Mohon tunggu...
Christian Bona
Christian Bona Mohon Tunggu... Lainnya - Suka Menulis

Selamat datang di tempat berkreasi saya. Selamat membaca tulisan yang saya buat dari pemikiran dan opini saya sebagai anak muda. Daripada overthingking atau galau di medsos lebih baik menulis.

Selanjutnya

Tutup

Sosbud Pilihan

Cara Pikir Sukses yang Salah

12 Januari 2021   13:19 Diperbarui: 12 Januari 2021   13:35 240
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
 Sumber: Dokumen Pribadi

Setiap orang ingin menjadi sukses dan hal itu menjadi tujuan manusia yang memicu kita bekerja keras dan bersemangat menjalani kehidupan karena punya harapan untuk masa depan. Sukses membuat kita dianggap dan dihormati orang lain. Masalahnya adalah ketika orang sudah sukses malah tidap dapat mengontrol diri karena cara berpikir yang salah.

Cara berpikir yang salah ini dimulai dari definisi yang salah dalam kesuksesan. Kesuksesan adalah ketika orang orang memiliki rumah yang besar dan mobil mewah. Barang mewah adalah suatu pencapaian yang ketika didapatkan maka seseorang dianggap sukses. Anggapan ini sudah tertanam lama dibenak manusia. . Anak-anak diajari kalau  orang yang sukses adalah orang yang memiliki kemewahan.

"Kamu harus rajin belajar ya nak supaya kamu sukses kayak tetangga kita itu yang rumahnya besar terus punya mobil mewah biar nanti bisa menyengangi orang tuamu ini nak kalo sudah tua" kata orang tua tersebut kepada anaknya. Pemikiran tersebut direkam oleh anak sampai dewasa. Mereka mulai unutk bekerja keras menjadi orang sukses oleh cara berpikir orang tuanya tersebut. 

Akhirnya anak tersebut menjadi cinta kekayaan supaya bisa membahagiakan orang tuanya. Rasa cinta kekayaan ini menjadi sangat merugikan kalua anak tersebut sudah bekerja dan mendapatkan jabatan ketika sudah dewasa. Rasa cinta uang itu membuat anak tersebut selalu tergiur untuk menjadi lebih dan lebih kaya sehingga rela melakukan apapun seperti korupsi.

Salah satu peristiwa korupsi dan penyalahgunaan kekuasaan yang masih bisa kita ingat baru-baru ini yaitu korupsi bansos oleh Menteri sosial saat covid dan Menteri perikanan. Korupsi tersebut dibelikan barang mewah saat menjadi barang bukti oleh penegak hukum. Banyak yang kesal karena perbuatan mereka mulai dari rakyat, tokoh masyarakat dan pemerintah itu sendiri.  

Barang mewah yang dibelanjakan dari korupsi sama seperti penyelundupan barang mewah oleh petinggi garuda adalah bukti kalua rasa cinta uang tersebut merupakan akar dari perbuatan korupsi. Tidak ada satupun manfaat korupsi, malah merugikan banyak orang. Lalu barang merah tersebut berguna untuk apa? Tentu barang mewah tersebut untuk menunjukkan kepada orang-orang bahwa mereka adalah orang kaya agar memiliki status sosial naik. 

Dan pastinya uang korupsi tersebut dipergunakan tidak sendiri tetapi digunakan beramai ramai seperti dipakai oleh keluarga dan teman yang korupsi. Lagipula, memang mau kemana lagi uang tersebut digunakan kalau tidak untuk bersenang senang oleh orang terdekat? Dan saat itulah mereka berpikir kalau saya kaya dan saya punya jabatan sehingga saya dapat dibilang orang sukses.

Coba kita ubah cara berpikir itu dan kita ubah definisi sukses itu. Jadi, ketika anak-anak masih kecil orang tua mengatakan kepada anaknya "Nak, lihat orang itu . Mereka susah mencari uang demi hidup.

Makanya kamu itu rajin belajar supaya bisa membantu mereka kalo sudah besar. Itu baru sukses". Nilai dan perkataan orang tua tersebut lalu diingat oleh anaknya sampai dewasa. Mereka bekerja keras lalu memiliki pekerjaan dan jabatan. Mereka ingat agar bisa dibilang sukses, saya harus membantu orang-orang susah supaya mereka punya kehidupan sejahtera. Mereka mulai memberdayakan orang-orang agar taraf hidup mereka menjadi lebih baik lagi dan mereka pun sukses mensejahterakan mereja. 

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Sosbud Selengkapnya
Lihat Sosbud Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun