Ada tiga hal yang dapat saya (dan kiranya kita) pelajari dari dua kompasianer wanita nomine Kompasianival 2020 ini.Â
Pertama, ketelitian dalam menulis
Lazimnya wanita dianggap lebih teliti dalam banyak hal. Apakah juga dalam menulis? Hmm, saya mencoba menengok tulisan Ibu Dewi Puspasari dan Ibu Hennie Triana.
Ternyata anggapan umum itu benar adanya. Ulasan film Ibu Dewi Puspasari secara rinci menggambarkan seluk-beluk film tanpa membuka secara blak-blakan jalan ceritanya. Artinya, memang tidak spoiler.Â
Sementara itu, Ibu Hennie Triana secara rinci mengulas sisik melik budaya Jerman dengan saksama sehingga pembaca merasa seolah diajak sungguh ke sana.
Pencantuman sumber foto dan video serta kerapian para duta srikandi kompasianer ini dalam menyajikan artikel patut kita teladani. Saya tidak tahu, apakah Ibu Dewi dan Ibu Hennie pernah ditegur admin gara-gara kurang teliti. Kalau saya sih sudah beberapa kali. Bahkan setelah beberapa bulan jadi kompasianer pun, saya masih nakal sehingga dijewer admin kece:)
Kedua, kesetiaan dalam berbagi kebaikan lewat tulisan
Saya kurang mengetahui dan kurang menelusuri sejarah Kompasianival. Saya tidak dapat menyajikan saat ini data mengenai apakah kedua srikandi ini pernah menjadi nomine berapa kali, pernah juara lomba blog internal berapa kali, dan sebagainya.
Akan tetapi, kesetiaan Ibu Dewi Puspasari dan Ibu Hennie Triana dalam berbagi kebaikan lewat tulisan sudah terbukti. Jika tidak setia, mana mungkin menghasilkan banyak tulisan dalam jangka waktu yang cukup panjang.Â
Ketiga, kualitas di atas kuantitas
Dua srikandi ini kiranya memperhatikan kualitas tulisan lebih dari kuantitas. Beda jauh dengan saya yang kadang-kadang buat artikel ala kadarnya sampai dihapus admin Kompasiana. Ampun, Min. Kapok, deh.