"Hmm ... dengan Genk Butterfly? Kau bertemu dengan anak itu lagi, Son?"
"Tidak, Ton .... Memang sih aku pernah beberapa kali melihat rombongan Genk Butterfly. Waktu itu aku lagi nganter ibuku ke kota, mereka naik motor semua, aku lihat beberapa anak bertatto kupu-kupu. Tapi bukan itu masalahnya."
"Terus apa? Sepertinya penting sekali sampai pagi-pagi datang kesini."
"Kemarin malam aku dapat wejangan dari kakekku tentang mata batin ...."
Sono menjelaskan semua peristiwa yang dia alami bersama kakeknya.
(Baca di cerita sebelumnya : Pesan Yang Terlupa)
"Ooo ... Sepertinya beliau mau mengajarkan tentang pengendalian emosi padamu, Son. Kamu kan orangnya cepat emosi, meledak-ledak, tidak sabaran ...."
"Ha ha ha ... benar juga, Ton."
"Tapi sepertinya tidak hanya itu, Son. Kakekmu ingin agar kamu bisa mengendalikan mata batinmu untuk melengkapi ilmu silat yang telah beliau ajarkan padamu."
"Hmm ... mungkin juga. Siapa tahu kelak aku akan bertemu anak genk itu lagi aku dapat mengatasinya. Dia kan ngancam kita, Ton?"
"Kamu itu, Son. Inginnya berkelahi terus. Masih ingat pesan kakekmu? Sebisa mungkin menghindari perkelahian, kalau tidak sangat terpaksa dan posisi kita dalam bahaya."