Kebahagiaan akan kita rasakan kala tulisan kita memang sesuai keprihatinan, kepedulian, dan cinta kita pada tema tertentu. Tulisan akan lebih bernyawa ketika kita menulis sesuai kemampuan dan pengalaman hidup kita. Tidak hanya salin tempel saja.Â
Bijak memilih lomba sesuai renjana dan kemampuan adalah rahasia kedua agar tak pernah merasa rugi berpartisipasi dalam lomba apa pun.Â
3. Belajar dari peserta lain dan karya mereka
Mengikuti lomba menulis sejatinya adalah kesempatan untuk belajar dari peserta lain dan karya mereka. Dalam lomba blog terbuka, misalnya, kita bisa membaca juga karya peserta lain.
Kita bisa mengukur sejauh mana kualitas tulisan kita. Jujur, ketika baru mengawali ikut lomba menulis di blog, saya merasa minder di hadapan para penulis berpengalaman.Â
Saya dibuat terkagum-kagum dengan kelancaran berkisah dan kedalaman tulisan, apalagi jika dilengkapi visual yang menarik. Kini saya pelan-pelan juga mengupayakan hal-hal itu agar bisa "mengikuti jejak" para penulis handal.
Saya mulai belajar mempersingkat paragraf, menata judul agar tak amburadul, dan membuat infografik. Saya bukan lagi anak muda, tetapi terbuka belajar kemampuan baru.Â
4. Menjalin silaturahmi dengan panitia dan peserta
Saya mengubah cara pandang saya terhadap peserta lain. Alih-alih menganggap peserta lain sebagai pesaing, saya anggap sebagai mitra lomba.
Saya pun membuka diri untuk menyapa dan disapa panitia dan peserta lomba. Pujian tulus saya berikan pula. Masukan dan pertanyaan saya terima dengan senang hati.
Dengan sikap bersaudara semacam itu, mengikuti lomba menjadi lebih mengasyikkan. Ketika kalah pun, kita sudah mendapat keuntungan berupa bertambahnya kawan literasi.Â