Mohon tunggu...
Boby Bahar
Boby Bahar Mohon Tunggu... Wiraswasta - Independent Traveler

24 countries and counting more. Dreaming to publish my traveling book. Terimakasih sudah mampir. boby.bahar@gmail.com

Selanjutnya

Tutup

Trip Artikel Utama

Empat Minggu Penuh Kesan di Turki

11 Februari 2020   20:39 Diperbarui: 12 Februari 2020   16:22 1124
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penampilan Tasawuf Whirling Dervishes di Mevlana Cultural Center, Konya

*Ini adalah bagian kedua dari cerita perjalanan saya '100 hari ke 10 Negara'*

Pesawat Oman Air yang saya tumpangi dari Mumbai mendarat di Istanbul jam 8 malam, setelah transit 2 jam di Muscat. Saya sudah apply e-visa Turkey saat masih di tanah air. Jadi pas di counter imigrasi saya hanya perlihatkan screenshot visa di layar HP. 

Gak sampai 2 menit officer langsung mencap paspor dan mempersilahkan lanjut (setelah antri 10-an menit untuk mendapat giliran). E-Visa memang lebih ringkas dan simple dibanding Visa on Arrival.

Tidak mau keribetan di India terulang gara-gara gak ada quota internet, setelah menukar uang saya langsung mencari gerai penjualan sim card. Dengan membayar 200 TL dapat kartu perdana dan quota internet 8GB untuk sebulan. Mahal banget ya... hampir 500 ribu Rupiah!

Selanjutnya saya cari tahu bagaimana caranya dari bandara ke pusat kota. Maklum saja lokasinya lebih jauh dari airport lama. Istanbul Airport baru beberapa minggu dioperasikan. Semua masih kinclong, sangat luas dan megah, katanya siap menjadi salah satu airport terbesar di dunia. Akhirnya saya pilih naik bus, setelah membeli Istanbul card terlebih dahulu. 

Kartu tersebut diperlukan jika ingin menggunakan transportasi publik seperti bus, metro atau tram di dalam kota Istanbul. 40 menit perjalanan menuju pusat kota, disambung naik Uber ke rumah teman di area Zeytinburnu.

Istanbul Malam Hari, Terlihat dari Galata Tower
Istanbul Malam Hari, Terlihat dari Galata Tower

Saya keliling Turki hampir sebulan penuh. Total rute yang ditempuh lebih dari 3.500 KM. Dari Istanbul saya ke Nevsehir (Goreme/Cappadocia), terus ke wilayah Turki bagian Timur yang sudah dekat ke perbatasan Suriah; Adiyaman, Mardin, Sanliurfa. Setelah itu saya lanjut ke Konya, Denizli (Pamukkale), kemudian ke Bodrum, Selcuk dan berakhir di Izmir.

Siapa sih yang gak mau ke Turki. Negara di perbatasan Asia dan Eropa ini menyimpan sejarah panjang penaklukan kekuasaan antara Barat dan Timur. Beberapa peninggalan dari jaman Romawi, Byzantium dan kekalifahan Islam masih bisa kita jumpai. 

Gereja-gereja kuno orthodox, serta masjid-masjid megah dari periode Ottoman masih berdiri dan menjadi saksi kejayaan masa lampau. Bahkan saat di Sanliurfa saya sempat ziarah ke makam Nabi Ayyub AS, juga ke goa kelahiran Nabi Ibrahim AS.

Negeri Dongeng, Cappadocia
Negeri Dongeng, Cappadocia

Travertines di Pamukkale
Travertines di Pamukkale

Amphitheater di Hierapolis, Pamukkale 
Amphitheater di Hierapolis, Pamukkale 

Selain kekayaan sejarah dan budaya, negeri Anatolia juga punya alam yang cantik dan unik. Saya paling takjub dengan keunikan permukaan bumi di Cappadocia, benar-benar seperti di negeri dongeng! Yang tak kalah unik, kolam-kolam pemandian alami dengan dinding kapur berwarna putih seperti awan di Pamukkale, sudah ada sejak ribuan tahun lalu.

Dan orang-orang Turki sangat ramah! Mereka sangat meghormati tamu. Apalagi begitu tahu saya dari Indonesia, mereka langsung antusias. Yang menjadi kendala saya selama di Turki hanya masalah bahasa. Mayoritas tidak bisa bahasa Inggris, bahkan kaum muda terpelajar pun minim bahasa Inggris. Tapi itu gak jadi masalah, karena ada Google Translate yang siap membantu kapan saja!

Sewaktu di Adiyaman saya dibawa teman piknik bareng genknya, ada sekitar 20-an orang yang ikut. Dan satupun gak ada yang fasih bahasa Inggris. 

Yang mereka tahu cuma "Hello, How are you, What's your name". Jadi kalau diajak ngrobrol panjang mereka akan gelagapan, begitu juga kalau mereka ingin nanya balik saya tentang hal-hal lain, penuh perjuangan menemukan kata-kata. Ujung-ujungnya ambil HP dan buka Google Translate. Haha...

Di Nevsehir, saya disuruh menempati apartment teman yang kebetulan kosong. Di lantai atas disewa oleh beberapa orang mahasiswa. Salah seorang dari mereka mengetuk pintu dan mengundang saya untuk makan malam bersama. Dengan senang hati saya langsung setuju! Mereka bilang sangat ingin sekali menjamu saudara musafir dari Indonesia. Auhh... saya jadi terharu pemirsa.

Jamuan Makan di Nevsehir
Jamuan Makan di Nevsehir

Piknik di Adiyaman
Piknik di Adiyaman

Buka Puasa Bareng Teman Mahasiswa di Mardin
Buka Puasa Bareng Teman Mahasiswa di Mardin

Dihampiri Anak-anak Suriah Saat Mengunjungi Kota Kuno Dara, Mardin  
Dihampiri Anak-anak Suriah Saat Mengunjungi Kota Kuno Dara, Mardin  

Makanan Turki enak-enak. Roti (ekmek), yogurt, salad, dan buah zaitun akan lazim kita temui di setiap jamuan. Favorit saya terong goreng yang diatasnya ditaburi daging cincang, saya lupa namanya. Trus ada Pide alias Turkish Pizza. Baklava yang super lezat namun sedikit mahal, jadi gak bisa sering-sering beli hehe. Dan gak afdol kalau tidak mencicipi Dondurma, alias es krim Turki asli Kahraman Maras! Cemilan pencuci mulut Turkish Delight punya rasa yang bervariasi, tapi terlalu manis untuk saya. Dan heranya saya tidak begitu suka dengan Cig Kofte, jadi butuh perjuangan untuk menghabiskan satu kepalnya.  

Kebab di Turki harganya sangat terjangkau. Saya beli kebab ayam di restoran kecil di Sanliurfa hanya seharga 5 Lira. Pernah makan kebab domba di Goreme lengkap dengan salad, roti dan yoghurt, lanjut memesan kopi Turki dan saya harus merogoh kocek sebanyak 35 Lira! Hampir semua restoran akan menyuguhkan teh Turki secara gratis dan kita boleh nambah.

Beberapa buah-buahan di Indonesia yang tergolong mewah (karena banyakan impor), di Turki justru murah meriah. Kalau ke supermarket saya pasti beli anggur, apel, aprikot, atau strawberry. 

Pernah juga saya beli buah cherry habis panen yang dijual abang-abang di stand pinggir jalan di Izmir, sekilo hanya 7 Lira! Susu segar kemasan beserta produk olahan susu seperti yoghurt, butter atau keju pastinya juga gak semahal di tanah air hehe...

Bepergian dari satu kota ke kota lain saya pilih naik bus. Bus di Turki keren-keren, banyak pilihan perusahaan armada dan semuanya full service kaya' naik pesawat! Kita akan disuguhi teh/kopi/jus lengkap dengan snack oleh 'pramugara bus' alias abang kondektur. 

Kebanyakan sudah menyediakan free wifi, tiap bangku ada screen yang bisa kita nyalakan untuk nonton film atau nonton siaran TV kalau sedang boring. Ada colokan atau USB port juga di setiap bangku untuk mengecas HP dan gadget.

Bus yang Saya Tumpangi dari Istanbul ke Nevsehir
Bus yang Saya Tumpangi dari Istanbul ke Nevsehir

Terminal bus di Turki rapi, bersih dan teratur. Masing-masing perusahaan bus punya loket penjualan tiket di dalam terminal dan bus menaikkan penumpang di nomor line yang sudah ditentukan. Tidak ada calo tiket agresif yang maksa-maksa penumpang. Karena banyak pilihan saya biasanya langsung 'go show' ke terminal bus, tapi sebelumnya pasti sudah cek-cek dulu jadwal bus dan harga tiket di internet.

Khusus ketika memasuki wilayah Timur Turki, mulai dari Kayseri, bus akan berhenti di pos pemeriksaan dengan lokasi yang sudah ditandai. Polisi atau tentara akan naik ke atas bus dan penumpang harus menyerahkan ID Card atau paspor. 

Setelah dicek satu-satu mereka akan kembalikan dan bus pun boleh melanjutkan perjalanan. Seringkali hanya saya aja yang nyerahin paspor, trus polisinya akan memperhatikan saya berkali-kali. Mungkin mereka pikir ini turis ngapain jauh-jauh main kemari sendirian haha...

Enaknya di terminal bus juga tersedia tempat penitipan tas/luggage storage. Waktu mampir di Sanliurfa saya menitipkan tas dari siang sampai malam, karena saya harus kembali lagi ke terminal bus untuk melanjutkan perjalanan ke Konya dengan bus jam 10 malam. 

Keberadaan luggage storage memang sangat membantu. Ketika harus menyambangi beberapa tempat, kita gak perlu gotong-gotong backpack yang berat kesana kemari.

Di Dalam Bangunan Disamping Masjid ini Terdapat Goa Tempat Kelahiran Nabi Ibrahim AS, Sanliurfa.
Di Dalam Bangunan Disamping Masjid ini Terdapat Goa Tempat Kelahiran Nabi Ibrahim AS, Sanliurfa.

Goa Makam Nabi Ayyub AS, Sanliurfa.
Goa Makam Nabi Ayyub AS, Sanliurfa.

Library of Celsius di Selcuk
Library of Celsius di Selcuk

Destinasi favorit turis di Turki biasanya selalu rame. Bahkan di Istanbul untuk membeli tiket masuk ke Hagia Sophia atau ke Galata Tower antrianya panjang banget bikin kaki pegel berdiri. Di Cappadocia saya gak naik balon udara karena menghemat budget (maklum backpacker), jadi cukup nonton aja dari view point, gak kalah bagus kok!

Tempat paling favorit saya di Turki adalah Mardin. Dari dulu saya sudah termimpi-mimpi ingin kesini. Kota tua Mardin yang berada di perbukitan dengan view menara masjid dan hamparan dataran rendah Mesopotamia yang subur selalu memanggil-manggil saya kesana. Alhamdulillah akhirnya kesampaian. Saya pun tinggal beberapa hari sambil melalui minggu pertama bulan puasa. Sejak dahulu Mardin sudah identik dengan kota multi etnik. Masjid, madrasah, gereja, monasteri dan synagog jejaknya masih bisa kita temui.

Dan sebagai pengagum Rumi pastinya saya gak melewatkan Konya. Puas rasanya bisa ziarah ke makam Jalaluddin Rumi dan menyaksikan sejarah kehidupan sang sufi di Mevlana Museum ( masih satu komplek dengan makam). 

Beruntung saya sampai di Konya hari Jumat. Jadi keesokan hari saya bisa menyaksikan pertunjukkan tasawuf whirling dervishes di Mevlana Cultural Center. Pertunjukkan itu diadakan setiap Sabtu malam dan gratis! Biasanya terjadwal setiap jam 7 malam, tapi selama bulan Ramadhan acaranya baru dimulai sekitar jam 9.30.

Saya juga suka Bodrum dan menghabiskan beberapa hari disana. Kota pinggir pantai yang bangunanya dominan dicat putih berpadu dengan laut biru membuat tempat ini sangat memanjakan mata. Bodrum salah satu destinasi kota pantai terkenal di Turki, selain turis lokal banyak turis asing yang datang kesini, khususnya dari Rusia.

Saat di Izmir saya juga mendatangi Sigacik, kota kecil di teluk yang sebenarnya mirip-mirip dengan Bodrum. Saya sengaja kesini karena pernah menonton serial Turki yang berjudul Aci Ask, salah satu episode awalnya berlokasi syuting disini. Rumah-rumah bercat terang dengan gang-gang kecil yang dipenuhi tumbuhan berbunga, dimana gang-gang tersebut tembus ke pantai dengan deretan kapal-kapal nelayan yang parkir.

Mardin dan Daratan Mesopotamia yang Subur
Mardin dan Daratan Mesopotamia yang Subur

Pantai Kumbahce di Bodrum
Pantai Kumbahce di Bodrum

Sigacik, Izmir
Sigacik, Izmir

Tepat di hari terakhir saya di Izmir ada sedikit drama di bandara Menderes ketika saya akan meninggalkan Turki menuju Athena, Yunani. Saat check in di counter, staf yang bertugas menanyakan kenapa saya ke Yunani, sementara visa Schengen saya dikeluarkan oleh negara Belanda. Dia bilang saya gak bisa terbang ke Yunani, saya harus terbang ke Belanda.

Padahal jauh sebelum itu saya udah tanya ke staf VFS Global tempat pembuatan visa Schengen, bahwa tidak ada keharusan untuk masuk pertama kali ke negara yang mengeluarkan visa, kita bebas masuk dan keluar dari negara Schengen mana saja.

Makanya saya pede aja beli tiket pesawat dari Turki ke Yunani. Saya coba menjelaskan hal tersebut ke si petugas. Namun dia masih gak yakin, lalu minta ijin untuk menanyakan ke atasan nya. Sebenarnya saat itu saya sudah lumayan cemas. Kalau beneran gak bisa terbang, saya terpaksa beli tiket baru dengan tujuan Belanda, alamakkk... keluar duit lagi!

Drama 20 menitan tersebut akhirnya selesai dengan kembalinya si petugas ke meja counter, antrian di belakang saya semakin numpuk. Katanya dia sudah konfirmasi dengan atasanya, bahkan setelah itu mereka juga menelepon petugas di bandara Athena untuk lebih meyakinkan. Si staf counter meminta maaf dan infokan bahwa saya bisa terbang ke Yunani. Yes!!!

Setelah menerima boarding pass saya bilang ke dia bahwa dia harus sering-sering update (juga rekan di sebelahnya). Dia pun mengucapkan terimakasih walaupun dengan muka sedikit cemberut.

Dengan perasaan yang plong saya lalu buru-buru ke kounter imigrasi. Si petugas bolak-balik mengecek paspor dan memandang saya dengan curiga. Hufffttt apalagi ini bathin saya dalam hati. Eh benar saja, saya lalu dibawa ke sebuah ruangan. Di ruangan saya disuruh duduk di sofa. Si officer masuk ke dalam ruangan kecil lalu keluar dengan seseorang, sepertinya manager atau atasanya. Mereka bercakap-cakap dalam bahasa Turki yang saya gak pahami. Saya pikir apakah saya overstay, tapi saya lihat di kalender harusnya sih tidak, belum lewat 30 hari dari masa berlaku visa.

Saya tanyakan apakah ada masalah? Si bapak atasan bilang bahwa si petugas imigrasi menyangsikan paspor yang saya bawa bukan milik saya. OMG...What...?! Ternyata itu masalahnya. Saya maklumi itu pak, photo yang di paspor udah lebih dari setahun lalu, trus sekarang rambut saya udah panjang dan wajah udah kusut karena kelamaan di jalan haha...

Total Rute yang Saya Tempuh Lebih dari 3.500 km
Total Rute yang Saya Tempuh Lebih dari 3.500 km

Di dalam pesawat saya masih senyum-senyum sendiri ingat kejadian pagi itu di bandara. But overall pengalaman di Turki semuanya asyik. Bahkan setelah ke Eropa dan Maroko selepas itu, saya akhirnya menyimpulkan Turki merupakan negara favorit saya! Masih banyak tempat yang belum saya datangi di Turki. Itu artinya saya pasti akan kembali lagi!

Tesekkurler Ederim Turkiye! See you soon!

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
  5. 5
  6. 6
Mohon tunggu...

Lihat Konten Trip Selengkapnya
Lihat Trip Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun