Mohon tunggu...
Ruang Berbagi
Ruang Berbagi Mohon Tunggu... Dosen - 🌱

Menulis untuk berbagi pada yang memerlukan. Bersyukur atas dua juta tayangan di Kompasiana karena sahabat semua :)

Selanjutnya

Tutup

Hobby Pilihan

Penulis Fiksi Tidak Perlu Ragu Menulis Non-Fiksi, Ini Alasan dan Kiatnya

20 Juni 2021   10:07 Diperbarui: 20 Juni 2021   10:08 577
+
Laporkan Konten
Laporkan Akun
Kompasiana adalah platform blog. Konten ini menjadi tanggung jawab bloger dan tidak mewakili pandangan redaksi Kompas.
Lihat foto
Penulis fiksi tak perlu ragu menulis non-fiksi - Photo by Nick Morisson on Unsplash

"Saya hanya bisa menulis fiksi saja. Selalu ragu dan tidak percaya diri kala menulis non-fiksi"

Mungkin pernyataan di atas mampu melukiskan isi hati sejumlah penulis fiksi yang merasa ragu kala ingin menulis tulisan non-fiksi. "Aku cuma nyaman berpuisi dan menulis cerpen saja. Menulis artikel semacam ulasan opini yang panjang-panjang aku tak sanggup."

Sebagai penulis pemula yang mencoba menulis fiksi dan non-fiksi, saya ingin berbagi pengalaman untuk menanggapi keraguan ini.

Pertama-tama, kita perlu mengenali sumber keraguan kala hendak menulis tulisan non-fiksi. Saya membagi sumber atau alasan keraguan itu menjadi beberapa alasan:

Pertama, kurangnya pengalaman positif kala menulis non-fiksi

Bisa jadi, seorang pernah mengalami perundungan atau bullying kala menulis tulisan non-fiksi di masa lalu. Mungkin saja, ada sebagian teman yang pernah mengejek karyanya sehingga si penulis ini trauma.

"Wah, artikelmu kok gitu doang, sih?" Hmm...siapa tak jengkel dan malu kala dirundung seperti itu. Jika pengalaman dirundung ini tak diolah dengan baik, seseorang bisa sangat ragu menulis karya non-fiksi.

Selain itu, bisa jadi seseorang memang kurang memiliki pengalaman positif kala menulis non-fiksi. Umpama, nilai yang diberikan guru atas karya non-fiksi siswa pas-pasan semasa sekolah dulu. Atau, selalu gagal menembus media massa dan gagal menang lomba non-fiksi.

Frustasi atas minimnya apresiasi atas karya non-fiksi bisa jadi alasan munculnya keraguan kala ingin menulis non-fiksi (lagi) di usia dewasa. 

Kedua, kurangnya kemampuan menyusun kalimat dan paragraf yang padu

Alasan keraguan lain untuk menulis artikel non-fiksi adalah rendahnya kemampuan penulis untuk menyusun kalimat dan paragraf yang padu.

HALAMAN :
  1. 1
  2. 2
  3. 3
  4. 4
Mohon tunggu...

Lihat Konten Hobby Selengkapnya
Lihat Hobby Selengkapnya
Beri Komentar
Berkomentarlah secara bijaksana dan bertanggung jawab. Komentar sepenuhnya menjadi tanggung jawab komentator seperti diatur dalam UU ITE

Belum ada komentar. Jadilah yang pertama untuk memberikan komentar!
LAPORKAN KONTEN
Alasan
Laporkan Konten
Laporkan Akun