Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Puisi Pilihan

Bukan Sajak Kecil tentang Asmara

29 Juni 2021   20:34 Diperbarui: 29 Juni 2021   21:27 225
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Bagikan ide kreativitasmu dalam bentuk konten di Kompasiana | Sumber gambar: Freepik

pria itu masih lelap dalam rasian
kala wanodya paruh baya itu memantik perapian
lantas merebus kahwa kesukaan

kokok kinantan berkumandang memecah subuh
sang lelaki pun membangkit tubuh
tersaji aroma bijibiji pilihan terseduh

harum wangi yang membawanya ke masa silam
kala hujan deras mempertemukan dua insan
berteduh di emperan warung kopi pinggiran

sang paramarta itu kini telah menua bersama dirinya
lima puluh warsa dalam bahtera yang sama
walau kadang si lelaki dan si puan tak seirama

"sudah sepuluh tahun tak berputra, tinggalkan saja dia"
suarasuara tetangga dan saudara itu masih bergema
tetapi sang pria dan wanodya memilih menutup telinga

di dinding kuning kusam terpasang sebuah foto ceria
bocahbocah asuhan dengan senyum bahagia:
tak harus darah daging tuk mencintai sepenuh jiwa
***

Mohon tunggu...

Lihat Konten Puisi Selengkapnya
Lihat Puisi Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun