Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

[Puisi] Diammu

1 Januari 2019   00:44 Diperbarui: 1 Januari 2019   02:03 82
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gambar : pixabay.com

Mentari merah di ufuk barat.

Semburat sinarnya menembus gulungan awan kelabu.
Di pucuk cemara aku duduk di bawah cakrawalanya.
Indah larik pelangi ...
Usai rintik hujan turun membasahi bumi.

Hilang mentari ...
Diiringi cahya purnama ke dua belas di penghujung malam.
Ku genggam hari meniti waktu
Akankah hari esok kan kembali?
Detik demi detik bersamamu malam itu.

Dingin ...
Hampa ...
Menembus kalbu merobek-robek jiwaku.
Terdiam ...
Terpaku ...

Engkau di sampingku merajut angan.
Membelai angin ...
Meluruhkan bintang-gemintang di langit malam.
Adakah senyum manismu untukku?
Sekedar pelipur lara dalam diammu ...

Lihatlah bidadari malam terbang menyambut cahaya.
Tersentak engkau dalam pijar ...
Nyala kembang api dan bunyi terompet.
Menyambut hari esok ...
Bersama datangnya sang mentari.

Solo, 01.01.2019

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun