Mohon tunggu...
Masbom
Masbom Mohon Tunggu... Buruh - Suka cerita horor

Menulis tidaklah mudah tetapi bisa dimulai dengan bahasa yang sederhana

Selanjutnya

Tutup

Cerpen Pilihan

Sepenggal Kisah di Jumat Pagi

17 Agustus 2018   13:36 Diperbarui: 17 Agustus 2018   13:57 477
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Cerpen. Sumber ilustrasi: Unsplash

Waktu pulang mengantar isteri belanja dari pasar, Aku melihat ada seorang Ibu penjual tenongan di pojok perempatan lampu merah. Sepertinya Ibu itu penjual baru di situ. Lumayan ramai juga pembelinya. Isteriku pun mengajak mampir ....

Lagi memilih-milih makanan bersama para pembeli lain, datanglah seorang seorang bapak setengah baya berpakaian lusuh kumal, rambut acak-acakan, seperti jarang mandi. Dia meminta nasi pada penjualnya. Mungkin bapak itu seorang gelandangan yang kelaparan di pagi itu ...

"O, ya, ini ..." kata si Ibu penjual tenongan tersenyum sambil memberikan dua bungkus dagangannya.

Bapak itu menerimanya terus langsung pergi tanpa sepatah katapun.

Aku pikir mana ada penjual tenongan menjual nasi bungkus? Aku perhatikan ke arah tempat bungkusan tadi, masih ada bungkusan yang lain. Satu bertuliskan 'bihun' dan satunya 'capjay'. Bukan nasi ...!

Apakah Ibu penjual tenongan itu telah berbohong?

Apakah si bapak akan kembali karena bukan nasi yang dia terima?

Tidak ada yang tahu pasti jawabannya dan kisah ini masih berlanjut ....

Ibu penjual tenongan kembali asyik melayani pembeli dengan wajah cerianya. Tidak ada kata keluh kesah atau kecewa setelah memberikan dua bungkus dagangannya kepada seorang gelandangan peminta-minta secara gratis. Sepertinya si Ibu tidak merasa berkurang rejekinya meskipun dia hanya sebagai pedagang kecil ....

Setelah pilih ini, pilih itu, "Sudah, Bu, berapa semuanya?" tanya isteriku.

Si Ibu penjual tenongan menyebut sejumlah nominal uang yang harus di bayar isteriku.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Cerpen Selengkapnya
Lihat Cerpen Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun