Meskipun eksperimen baterai kentang atau lemon yang populer telah menunjukkan bahwa arus listrik dapat dihasilkan dengan menciptakan reaksi antara makanan dan dua logam yang berbeda, listrik dipanen dari pohon melalui mekanisme yang berbeda.
Setelah menghabiskan musim panas mengamati pohon, para peneliti menemukan bahwa pohon maple berdaun besar menghasilkan tegangan yang stabil hingga beberapa ratus milivolt. Menyalakan sirkuit membutuhkan tegangan yang jauh lebih tinggi.
Untuk mengekstraksi listrik dari pohon dan mengubahnya menjadi energi yang berguna, para peneliti membuat konverter penguat yang mampu mengambil sedikitnya keluaran 20 milivolt dan menyimpannya untuk menghasilkan keluaran yang lebih besar.Â
Dengan menghubungkannya ke pohon menggunakan elektroda, perangkat yang dibuat khusus ini mampu menghasilkan tegangan keluaran 1,1 volt. Ini cukup untuk menjalankan sensor berdaya rendah.
Studi ini diterbitkan Institute of Electrical and Electronics Engineers 'Transactions on Nanotechnology.
Meskipun Parviz, peneliti MIT mengakui bahwa "tenaga pohon" tidak sepraktis, katakanlah, energi matahari, menurutnya sistem tersebut dapat ditingkatkan sebagai opsi berbiaya rendah untuk menyalakan sensor pohon.Â
Sensor pohon ini dapat membantu mendeteksi kondisi lingkungan atau kebakaran hutan serta memantau kesehatan pohon.Â
Harapan Kita
Baru-baru ini Presiden Jokowi menunjuk Nadiem Makarim selaku pejabat tertinggi dalam Kementerian Pendidikan Kebudayaan Riset dan Teknologi. Semoga Mas Menteri Nadiem Makarim membimbing anak-anak jenius seperti Nauval untuk berkreasi lebih lanjut.
Seperti hasil penelitian MIT, listrik dari pepohonan bukan omong kosong. Meskipun voltase kecil dan tidak praktis, toh bisa dimanfaatkan untuk hal-hal berguna.Â