Ibu kota terus menarik kedatangan para gelandangan dari luar Jakarta untuk mengadu nasib. Menurut data Sensus Penduduk tahun 2000, Â tercatat 28.364 orang tunawisma yang tinggal di Jakarta.Â
Para pemerhati orang miskin tentu paham, mobilitas para gelandangan ini menembus batas-batas adminsitratif. Di mana ada peluang mengais rupiah, di situlah para gelandangan berada.Â
Yang diperlukan para gelandangan adalah rumah singgah, pelatihan, serta bantuan permodalan, bukan kontroversi politik.
Alih-alih beradu argumen membela petinggi masing-masing, para pejabat DKI Jakarta dan Kemensos sebaiknya duduk bersama guna mencari terobosan baru bagi kemaslahatan warga.
Demikian pula warga(net) semestinya memandang perkara busukan Risma ini dari sisi humanis juga, bukan politis belaka. Kita jago menyuruh pejabat agar peduli gelandangan. Apakah kita juga sudah berbuat sesuatu untuk orang-orang miskin di sekitar kita?
Cobalah teladan keluarga Madur di Penjaringan, Jakarta Utara yang kisahnya pernah saya tulis di sini (klik saja). Puluhan tahun keluarga Madur yang aslinya bukan DKI Jakarta ini berkorban demi kebaikan anak-anak pemulung dan gelandangan ibu kota.Â
Bukankah tugas memperhatikan para kaum papa di ibu kota adalah tugas utama Kemensos, tiap pemda, dan kita semua? Mari kita tunjukkan peran nyata kita membantu para gelandangan dan kaum miskin. Ego sektoral harus segera diakhiri. Salam peduli.Â