Semburat jingga dibatas cakrawala
Semilir angin membelai lembut
Daun-daun pucuk cemara
Kulihat kerlap-kerlip di sana
Beterbangan...
Berhamburan...
Menghiasi langit senja di ufuk barat
Indah pesona cahaya perutmu
Kunang-kunang senja
Dari manakah asalmu?
Kau hanya diam seribu bahasa
Meninggalkan kegundahan hati seorang pengembara
Angin berkata ...
Dia berasal dari pecahan meteor di langit
Air berkata ...
Dia berasal dari tetes-tetes embun di pagi hari
Tanah berkata ...
Dia berasal dari kuku-kuku di dalam tanah
Api berkata ...
Dia berasal dari relung hati yang paling dalam
Tapi dia tetap kunang-kunang senjaku
Dan dengan angkuhnya dia berkata
Aku berasal dari nirwana
Akan kugantikan cahaya purnama di hati yang sedang gundah
Tapi jangan kau kejar diriku
Dalam hening aku bertanya
Mengapa tidak ...?
Karena aku hanyalah fatamorgana
Cahayaku akan sirna
Ketika ayam jantan berkokok
Aku tiada lain hanyalah tubuh-tubuh beku di cakrawala
Yang teronggok dan terbuang dari kumpulannya
Saat mentari ada di dalam dadaku
Di manakah aku mencarimu?
Seperti kata api ...
Aku bersemayam di relung hati yang paling dalam
Kunang-kunang senja
Berikan cahayamu ...
Berikan senyummu ...
Walau hanya dalam diammu
Solo.19.09.2018