Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Puisi

Puisi | Kunang-Kunang Senja

19 September 2018   21:31 Diperbarui: 19 September 2018   21:34 2779
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.

Semburat jingga dibatas cakrawala
Semilir angin membelai lembut
Daun-daun pucuk cemara
Kulihat kerlap-kerlip di sana

Beterbangan...
Berhamburan...
Menghiasi langit senja di ufuk barat
Indah pesona cahaya perutmu

Kunang-kunang senja
Dari manakah asalmu?
Kau hanya diam seribu bahasa
Meninggalkan kegundahan hati seorang pengembara

Angin berkata ...
Dia berasal dari pecahan meteor di langit
Air berkata ...
Dia berasal dari tetes-tetes embun di pagi hari

Tanah berkata ...
Dia berasal dari kuku-kuku di dalam tanah
Api berkata ...
Dia berasal dari relung hati yang paling dalam

Tapi dia tetap kunang-kunang senjaku
Dan dengan angkuhnya dia berkata
Aku berasal dari nirwana
Akan kugantikan cahaya purnama di hati yang sedang gundah

Tapi jangan kau kejar diriku
Dalam hening aku bertanya
Mengapa tidak ...?
Karena aku hanyalah fatamorgana

Cahayaku akan sirna
Ketika ayam jantan berkokok
Aku tiada lain hanyalah tubuh-tubuh beku di cakrawala
Yang teronggok dan terbuang dari kumpulannya

Saat mentari ada di dalam dadaku
Di manakah aku mencarimu?
Seperti kata api ...
Aku bersemayam di relung hati yang paling dalam

Kunang-kunang senja
Berikan cahayamu ...
Berikan senyummu ...
Walau hanya dalam diammu

Solo.19.09.2018

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun