Ketika saya bertugas di sebuah pulau di luar Jawa sekian tahun silam, ada kisah nyata yang menggelikan terkait turnamen sepak bola seperti Piala Dunia 2022 di Qatar.
Namanya gila bola, orang di pedalaman pun berusaha mati-matian mengikuti kemeriahan gelaran Piala Dunia dan aneka turnamen bola lainnya.
Meskipun listrik hanya mengandalkan jenset, orang di pelosok pun berupaya menonton Piala Dunia. Bukan hanya menonton, tapi juga taruhan ala kadarnya untuk meramaikan suasana.
Nah, sebut saja dua sahabat bernama Jojon dan Badu. Mereka menjagokan dua tim berbeda. Jojon mendukung sebuah tim dari Eropa, sedangkan Badu sebuah tim dari Amerika Selatan.
Dua tim ini bertemu di babak penyisihan grup. Jojon dan Badu pun sepakat bertaruh kecil-kecilan, yaitu berupa buah durian. Maklum saja, selain musim bola di kampung itu juga sedang musim durian.
Jojon dengan mantap meyakini tim Eropa yang menang. Sementara Badu tak mau kalah. Dia yakin tim Amerika Selatan akan berjaya.
"Berapa skornya nanti? Saya pegang 2-0 untuk tim Eropa," kata Jojon. Badu dengan tenang menanggapi, "Kalau saya sebaliknya. Skor 0-2 untuk tim Amerika Selatan."
Mereka berdua pun menonton laga seru itu. Skor akhirnya ternyata 0-2 untuk Amerika Selatan. Badu pun menang taruhan sebuah durian besar.
Setelah pertandingan, Jojon yang tampak kesal segera pulang ke rumahnya. Sementara Badu tertawa terbahak-bahak. Mengapa? Pertandingan yang baru saja mereka tonton adalah pertandingan siaran tunda. Badu sudah nonton siaran langsungnya sehingga dia tahu skor akhirnya.
Itulah akibat kurang update. Jojon pun harus rela kehilangan durian yang enaknya bikin mabuk kepayang, eh mabuk durian.
