Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen

[Cerpen Jogja 1990] Perayaan Sekaten

17 Oktober 2018   08:19 Diperbarui: 19 Januari 2019   05:37 480
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.


"Jika hidup tidak seimbang apakah kita juga akan roboh seperti gangsingan itu? Keseimbangan akan berhubungan dengan kualitas hidup. Apa maksudnya? Mungkinkah ini ada hubungannya juga dengan pengendalian emosi dan mata batin?"


Lupa-lupa ingat Sono tentang filosofi itu dan mengapa kakek mengajarkan pada dirinya.


"Gangsingan niki saking pundi, Pak? Bapak ndamel piyambak gangsingan niki?" tanya Sono pada penjual gangsingan.


"Ora, Nak. Gangsingan iki digawe wong-wong nang kampung."


"O ... begitu. Ternyata masih ada yang bisa membuat alat permainan tradisional ini. Mudah-mudahan generasi muda mendatang masih mengenal dan tetap melestarikannya."


Gangsingan merupakan alat permainan tradisional di daerah Jawa Tengah dan Jogjakarta. Kalau di daerah lain biasa disebut dengan nama gasing dan bentuknya pun berbeda-beda. Gangsingan ini dibuat dari pring wulung (bahasa Jawa) atau bambu wulung berwarna kuning gading. Kembali Sono memperhatikan dengan serius alat permainan tradisional tersebut.


"Pinten, Pak gangsingane?"


"Limang ewu, Nak. Ndang miliho."


"Tumbas kalih, Pak. Sing niki mawon," kata Sono sambil menyodorkan dua gangsingan pilihannya.

(bersambung)

Solo.17.10.18

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun