Mohon tunggu...
Boedi Santosa, S.Pd.I
Boedi Santosa, S.Pd.I Mohon Tunggu... karyawan swasta -

Seorang guru madrasah pembelajar yang bercita-cita mulia menjadikan Indonesia lebih baik, dengan membekali ilmu dan teknologi dibarengi penanaman akhlak mulia di setiap diri peserta didik.

Selanjutnya

Tutup

Humaniora

Ingin Sukses Gerakan Pendidikan Semesta, Atur Ulang Konsep Diri Dulu

27 Mei 2016   19:47 Diperbarui: 27 Mei 2016   20:01 67
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
KONSEP DIRI SEJAK DINI

Gerakan Pendidikan Semesta yang dicanangkan Pemerintah di Bulan Mei ini , mengispirasi saya untuk menulis. Kesusksesan sebuah gerakan tersebut adalah tergeraknya seluruh pribadi dilingkup pendidikan itu berada, maka perlu dikaji konsep diri individu dilingkungan pendidikan tadi.

Seringkali, jika ditanya oleh seseorang, apa sih hobi anda? tentu kesulitan menjawabnya. Lalu ditanya, apa bakat anda? Kita malah bingung, sebenarnya punya bakat apa ya? Ketika ditanya tentang cita-cita, orang semakin bingung, punya cita-cita apa? Hal yang sama juga terjadi, jika ditanya soal apa sesungguhnya yang menjadi keinginan kita di masa depan nanti? Banyak orang yang bingung dalam menjawabnya. Apapun itu namanya, hobi, bakat, keinginan, dan cita-cita; seringkali memang membuat kita menjadi bingung dan bimbang, bagaimana harus menjawabnya dengan benar. Kebingungan kita tersebut sebenarnya tidak bisa lepas dari kuatnya pengaruh lingkungan tempat kita berada, sejak masa kanak-kanak sampai dengan masa dewasa ini.

Pada masa kecil kita, sebenarnya kita sudah punya keinginan-keinginan pribadi sendiri. Akan tetapi, pada saat kita ingin menyalurkan keinginan kita, seringkali ada hambatan dari lingkungan tempat kita berada. Hambatan lingkungan itu bisa berasal dari orang tua kita, dari teman-teman sepermainan, teman-teman sekolah ataupun dari kakek-nenek kita sendiri. 

Mereka semualah sesungguhnya yang menjadikan kita bingung dan bimbang dalam memahami bakat, keinginan atau cita-cita kita pada saat dewasa nanti. Pengaruh lingkungan ini begitu kuatnya, sehingga kita menjadi lebih cenderung untuk mengikuti apa yang diinginkan oleh lingkungan kita pada diri kita; diri kita akan menjadi sesuai dengan keinginan lingkungan tersebut, dan tidak menjadi diri kita sendiri.

Anda sendiri mungkin pernah mengalami kejadian-kejadian, yang memaksa diri Anda, mau atau tidak mau harus mengikuti atau menuruti apa yang diinginkan oleh lingkungan tempat Anda berada saat itu.Seringkali, karena kita belum mempunyai pendirian dan kepribadian kuat; maka biasanya kita mau tidak mau harus menuruti apa yang diinginkan lingkungan, dan kita juga harus melakukannya. 

Pada saat kita masih kecil, seringkali orang tua kita punya keinginan, agar kita bisa dan mau mengikuti keinginan mereka; misalnya, banyak orang tua menginginkan anaknya menjadi seorang dokter, atau insinyur; padahal si anak sebenarnya lebih senang di bidang seni atau yang selalu berhubungan dengan bentuk-bentuk seni.

13254885-1153519988002376-4985610501549358916-o-574845345b7b610a070fb25e.jpg
13254885-1153519988002376-4985610501549358916-o-574845345b7b610a070fb25e.jpg
Pada gilirannya nanti, saat si anak benar-benar menjadi seorang dokter atau insinyur, biasanya dia akan merasakan ada sesuatu yang kurang pada dirinya; dan itu disebabkan oleh keinginan dirinya yang "dipendam dalam" oleh keinginan orang tuanya. Dan banyak sekali kasus demikian, sehingga pada akhirnya, si dokter atau si insinyur tersebut meninggalkan gelar dan profesinya, kemudian mulai mengikuti keinginannya yang sudah sekian lamanya dipendam oleh ambisi orang tuanya tersebut. Sehingga akhirnya dia bisa menjadi lebih sukses lagi, bahkan tidak hanya sukses dari segi materi, melainkan juga dia bisa berbahagia menikmati hidupnya sesuai dengan keinginan atau bakat dan cita-citanya sejak dia masih kecil.

Pada kenyataan hidup sekarang ini, Anda bisa melihat adanya fenomena-fenomena seperti itu. Anda bisa melihat ada pelukis yang bergelar insinyur, sarjana ekonomi atau sarjana lainnya, banyak aktris atau aktor dengan gelar dokter atau sarjana hukum ataupun gelar-gelar yang lain. Banyak penyanyi menyandang gelar yang tidak sesuai dengan dunia yang digelutinya saat ini. Bahkan banyak orang menekuni sebuah profesi yang jauh sekali dari jurusan pendidikan akademisnya. Inilah suatu fenomena, yang sesungguhnya hasil dari pemaksaan keinginan lingkungan tempat hidup kita, kepada diri kita sejak masa kanak-kanak sampai dewasa ini.

Untuk membentuk sebuah konsep diri secara benar, sesuai dengan siapa diri Anda sesungguhnya, dan apa yang Anda benar-benar inginkan dalam hidup ini; sebenarnya bisa Anda lakukan lagi pada saat ini. Anda sesungguhnya bisa membentuk kembali konsep diri Anda. Anda bisa mulai membuat visi baru mengenai siapa diri Anda sebenarnya, diri Anda yang benar-benar baru dan lebih baik tentunya. 

Anda harus memandang diri Anda sendiri dengan sudut pandang yang benar, sudut pandang yang bisa menghargai siapa diri Anda sendiri.Sehingga, dengan melihat secara benar mengenai siapa diri Anda, maka Anda sudah melakukan langkah awal untuk menuju kepada suatu pembentukan sebuah konsep diri yang baru. Tidak ada kata terlambat, jika itu untuk suatu kebaikan bagi diri Anda sendiri.

Memang bukan suatu hal yang mudah untuk membentuk konsep diri Anda dengan benar sebagaimana keinginan anda; hal ini disebabkan besarnya dan kuatnya pengaruh dari lingkungan sekitar Anda. Pokok terpenting di sini adalah: Anda harus membuat sebuah konsep baru mengenai citra diri Anda sebenarnya, citra diri yang Anda impikan, yang benar-benar Anda inginkan sebagai diri Anda sesungguhnya. Selanjutnya Anda harus berpikir dan bertindak dengan kepercayaan penuh sesuai dengan apa yang menurut Anda benar mengenai siapa diri Anda sesungguhnya;sebagaimana yang sudah Anda programkan sekarang ini.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
Mohon tunggu...

Lihat Konten Humaniora Selengkapnya
Lihat Humaniora Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun