Mohon tunggu...
ryan syaifurrachman
ryan syaifurrachman Mohon Tunggu... lainnya -

menulis untuk berbagi

Selanjutnya

Tutup

Pendidikan Pilihan

Mahasiswa antara Nama dan Kerja untuk Keabadian

26 April 2014   20:17 Diperbarui: 23 Juni 2015   23:10 11
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Gadget. Sumber ilustrasi: PEXELS/ThisIsEngineering

Postera crescam laude, saya akan bekerja untuk generasi mendatang  (Semboyan Universitas Melbourne)

Sebagai entitas kebendaan yang terkungkung oleh hukum ruang dan waktu,manusia akan mati,hilang dari perdaran zaman dan punah digerus waktu,termasuk saya dan juga anda. Ketika tiba pada waktunya tak ada kuasa selain Dzat Yang Maha Esa yang bisa menghentikannya. Selanjutnya masing – masing kita hanya akan tinggal nama terpampang di nisan pusara,tak lebih dan tak kurang.

Yang membedakan antara manusia satu dan yang lainnya adalah tentang seberapa bermakna nama kita bagi hidup dan kehidupan sesama manusia ,tentang seberapa lama ingatan orang – orang mampu dipaksa untuk selalu mengenang kita,tentang seberapa banyak orang – orang yang akan merasakan efek dari ketiadaan kita di tengah mereka.Ya memang ketika kita sudah tiada hanya kenangan lah yang bisa mengunci ingatan orang terhadap kita,yaitu ingatan pada sebuah nama.

Bermanfaat bagi hidup dan kehidupan merupakan makna substansial dari penciptaan manusia oleh Tuhan kedunia,dan hal ini Tuhan serukan dalam Qalamullahnya yaitu Al Quranulkarim. Dimana termaktub didalamnya bahwa sebaik – baiknya manusia adalah yang bermanfaat bagi sesamanya,Maha Besar Allah dengan segala firmannya.

Jadi entitas yang bisa menjadi irterkoneksi antara penciptaan kita,nama dan kenangan orang terhadap kita adalah KEBERMANFAATAN. Nama menjadi entitas yang memiliki keabadiaan (imortal) ketika perintah Tuhan untuk kita bisa bermanfaat bagi hidup dan kehidupan sesama bisa kita tunaikan,walalupun dengan cara yang amat sederhana. Dititik inilah kita mulai akan memasuki keabadian,ketika kenangan orang terhadap kita jauh melampaui periode hidup kita didunia.

Trus apa hubungannya antara nama,kenangan,keabadian dan mahasiswa?.

Sekilas memang tak ada,tapi bila kita coba renungkan makna bermanfaat untuk sesama disinilah kuncinya. Ini berkaitan dengan dengan tuntutan dan tuntunan sejarah dan zaman,dimana disetiap pembabakan kehidupan,mahasiswa dibebani tugas suci nan mulia,yaitu mempelopori perubahan,menyeimbangkan pendulum kehidupan kearah kesetimbangan dan keteraturan sebagaimana yang Tuhan sabdakan yaitu menghadirkan kemaslahatan bagi umat,kesejahteraan dan kehidupan yang bercita rasa keadilan. Merubah pembenaran menjadi kebenaran,menjauhkan ketidakadilan dan mencegah kemunkaran merajalela di alam dunia.

Mengapa mahasiswa harus melakukannya? Jawabannya tak lain dan tak bukan yaitu atas nama tanggung jawab sosial, bahwa ketika Tuhan menciptakan manusia yang beridentitas mahasiswa,Tuhan berkati mahluk tersebut dengan segala kelebihank dibanding manusia yang lainnya. Dari sisi transedental dia diberkahi intelektual yang cerdas dan dibekali dengan pemikiran yang bernas sedangkan dari sisi sosial dia diberkahi Tuhan kemudahan untuk mendapatkan berbagai “kemewahan” fasilitas kehidupan  demi meningkatkan dan mematangkan potensi yang Tuhan telah anugerahkan salah satunya pendidikan dan tidak setiap manusia bisa mendapatkanya.

Kedua berkah diatas tak akan serta merta berguna untuk menjadikan mahasiswa menjadi punya makna didalam kehidupan,bisa organik menjalankan tugas dan tanggung jawab sosial,bila kedua berkah diatas diumpakan kepingan puzzle maka untuk menjadi sebuah puzzle yang utuh diperlukan sebuah kepingan lagi,yaitu yang bernama KESADARAN. Kesadaran bahwa potensi yang tuhan berikan merupakan berkah tapi disisi lain adalah tanggung jawab,yang akan dihitung dan dituntut tanggung jawabnya di kehidupan setelah dunia. Kesadaran ini lah yang apabila mampu ditumbuhkembangkan secara baik bisa menjadi stimulan untuk tumbuhnya niat suci dihati sanubari para mahasiswa bahwa tugas  dan tanggung jawab sosialnya harus tertunanikan demi kehidupan yang lebih baik. Tapi sayangnya entitas inilah yang semakin hari semakin jarang kita temui,ketika fenomena menunjukan pada kita bahwa para mahasiswa lebih sibuk mengurus akademiknya dan cenderung abai pada realitas sosial disekelilingnya yang penuh dengan kemunkaran dan citarasa ketidakadilan sosial ,para mahasiswa lebih memilih menjadi pelahap buku demi lulus cepat dan mendapatkan pekerjaan dibanding menjadi pembelajar kehidupan yang bisa merubah arah perputaran sejarah walalupun dengan segala keterbatasannya,ketika mereka berlomba – lomba menjadi hamba korporasi dan secara sadar menjadi bagian dari sistem yang menindas rakyat. Terus apa yang salah? Tak ada yang salah hanya dititk inilah mahasiswa kehilangan roh sosialnya,makin teralenasi dari realitas yang seharusnya menjadi tanggung jawab untuk bersama – sama potensi masyarakat lainnya untuk diperbaiki dan makin tercerabut faal/kepedulian sosialnya dan memilih menggantungkan idealisme ketika berhadapan dengan pragmatisme,dan kondisi ini jelas adalah sebuah pengkhianatan dalam term kemanusia seperti yang diungkapkan Harry J Benda dalam buku Pengkhianatan Kaum Intelektual.

Trus kalaupun kesadaran itu datang,pertanyaan retorisnya apa yang bisa kita mahasiswa lakukan untuk membuat sebuah perubahan ditengah segala keterbatasan yang dimilikinya. Mahasiswa tak punya senjata,mahasiswa tak berlimpah harta dan mahasiswa tak jua bertulang besi dan berotot baja serupa Gatotkaca. Jawabannya adalah penyadaran dan mempelopori perubahan. Kenapa kedua hal ini penting dilakukan? Karena dengan segenap potensi yang melekat padanya kedua hal ditas walalupun tak mudah bisa dilakukan oleh para mahasiswa. Modalnya adalah potensi intelektual dan juga faal/kepekaan sosial sedangkan senjatanya adalah PENA. Ya pena,dengan senjata inilah para mahasiswa bisa dengan optimal memanfaatkan potensi yang dimilikinya dalam kerangka pembangun kesadaran dan mempelopori perubahan. Pena ditangan mahasiswa yang memiliki kesadaran akan tugas dan tanggung jawab sosialnya akan menjelma menjadi senjata yang maha dasyat yang apabila digunakan bisa mengguncangkan alam mayapada,serupa panah ditangan Arjuna,Gada ditangan Bima ataupun Cakra ditangan Khresna. Senjata yang mampu meruntuhkan dinding kemunkaran ,tabir ketidakadilan dan juga praktek penindasan didalam kehidupan manusia. Prosesnya adalah dengan menulis,tulisan yang bisa menggugat ketidakadilan,tulisan yang bisa merobohkan kemunkaran dan tulisan yang bisa menyapu bersih praktek penindasan dari babad kehidupan.Tulisan adalah  bentuk perlawanan yang walalupun terlihat remeh temeh tapi terbukti mempunyai efek yang dasyat,dengan tulisan mahasiswa sejatinya sedang mendorong sebuah proses yang dinamakan penyadaran kolektif,perjuangan melawan lupa dan membuat efek bola salju untuk mempelopori perubahan. Inilah bukti bahwa wacana bisa mahasiswa jadikan alternatif metode perjuangan,walaalupun hanya dengan sebuah WACANA.

Dan ketika hal itu dilakukan maka mahasiswa sejatinya sedang mentranformasikan dirinya dari entitas fana menjadi entitas yang memiliki sifat keabadiaan,seperti yang di tuliskan oleh sastrawan  Pramoedya Ananta Toer  bahwa “Orang boleh pandai setinggi langit, tapi selama ia tidak menulis, ia akan hilang di dalam masyarakat dan dari sejarah. Menulis adalah bekerja untuk keabadian."
Mahasiswa mentranformasikan dirinya dari mahluk individual menjadi sejati nya mahluk sosial,yang mau,mampu dan bisa menunaikan tugas suci kemanusiaannya sebagai agen perubahan. Dan dititik inilah tanpa disadari mahasiswa menyerukan diri pada manusia dan kehidupan tentang arti manusia mulia adalah manusia yang bermanfaat bagi hidup dan kehidupan sesamanya,manusia yang layak dikenang serupa sabda penyair Chairil Anwar dalam puisi Antara Kerawang – Bekasi ,”kenanglah,kenanglah kami walalupun kami hanya tulang – tulang berserakan. Mentransformsikan dirinya dari entitas yang hanya ada menjadi entitas yang layak dikenang,yang nama dan kiprahnya akan abadi terkunci dalam laci memori dan relung ingatan manusia dan dicatat ditinta emas sejarah,walaupun kembali dengan cara yang sederhana.

Sebagai epilog,hanya ada satu ajakan yang bisa saya serukan yaitu mulailah berubah dan lakukanlah perubahan,mulailah sadar dan bangunalah kesadaran bersama,kesadaran kolektif yang mampu memerdekaan sesama manusia dari belenggu ketidakadilan,kungkungan penindasan dan rantai penindasan. Serukan kebenaran walalupun ujung senapan menempel pada dahi kita. Dan menulis adalah salah satu media yang bisa dimanfaatkan. Jangan sia – siakan penciptaan kita oleh Tuhan Yang Maha Kuasa,karena tidak ada satupun ciptaan Tuhan didunia yang sia – sia dan tanpa makna. Berikanlah makna pada nama mahasiswa agar kita dikenang dan dicatat dalam lembaran sejarah kehidupan. hari ini kita berfikir esok kita berkarya dan dimasa depan kita akan dikenang.

Untuk bisa melakukan hal diatas sekedar mengingatkan,bahwa kalian akan membutuhkan yang namanya organisasi. Berorganisasilah. Berkumpullah bersama teman-teman kalian. Sungguh, organisasi akan mendatangkan banyak faedah bagi kalian. Organisasi yang dewasa akan menyuburkan rasa kebersamaan. Akan menggembleng kalian dengan kerja-kerja organisasi, akan menjadikan kalian menjadi manusia bertanggung jawab. Tempat berdiskusi. Di organisasi kalian akan mengalami, menyelesaikan, dan mengerjakan pelbagai perkara bersama. Organsisasi adalah jalan untuk mematahkan pengalaman sesat berpikir dalam pendidikan. Utuhkan pribadi kalian dengan kemampuan berikut, yang tidak boleh dianggap enteng: membaca dan menulis. Membaca yang membuat kita kenal dengan dunia dengan semua tetek bengeknya. Menulis akan mengenalkan siapa kalian sebenarnya. Selamat datang, saudara-saudariku.

Mohon tunggu...

Lihat Konten Pendidikan Selengkapnya
Lihat Pendidikan Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun