Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Masih Bisakah Kita Berlaku Tertib dan Santun di Jalan Raya?

11 September 2018   08:18 Diperbarui: 11 September 2018   08:43 391
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Pendidikan. Sumber ilustrasi: PEXELS/McElspeth

Saat itu jarum jam belum juga menunjukkan pukul 6 pagi ketika Aku melaju di jalan raya menuju tempat kerja. Bersama para pengendara yang lain dengan maksud dan tujuan yang berbeda-beda. Kami berpacu melewati jalan yang sama dan saling mendahului. Ada yang berjalan pelan ada juga yang ngebut di jalanan.

Kami menyandarkan berbagai kepentingan dan keperluan pada sarana yang sama, yaitu jalan raya. Meskipun alat transportasi yang kami gunakan berbeda-beda. Kami harus bisa dan harus rela berbagi dengan yang lain untuk dapat memanfaatkan sarana jalan yang sama.

Terjadi benturan kepentingan di sana? Pasti ...! Untuk itu harus ada upaya saling menghormati dan menghargai sesama pengguna jalan raya.

Aku sampai di sebuah perempatan jalan saat lampu lalu-lintas menyala merah. Aku pun berhenti. Sendirian ...? Hanya ada satu kendaraan yang ikut berhenti di sampingku. Kendaraan lain tetap melaju dari samping kanan dan kiriku. Saat itu Aku bagaikan orang bodoh yang melihat mereka melanggar aturan tanpa bisa berbuat apa-apa bahkan sekedar untuk ikut memacu motorku mengikuti kelakuan merekapun Aku tidak bisa. Mungkin Aku terlalu naif saat itu.

Terdengar bunyi klakson sebuah mobil pickup dari belakang untuk memaksaku menjalankan motorku, tapi entah kenapa motorku terasa sangat berat untuk berjalan. Sementara kendaraan yang berada di sampingku langsung tancap gas meninggalkan Aku sendiri di sana. Aku tengok angka merah baru menunjuk detik ke-20. Dan Aku tetap pada posisi diamku di belakang garis putih.

Akhirnya mobil itu mendahuluiku dari sebelah kanan. Kudengar teriakan salah satu penumpang mobil itu, "Nek mandheg ki nang pinggir, Mas."
(Kalau berhenti itu di pinggir, Mas)

Lhadalah ... koq malah Aku yang  disalahkan, padahal Aku pada posisi yang benar ...!!!

Mungkinkah karena saat itu masih terlalu pagi untuk mentaati peraturan lalu lintas?
Atau mungkin karena tidak ada polisi di sana?
Atau mungkin mereka tidak mau merasa bodoh seperti diriku ...

Entahlah ....

Harus ada yang dibenahi dalam diri kita, dalam masyarakat kita, dan dalam bangsa ini. Mulai dari hal-hal kecil yang mungkin hanya terlihat sepele seperti ini. Harus ada kesadaran dalam diri sendiri untuk mentaati peraturan demi ketertiban dan kenyamanan bersama. Mentaati peraturan, menghormati dan menghargai sesama pemakai jalan harus menjadi pedoman kita bersama selama berkendara di jalan.

Ada juga pengendara yang ngebut bahkan berjalan zig-zag di jalan karena mengejar kepentingannya sendiri di pagi hari itu. Mungkin mereka beranggapan selama tidak mengakibatkan kecelakaan dan tidak menimbulkan benturan kepentingan dengan pengendara lain, itu boleh dilakukan. Tetapi apa yang mereka lakukan tersebut telah melupakan etika dan melanggar norma-norma di jalan raya. Bukankah budaya antri dan tertib berlalu-lintas merupakan cermin dari budaya bangsa?

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun