu mapel Bahasa Indonesia, Menulis Kreatif, dan media digital

#Dear TwitterBook, #LoveJourneyBook @leutikaprio

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan

Berliterasi adalah Kunci

15 Desember 2021   13:23 Diperbarui: 15 Desember 2021   19:28 625
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bedah Kepenulisan Bersama Eka Kurniawan - Foto KolPri

Kegiatan literasi penting dilakukan sejak usia dini. Pentingnya literasi bagi kehidupan untuk membekali manusia menghadapi beragam tantangan, hambatan, dan permasalahan dalam hidup. Literasi mencakup membaca, menulis, memahami, menganalisis, dan berpikir kritis. Salah paham terjadi di kalangan publik yang menganggap literasi hanya perkara membaca saja. Padahal literasi lebih luas dari itu.

Semakin baik dalam seseorang dalam penguasaan literasi, maka memudahkan ia mencapai kesuksesan, tahan banting terhadap beragam permasalahan, dan dapat memberikan solusi terhadap orang-orang di lingkungan sekitarnya.

Para pendiri bangsa seperti Bung Karno dan Bung Hatta mumpuni dalam penguasaan literasi. Mereka memetik banyak hal-hal positif dari kegiatan berliterasi sejak usia dini. Mereka adalah pembaca aktif.

Keduanya memperlakukan buku sebagai jendela dan satu celah untuk bergerak bebas mempelajari apa pun di dunia ini. Mereka mampu melakukan proses interpretasi dan refleksi terhadap buku-buku yang dibaca. Dari proses refleksi tersebut keduanya memiliki solusi bagaimana memerdekakan Indonesia, bagaimana mengusir kolonialisme, bagaimana menyusun pidato-pidato yang mampu mengubah keadaan, bisa memahami apa bedanya dijajah atau tidak dijajah, dan bagaimana kelak menjalankan pemerintahan negara merdeka.

Generasi Bung Hatta atau Bung Karno sangat menyadari bahwa buku-bukulah yang membuka wawasan untuk memahami keadaan dunia kala itu. Membaca telah menghantarkan mereka kepada alam pemikiran baru sehingga mereka mengerti keadaan Indonesia perlu merdeka dan berdikari.

Buku sudah mendarah daging dalam hidup mereka. Koleksi buku keduanya dalam jumlah yang mencengangkan. Kisah legendaris betapa Hatta mencintai buku kala Belanda hendak mengasingkannya ke Digul, Papua Selatan. Kala hendak diasingkan pada 1935, Hatta meminta kepada pemerintah kolonial untuk membawa serta buku-bukunya yang jumlah totalnya saat itu sebanyak 16 peti. Satu peti berisi 100 buku.

Tangkapan Layar dari @StorialCo
Tangkapan Layar dari @StorialCo

                                                                                                     

Berkah Tersembunyi Masa Pandemi

Budaya membaca bisa saja belum merata di seluruh wilayah Indonesia. Bagi sebagian kalangan, buku adalah suatu kemewahan. Mereka lebih baik menggunakan uang untuk membeli makanan atau minuman.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun