Menulis Kebaikan: Ibadah Indah Pembawa Berkah

Menulis tentang dan demi kebaikan adalah suatu keindahan tak terperikan.

Penting dicatat, tak sembarang menulis. Menulis tentang dan demi kebaikan, bukan menulis untuk merugikan orang lain. Apalagi menulis untuk menyakiti orang lain.

Dalam khazanah pidato dan debat, ada yang disebut serangan ad hominem. Artinya, serangan yang ditujukan pada pribadi tertentu, bukan pendapatnya. Misal, menulis bahwa orang itu tidak becus dan bodoh. 

Berbeda kala tulisan kita berisi masukan terhadap kebijakan atau pendapat orang tertentu secara ilmiah dan santun. Pembaca dan orang yang dibahas kebijakan dan pendapatnya kiranya akan berkenan.

Suatu tulisan yang berbobot dan sopan akan mempererat persahabatan. Juga mendamaikan dua insan yang sebenarnya berbeda pandangan. Ini mungkin terjadi karena ada saling pengertian. Bahwa adu pendapat dalam tulisan adalah proses mencari kebenaran dan solusi terbaik.

Bukan untuk menjatuhkan lawan dan menyakiti hati kawan.

Tulisan bermanfaat

Senior kita, Bapak Tjiptadinata Effendi pernah menulis kebahagiaan yang ia alami sebagai penulis budiman. Sebuah artikelnya yang ia anggap bersahaja mendapat sambutan luar biasa dari banyak pembaca.

Artikel itu bertajuk "Cara Mudah Membuat Alat Pemotong Kaca". Setakat ini, tulisan bermanfaat itu telah dibaca 192 ribu kali sejak 17 Juni 2014. Sila baca di sini. 

Para sahabat penulis di Kompasiana pun tentu telah kenyang pengalaman bahagia kala tulisan dipuji pembaca sebagai anggitan berfaedah. "Terima kasih, saya jadi tahu hal ini" atau "Sangat berguna untuk saya" adalah contoh ucapan terima kasih atas artikel bermanfaat.